Di pagi menjelang siang itu Jihoon sudah diburu-buru oleh Junkyu, diminta segera ikut persiap pergi dengannya. Jihoon malas. Inilah kenapa ia tak mau ikut suaminya pergi dinas keluar, karena ia jadi ketularan sibuk padahal tak ada yang akan ia kerjakan juga.
"Pak, bisa gak sih aku gak usah ikut aja? Kan sama aja, aku ngapa-ngapain juga."
Jihoon masih rajin protes dari sejak mereka meninggalkan hotel sampai sekarang saat mereka telah tiba di kantor tempat Junkyu dan ayahnya akan bertemu dengan klien.
"Ah, Pak...," wajahnya merengut sedih. Lesu. Kakinya sudah tak bertenaga untuk lanjut melangkah.
"Sudahlah Junkyu, kalau istrimu gak mau ya sudah jangan dipaksa. Daripada nanti dia cemberut terus sepanjang meeting," Hanbin segera menengahi. Jengah juga sebenarnya.
Ia jadi berpikir berulang kali, beginilah ia saat baru menikah dulu? Pasalnya, Jisoo kerap ikut dengannya pergi dinas bukan karena Jisoo yang ingin melainkan karena Hanbin sendirilah yang meminta Jisoo untuk ikut.
Lupakan pasal pernikahannya yang berasal dari perjodohan dan ia yang sempat menolak keras. Nyatanya tak sampai setahun pernikahan sudah tumbuh bibit di rahim Jisoo yang kemudian lahir sebagai Junkyu.
"Iya sudah baiklah, kalau kamu gak ikut terus kamu mau kemana? Sudah terlanjur di sini."
Jihoon mengulas senyum. Gembira akhirnya Junkyu mau melepaskannya. "Aku tunggu di sekitar sini aja, jalan-jalan di sini."
"Tapi jangan jauh-jauh, kabari saya kamu menunggu di mana, hati-hati dan hubungi saya kalau ada apa-apa—"
Hanbin berdecak. Lantas ia tarik saja Junkyu agar segera beranjak. Junkyu sempat terkejut, namun dengan cepat kembali menoleh pada Jihoon untuk melanjutkan ucapannya.
"Jangan ngobrol sama orang asing, perhatian jalan dan—aduh!"
Jihoon tertawa saat melihat Junkyu yang akhirnya kena jitak juga. Puas ia melihatnya. Kapan lagi.
Jihoon segera beranjak, tinggalkan gedung perusahaan besar di hadapannya tersebut. Langkah kakinya dibawa memasuki sebuah cafe, memesan minuman dan beberapa camilan, lalu duduk di sana menunggu suaminya selesai dengan pekerjaannya.
Ponselnya dibuka. Jihoon mengambil beberapa gambar dirinya kemudian dikirmkan pada Junkyu. Jihoon masih terus berpose dan kirimkan sepuluh foto lebih pada Junkyu dengan berbagai kalimat yang menyertai setiap fotonya.
Alisnya mengkerut heran begitu dapati seseorang menatapnya dari belakang dan tertangkap oleh kameranya. Ia awalnya kesulitan mengenali pria berkacamata itu, namun begitu ia menoleh ke belakang detik itu juga ia tahu siapa gerangan pria yang terus memperhatikannya itu.
"Ngapain lo, udah kayak stalker aja," ucapnya kesal seraya lantas kembali fokus mengirimkan pesan pada Junkyu.
'Pak liat deh ada siapa'
'Kamu bakal lama banget gak?'
'Males deh di sini ada Yoonbin :('
'Kok bisa ya ketemu dia lagi'
'Yoonbin ngajakin ngobrol terus T-T'
Jihoon terus mengirimkan pesan pada Junkyu walaupun tak satu pun dari pesannya yang mendapat balasan. Tak masalah, ia tahu Junkyu pasti sedang sibuk dan tak akan mengecek ponselnya sampai urusannya selesai.
Tapi ia malas, Yoonbin duduk di hadapannya. Rasanya ia ingin memutar diri dan menyusul Junkyu ke kantor saja daripada harus berhadapan dengan mantan menyebalkannya ini.
"Ji."
"Hem?" Jihoon berusaha mengabaikannya dengan berpura-pura sibuk dengan ponselnya walaupun yang ia lakukan sejak tadi hanya membuka dan menutup aplikasi tanpa tujuan pasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Love [ kyuhoon ]
FanficB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Tujuan awalnya adalah untuk memanfaatkan uang yang dimiliki suaminya untuk pengobatan ibunya dan juga untuk memperbaiki keuangannya yang kian memburuk setelah kepergian ayahnya. Namun kini perasaannya justru terbuai aka...