(39) adanya jarak

1.8K 198 75
                                    

"Suami!"

Jihoon berlari menaiki tangga hendak menjemput sang suami yang tadi masih sibuk berkutat dengan pekerjaannya. Mendengar teriakan istrinya, Junkyu lantas segera menutup laptopnya. Ia bangkit, cegat istrinya di depan pintu.

"Ada apa," tanyanya terheran saat melihat wajah sumringah Jihoon pagi ini.

"Ayo bantuin aku, pesenan aku udah dateng!" Jihoon segera menarik lengan Junkyu untuk mengikutinya.

Junkyu buru-buru menyamakan langkah dengan Jihoon. Penasaran juga. Pikirnya, mungkinkah agenda aniversarynya yang semalam belum selesai. Jihoon menariknya ke halaman depan, mempertemukannya dengan sebuah pot bunga besar yang tinggi pohonnya sudah hampir sama dengan tinggi badannya. Ada empat pot.

"Hah, apa ini? Kamu masih pesan bunga lagi?" Junkyu hanya fokus menatap taman hijau di hadapannya. Mungkin ini adalah hobi baru istrinya, yaitu berkebun.

"Bagus kan?! Cantik loh," ucapnya dengan begitu riang. "Nah, sekarang kamu bantu pindahin ini ke belakang ya."

Mendengar hal itu membuat Junkyu sontak saja langsung menoleh pada istrinya. "Hah?!" Keningnya mengkerut. Benda sebesar ini, mau ia sendiri yang mengangkat juga tak akan mampu apalagi mengingat kondisi patah tulangnya yang belum pulih sepenuhnya membuatnya dengan berat hati harus menolak permintaan istrinya.

"Kita minta tolong Pak Han saja," ucapnya akhirnya hindari menolak secara langsung.

"Pak Han kan lagi cuti, anaknya ada yang lahiran," ucap Jihoon hentikan Junkyu yang hendak memanggil supir pribadinya tersebut.

Jihoon bersedakep dada menahan kesal. Bunganya harus segera diletakkan di halaman belakang tapi suaminya tak mau bekerja, sedangkan ia sendiri sudah tidak memungkinkan untuk melakukan pekerjaan berat ini sendirian.

"Kita berdua aja yang pindahin—"

"Oh iya saya tahu siapa yang bisa membantu, ini hari sabtu kan."

Jihoon berdecak, mendesah malas begitu melihat Junkyu yang beranjak tinggalkan teras. Ia kemudian menyusul suaminya untuk lihat apa yang akan suaminya itu lakukan.

Barangkali Jihoon lupa bahwa suaminya itu jugalah hanya seorang manusia biasa yang punya keterbatasan terutama saat kondisi fisiknya tidak sepenuhnya baik-baik saja. Dan mungkin ia juga lupa, bahwa suaminya ini masih memiliki seorang adik yang bisa diperintah ini-itu.

Tak sampai satu jam sejak setelah Junkyu menelepon Doyoung dan memintanya untuk datang membawa teman-temannya serta, adik iparnya itu kini sudah menampakkan wajah saja di pintu depan bersama Mashiho.

"Kemana pacarmu, kamu ganti pacar?" Junkyu bertanya dengan sengak, menatap Doyoung yang kini melipat tangan dengan kesal mendengar pertanyaan kakaknya.

"Kenapa sih, kepo!" balasnya sedikit meninggikan suara dengan sebal. Ia tak akan katakan bahwa ia sudah putus karena ia tak mau kakaknya itu makin sombong saja karena larangannya yang selalu tepat sasaran.

"Kenapa cuman Mashiho yang ikut, Asahi gak diajak?" Jihoon turut ajukan tanya.

Tak semenjengkelkan Junkyu jadi Doyoung membalasnya dengan lebih sopan. "Asahi sibuk Kak, dia lebih mentingin kerja walaupun weekend," jawab Doyoung berbohong dengan lancar. Tentu saja ia tak mungkin dengan gamblang katakan bahwa ia sengaja tidak mengajak Asahi ikut serta karena tak mau kawannya itu caper pada kakaknya.

"Jadi ini kita disuruh ke sini buat ngapain?"

"Itu, bantuin pindahin itu ya," Jihoon menunjuk ke belakang Doyoung dan Mashiho, buat kedua remaja itu sontak menoleh dan dibuat melongo. "Tolong ya," ucap Jihoon lagi dengan lembut buat dua sahabat itu tentunya tak akan tega untuk menolak.

Sweet Love [ kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang