Tahun ini, di musim paling terik sepanjang tahun ia harus melangkahkan tungkainya menyusuri trotoar jalan raya dan merasakan debu jalanan yang kini sedikit demi sedikit mengotori wajah manisnya yang sudah berhias lelah. Keringat yang mengalir di keningnya itu kembali ia usap dengan kasar.
Setelah lampu lalu lintas di tepi jalan dengan lambang manusia itu berubah warna dari merah menjadi hijau, menandakan bahwa para penyeberang jalan sudah diperbolehkan untuk menyebrang, bersamaan dengan banyaknya pejalan kaki yang lain pria manis itu ikut berjalan ke seberang jalan.
Setelah sampai di seberang jalan ia terus melanjutkan langkah melewati beberapa jejeran toko dan berakhir pada sebuah bangunan sederhana berpintu kaca tembus pandang yang di depannya tergantung tulisan 'open' dan beberapa hiasan lainnya di sekitar pintu dan ruangan di dalamnya untuk memperindah pandangan.
Kliing
Lonceng yang diletakkan di atas pintu itu berbunyi begitu pintunya dibuka. Seorang pemuda berambut merah yang berdiri dibalik meja kasir itu menoleh begitu mendengar ada yang datang. Ia yang biasanya bersuara untuk menyambut pelanggannya dengan ramah batal berucap begitu melihat siapa yang ternyata datang.
Si manis yang baru saja datang itu menyampirkan senyum lebar begitu melihat orang yang ia cari ada di sana, berdiri seorang diri menggunakan apron kebanggaannya. Ia kemudian segera melangkah masuk dan dengan ringan duduk di bangku yang berada di samping meja kasir.
"Tumben masih sepi, biasanya jam makan siang gini udah rame." Setelah melihat sekeliling dan melihat kekosongan cafe itu ia segera menyuarakan rasa penasarannya akan kejanggalan suasana di cafe itu saat ini.
"Baru buka kok, gue baru sempet ke sini tadi jam sebelas." Jawabnya.
Jihoon, pemuda manis itu mengangguk mengerti. Ia memang biasa datang kemari untuk membantu temannya itu mengelola cafe miliknya itu ketika ia sempat setelah jam makan siang seperti saat ini. Selain untuk mencari tambahan uang, ini juga bisa mengisi waktu luangnya dalam menunggu panggilan kerja dari banyaknya surat lamaran pekerjaan yang pernah ia ajukan ke berbagai tempat berbeda.
"Eh tapi Yos, lo gak kepikiran buat memperkerjakan karyawan baru gitu? Daripada cafenya cuman buka waktu lo sempet doang, kalau ada orang lain yang bantu jaga kan lumayan." Sarannya.
Entah sudah berapa kali ia memberikan saran yang sama kenapa temannya itu namun jawaban sang teman masih tetap sama, dia menggeleng pelan sebagai penolakan. Bukan tak mampu membayar jikalau ia memperkerjakan karyawan baru, tetapi ia tak cukup percaya pada orang yang tidak begitu ia kenal untuk memegang usaha yang sudah susah payah ia kelola dan kembangkan ini.
Jihoon juga tidak punya waktu seleluasa itu untuk ikut menjaga cafe temannya itu setiap saat ketika temannya tidak bisa menjaga walaupun sebenarnya ia adalah pengangguran. Jihoon sibuk mencari pekerjaan, dan karibnya itu juga tidak pernah mempermasalahkan jika pun ia hanya datang saat sore atau hanya ketika cafe sudah akan tutup.
"Mau minum? Atau mau makan sekalian?" Tawarnya, tak tega juga ketika melihat raut lelah kawannya itu.
Bukannya menjawab tawaran itu dengan benar Jihoon justru merengut sedih. Bibir delimanya itu sudah melengkung ke bawah dengan nafasnya yang kini dihembuskan dengan lesu. "Gue gak ada uang Yoshi..." Lirihnya dengan suara manjanya.
"Gue traktir." Sahutnya cepat, kemudian berjalan ke kebelakang untuk membuatkan minuman untuk Jihoon juga menyiapkan makanan yang bisa dinikmati oleh temannya itu.
Mendengar kalimat yang begitu menggiurkan itu tentu saja dengan mudah membuat bibirnya mengukir senyum dengan cepat. Semangatnya yang sebelumnya sempat drop itu kini kembali penuh dan membara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Love [ kyuhoon ]
FanficB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Tujuan awalnya adalah untuk memanfaatkan uang yang dimiliki suaminya untuk pengobatan ibunya dan juga untuk memperbaiki keuangannya yang kian memburuk setelah kepergian ayahnya. Namun kini perasaannya justru terbuai aka...