Matahari sudah naik tinggi dan Jihoon masih harus bergelut dengan sang suami, berusaha memaksanya untuk segera antarkan ia ke cafe Yoshi. Namun Junkyu yang sebenarnya masih tak ikhlas berikan izin pada Jihoon untuk bekerja itu jelas akan berikan banyak alasan agar Jihoon mau menunda keinginannya.
"Ayo dong Pak! Aku marah lagi nih! Ah, terserah!" Jihoon menghentak lantai, lalu berniat tinggalkan kamarnya dan kembali memisahkan diri dengan Junkyu. Namun hal itu kembali terjadi Junkyu sudah lebih dulu bangun dari baringannya.
"Iya, iya, oke kita pergi sekarang."
Senyumnya merekah lebar. Segera saja ia hampiri Junkyu dan tarik lengan suaminya untuk cepat beranjak. Junkyu masih bermalas-malasan, namun tetap menurut dan berjalan dengan lesu sementara Jihoon merangkul lengannya untuk pastikan bahwa suaminya itu tak akan melarikan diri.
Junkyu benar-benar malas. Bagaimana bisa ia biarkan Jihoon bekerja saat sedang hamil ketika di saat bersamaan Junkyu sendiri justru masih dalam masa pemulihan dan bekerja dari rumah, itu pun tidak semua pekerjaan yang ia pegang karena ayahnya masih membantunya di kantor.
Sesampainya di cafe Yoshi, Jihoon masuk dengan penuh riang. Cafe itu masih sepi entah kenapa, hanya ada Yoshi sendirian yang menjaga meja kasir.
"Yoshi!"
"Oh, ke sini juga lo," balas Yoshi tak acuh seraya masih fokus dengan mesin kasirnya.
"Jadi gimana, gue ke sini buat kerja," Jihoon berdiri di depan kasir, diikuti Junkyu yang kini berdiri di balakang Jihoon dengan wajah malas yang menyertainya.
"Eum, sebenarnya gue udah minta tolong temen gue karena lo kelamaan."
"Hah?! Lo kok gitu sih?! Jadi gue gak jadi kerja di sini?!" Jihoon memekik kesal, sementara Junkyu di belakang sana justru mengukir senyum puas. Wajah malasnya hilang seketika.
"Sorry Ji, lo lama sih, gue gak bisa ambil resiko kalau lo ngabarin mendadak. Dan setelah gue pikir-pikir, lo kan lagi hamil jadi gue tetep harus cari pengganti lo waktu lo lahiran nanti," Yoshi mengendikkan bahu, ingin kasihan dengan Jihoon yang terlihat begitu bersemangat untuk bekerja tapi ia tak bisa.
Tentu saja Junkyu adalah dalangnya. Yoshi hanya mempercayai Jihoon untuk mengurus cafenya, tapi kemarin, Junkyu sempat mendatanginya dan memberitahunya untuk tidak membiarkan Jihoon bekerja di sini. Junkyu memberikan rekomendasi orang yang bisa dipercaya yang tentu saja juga merupakan salah satu temannya dan janjikan akan berikan sponsor untuk cafenya jika Yoshi mau mengikuti keinginannya. Yoshi setuju dengan cepat.
Jihoon berdecak. Ia hampir saja dapat pekerjaan bagus. Yoshi memintanya untuk jadi manager di cafenya menggantikan Yoshi yang akan pergi. Ia pikir akan menyenangkan menghabiskan waktu dengan bekerja karena jujur saja Jihoon kerap merasa bosan jika Junkyu sedang bekerja dan ia harus di rumah sendirian sepanjang hari.
"Oh iya," Yoshi beranjak, tinggalkan konter kasir dan ambil sesuatu dari dalam kabinet. "Ini gaji lo selama kerja kemarin, gue potong karena lo bolos kerja delapan hari," ucapnya seraya serahkan sebuah amplop berisi uang gaji Jihoon.
"Wah, makasih!" Jihoon menerimanya dengan hati kembali riang. "Oh, lo juga udah potong tagihan gue gak, buat ganti duit lo yang gue pinjem kemarin."
Yoshi menggeleng. "Udah diganti sama suami lo, itu gaji lo semua."
Jihoon hanya mengangguk-angguk saja. Isi amplop itu ia intip sedikit untuk menghitung jumlahnya dalam diam untuk pastikan jumlahnya. Sudah ia duga, Yoshi tidak benar-benar memotong gajinya.
"Jadi lo berangkat kapan?" Jihoon kembali beralih pada Yoshi.
"Minggu depan."
"Jam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Love [ kyuhoon ]
FanfictionB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Tujuan awalnya adalah untuk memanfaatkan uang yang dimiliki suaminya untuk pengobatan ibunya dan juga untuk memperbaiki keuangannya yang kian memburuk setelah kepergian ayahnya. Namun kini perasaannya justru terbuai aka...