Pagi cerah itu membawa suasana hatinya turut bergembira. Mentari bersinar hangat. Sehangat hatinya yang kini asyik bersenandung seraya menuruni tangga meninggalkan kamarnya menuju dapur. Dengan masih mengenakan piyama berwarna cream bergaris merahnya Jihoon menghampiri Sana, si pelayan rumahnya yang masih sibuk menyiapkan sarapan.
"Kak Sana, sarapannya apa," tanyanya, kemudian mendudukkan diri di kursi dan tuangkan segelas air putih ke dalam gelas.
Wanita itu segera menoleh. "Kemarin anda yang minta dibuatkan pancake kan," tanyanya balik untuk memastikan bahwa ia tak salah menyiapkan sarapan. Belakangan ini memang Jihoon lebih sering request menu yang ingin dicobanya sebelum jam kerja pelayanannya habis.
Jihoon mengangguk dengan cepat. "Iya, udah jadi? Aku mau makan sekarang," katanya seraya mengusap-usap perutnya yang sudah keroncongan.
"Sudah, mau saya siapkan sekarang? Atau mau menunggu Tuan Junkyu dulu?"
Ini baru pukul setengah tujuh pagi dan biasanya Jihoon sarapan setelah dipaksa bangun dan mandi oleh Junkyu. Itupun Jihoon masih menunggu Junkyu makan lebih dulu sebelum akhirnya ia turut menyantap sarapan, jadi agak aneh saat Sana melihat istri tuannya itu turun masih mengenakan piyama dan sekarang minta sarapan lebih dulu sebelum Junkyu muncul.
"Iya sekarang aja, kelamaan kalau nungguin si Junkyu itu. Gara-gara dia nih aku gak bisa tidur dari jam empat pagi tadi, aku jadi kelaperan," ucapnya disertai nada kesal yang kentara.
"Baiklah."
Sarapannya segera disajikan dan Jihoon menikmatinya selama menunggu suaminya selesai bersiap untuk pergi bekerja. Ia masih fokus mengunyah makanan saat tiba-tiba penciumannya menangkap aroma yang menganggu hidungnya. Bersamaan dengan datangnya aroma yang membuatnya mual itu datang pula suaminya yang sudah berpakaian rapi siap menyantap sarapan sebelum berangkat bekerja.
"Sayang—"
"Stop!"
Jihoon berdiri sambil mengangkat tangannya melarang Junkyu untuk mendekat. Suaminya itu mengerjap menatapnya kebingungan. Saat Junkyu mengambil satu langkah mendekat, seketika itu juga Jihoon mengambil dua langkah mundur.
"Jangan deket-deket!" sentaknya sambil menunjuk pada Junkyu memberikan peringatan.
"Ada apa? Saya ada salah?"
"Kamu bau—ukh!" Jihoon menutup hidung dan mulutnya. Semakin lama ia mencium aroma yang seharusnya ia kenali sebagai parfum Junkyu, perutnya justru semakin mual.
"Bau? Saya baru saja mandi, bau apa? Apa airnya kotor?" Junkyu mengendusi tubuhnya sendiri berusaha mencari aroma apa yang Jihoon maksudkan sejak tadi. Namun penciumannya tak menangkap aroma apa pun yang bisa sampai membuat orang mual.
Ia jadi makin bingung. Namun seluruh rasa bingungnya itu lantas berubah jadi panik begitu mual Jihoon semakin menjadi-jadi sampai membuat Jihoon harus berlari ke toilet atau dia akan mengeluarkan isi perutnya di lantai granit rumahnya.
Junkyu buru-buru menyusul. Barang kali ia lupa bahwa ialah penyebab keadaan istrinya tiba-tiba jadi seperti ini, sehingga ia harus kembali dibuat terkejut saat Jihoon mengusirnya dengan kasar dan mendorongnya keluar dari toilet. Pintu toilet kemudian dikunci.
"Jihoon! Tolong buka dulu pintunya, astaga kamu kenapa," kekhawatiran membuatnya tak bisa berpikir waras. Hanya ada panik di benaknya saat hanya bisa mendengar suara mual istrinya tanpa bisa melakukan apa pun.
"Tuan," Sana muncul setelah sedikit membereskan masakannya dan memastikannya tak akan gosong jika ditinggal agak lama. "Biar saya saja yang mengurus Tuan Jihoon, takutnya mualnya makin parah kalau dekat-dekat dengan Tuan," katanya kemudian yang dengan cepat dapat persetujuan dari Junkyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Love [ kyuhoon ]
FanficB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Tujuan awalnya adalah untuk memanfaatkan uang yang dimiliki suaminya untuk pengobatan ibunya dan juga untuk memperbaiki keuangannya yang kian memburuk setelah kepergian ayahnya. Namun kini perasaannya justru terbuai aka...