Malam yang sering didominasi oleh sunyi kini terasa bising oleh suara gemericik air dari arah kamar mandi. Shower dinyalakan, alirkan air jatuh di atas kepala, membasahi tubuh tanpa balutan kain, dan jatuh di atas lantai yang tergenang air yang perlahan-lahan mengalir menuju saluran pembuangan. Jihoon menyandarkan pipinya di bahu sang suami. Matanya sudah setengah terpejam. Ia biarkan saja Junkyu bertanggung jawab untuk membilas tubuh kotornya yang penuh peluh dan sisa kegiatan panas mereka sebelumnya.
Keran air diputar. Jihoon otomatis jauhkan diri dari Junkyu untuk menerima balutan bathrob. Benar-benar selayaknya boneka, Jihoon hanya diam dan menurut saat Junkyu menggendongnya keluar kamar mandi, menggantikan pakaiannya, mengeringkan rambutnya, dan membiarkan Junkyu merapikan ranjang mereka sebelum akhirnya baringkan sang istri dengan nyaman di atas ranjang empuk dan bersih, juga wangi.
"Dingin," gumam Jihoon tak begitu jelas. Namun Junkyu yang masih menatakan selimut untuknya itu mendengar dengan jelas keluhan sang istri.
"Baiklah, mau saya ambilkan selimut tambahan?" Dilihat istrinya itu terkekeh sambil tersenyum samar, lalu mengangguk. "Oke, tunggu sebentar ya Princess."
Jihoon semakin kembangkan senyum dengan manisnya mendengar bagaimana Junkyu memanggilnya. Tak lama setelahnya Junkyu kembali dengan sebuah selimut tambahan yang langsung ia pasangkan pada Jihoon. Ia lantas segera menyusul memasuki selimut saat pastikan ia telah selesaikan seluruh kekacauan yang ada dan kini bisa beristirahat sejenak sebelum mentari menyapa nanti.
"Capek juga ternyata," keluh Junkyu saat ia berusaha merapikan kembali selimutnya. Jihoon menatapnya sangsi.
"Masih untung kamu masih bisa jalan."
Tawanya tak bisa ditahan saat mendengar penuturan istrinya yang terus terang. Ia lantas memeluk dan berikan satu kecupan ringan di keningnya. "Okay, good night sayang," ucapnya berbisik pelan di dekat telinganyas.
Jihoon yang bersembunyi di dada suaminya itu berusaha menahan senyum dan sembunyikan rona. Jemarinya lantas mencubit pinggang Junkyu sampai membuat Junkyu memekik terkejut. Namun tak ajukan satu pun protes saat sadari tingkah malu-malu sang istri.
Sampai pagi menjelang, Jihoon menolak untuk bangkit dari baringannya. Selimutnya dinaikkan sampai atas kepala, tak ingin pedulikan Junkyu yang mulai bersiap pergi ke kantor. Saat tubuhnya diguncang pelan oleh suaminya, Jihoon hanya mengerang pelan berusaha isyaratkan bahwa ia sedang tak mau diganggu.
"Jihoon," Junkyu tak menyerah untuk bangunkan istrinya yang sebenarnya ia yakin tidak lagi tertidur itu. Selimut yang menutupi kepala istrinya ia sibak. "Jihoon, di mana kartu kredit yang sebelumnya saya berikan padamu," katanya lagi yang otomatis buat Jihoon mengangkat kepala dan menoleh padanya; Jihoon tidur terkurap seraya sembunyikan wajahnya di bantal sebelumnya.
"Hah!? Mau diambil balik?! Padahal aku gak make buat apa-apa!" Kesal Jihoon berucap dengan tatapan nyalang pada suaminya. Kartu itu hampir tak pernah ia gunakan dan betapa kejamnya Junkyu jika ingin mengambil kembali satu-satunya sumber uang yang Jihoon miliki.
"Bukan. Tidak bisakah kamu berpikir lebih positif sedikit, saya mau tukar kartunya dengan yang ini." Junkyu mengeluarkan sebuah kartu kredit lainnya untuk menyakinkan Jihoon.
"Kenapa harus tukar, dan kenapa harus sekarang?!" Jihoon rupanya tak habis kesalnya. Matanya menyipit menatap garang Junkyu.
"Kenapa memangnya kalau sekarang?" tanya Junkyu balik. "Yang ini isinya lebih banyak dari yang sekarang kamu pegang," tambahnya.
"Kamu abis make aku terus ngasih uang emangnya aku pelacur," Jihoon berbisik dengan sebal, namun tentu saja semua kalimatnya itu masih terdengar oleh Junkyu. Junkyu hanya mendengus sambil tergeleng pelan tak habis pikir dengan jalan berfikir istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Love [ kyuhoon ]
FanfictionB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Tujuan awalnya adalah untuk memanfaatkan uang yang dimiliki suaminya untuk pengobatan ibunya dan juga untuk memperbaiki keuangannya yang kian memburuk setelah kepergian ayahnya. Namun kini perasaannya justru terbuai aka...