Hampir seminggu berlalu namun Jihoon masih belum pulih dari kesedihan. Junkyu bahkan tak lagi bisa memaksanya untuk setidaknya makan dengan teratur. Bagai kehilangan semangat hidup, Jihoon hanya berdiam diri di kamarnya sambil memandangi langit-langit kamarnya. Suaminya sudah pergi bekerja dan Jihoon bahkan tidak bisa walau hanya menemani Junkyu sarapan seperti biasanya.
Air matanya terus merembes setiap kali pikirannya kosong, dan kesunyian ini membuat pikirannya lebih sering dibawa melayang jauh ke masa-masa di tahun-tahun yang telah lalu. Tarikan nafasnya berat. Dadanya terus bergemuruh akan sebuah perasaan pilu yang menyakitkan.
Tubuhnya akhirnya diangkat setelah setengah hari berlalu sia-sia. Langkah kakinya yang lesu dibawa menuju kamar mandi untuk membersihkan diri agar setidaknya ia memiliki sesuatu untuk dilakukan.
Merasa sedikit lebih segar, Jihoon akhirnya kembali melanjutkan langkah meninggalkan kediamannya. Ia hanya berjalan kaki, tak pedulikan mobil dan supir yang Junkyu siapkan untuknya yang sempat beberapa kali memanggilnya. Namun tidak mengikutinya karena berpikir mungkin tuannya itu masih butuh waktu sendiri.
Tujuannya bukan lagi cafe Yoshi, melainkan sebuah gedung kecil di pinggir kota yang dipenuhi oleh kamar-kamar sewa; sebuah kos. Tak jauh dari flat tempatnya tinggal bersama ibunya dulu.
Pintu kayu bercat warna coklat itu ia ketuk pelan. Tangannya tak berhenti mengetuk sampai pintu dibuka dan tampakkan wajah kesal Yoshi yang jengkel karena suara berisik ketukan pintunya yang menganggu waktu tidurnya. Pria lantas berdecak saat melihat sosok murung Jihoon. Yoshi juga sama, penampilannya tak beda jauh dengan Jihoon yang lingkar matanya mulai menghitam.
Yoshi meninggalkan pintu dan lantas kembali berbaring ke atas ranjangnya memunggungi Jihoon yang tetap masuk ke kamarnya walau tak dipersilahkan. Keduanya sama-sama tak banyak bicara, tak seperti mereka yang biasanya.
Jihoon menggeleng saat melihat seberapa berantakannya kamar Yoshi. Pakaian terhambur di mana-mana, beberapa alat makan terlantar dengan keadaan bersih yang mana berarti Yoshi juga belum makan entah sejak kapan. Jihoon jadi meragukan apakah sahabatnya itu juga pergi mandi atau tidak.
"Lo gak buka cafe?" tanya Jihoon seraya dudukkan diri di lantai. Yoshi hanya berdengung-berusaha katakan iya sebagai jawaban.
"Lo kenapa tiba-tiba jadi jorok gini sih Yos, kamar lo berantakan semua ini," Jihoon menoleh pada Yoshi yang tetap tak berkutik. Ia tahu Yoshi adalah orang yang rapi. Kamarnya selalu tertata rapi dan nyaman untuk dikunjungi. Namun sekarang keadaannya benar-benar miris.
Tak ada jawaban dari si pemilik kamar. "Gue tahu lo juga sedih, tapi lo juga harus bangkit kan," ucapnya menasehati, lupakan dirinya sendiri yang juga sulit untuk dinasehati oleh suaminya.
Helaan nafas panjang terdengar nyaring dari Yoshi yang masih betah berbaring membelakangi Jihoon.
"Lo gak ngerti Ji..."
Dan hanya itu yang bisa Yoshi ucapkan dengan suara bergetar. Jihoon hanya diam. Ia memang tak akan pernah mengerti bagaimana rasanya menjadi Yoshi yang harus berjuang sendirian sejak dini. Saat ia sendiri masih dimanjakan oleh kedua orang tuanya, Yoshi sudah harus bertempur di luar sana demi biayai hidupnya sendiri karena kedua orang tuanya yang menelantarkannya.
Saat akhirnya Yoshi berteman dengan Jihoon. Bertemu kedua orang tua Jihoon yang juga memberinya kasih sayang selayaknya yang diberikan pada Jihoon. Saat ia pikir ia telah mendapatkan kebahagiannya, takdir membawa ayah Jihoon pergi. Hatinya sembuh atas semangat Jihoon salurkan padanya yang mana justru dengan lancang tumbuhkan perasaan yang seharusnya tak ada.
Cintanya. Sekali lagi, ia harus relakan Jihoon pada orang lain. Pada sebuah hubungan sesuci pernikahan yang membuatnya secara otomatis harus hapus seluruh perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Love [ kyuhoon ]
FanfictionB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Tujuan awalnya adalah untuk memanfaatkan uang yang dimiliki suaminya untuk pengobatan ibunya dan juga untuk memperbaiki keuangannya yang kian memburuk setelah kepergian ayahnya. Namun kini perasaannya justru terbuai aka...