"Kenapa?" Yoshi muncul dari belakang, kagetkan Asahi yang berdiri di belakang kasir disertai wajah cemas.
"Ah, itu Kak, gue boleh izin pulang sekarang gak? Atau nanti deh gue balik lagi ke sini," buru-buru Asahi meminta izin.
Baru beberapa menit lalu saudara kembarnya; Mashiho menghubunginya dan memberitahu tentang kabar mantan gebetannya—Junkyu. Mashiho langsung menyuruhnya untuk ikut dengannya menemani Doyoung yang tadinya masih bersama Mashiho untuk pergi ke rumah sakit.
"Mau kemana? Buru-buru banget?"
"Itu Kak, Kakaknya temen gue kecelakaan, dan gur harus kesana nganterin dia nyusul ke rumah sakit."
"Temanmu?"
"Iya, Doyoung, Kak Yoshi inget? Yang sering ke sini bareng Mashiho juga," Asahi kembali menjelaskan dan Yoshi tampak mengingat semuanya. Karena memang Doyoung sering datang kemari bersama Mashiho sejak Asahi bekerja di sini.
"Yudah, lo pergi aja, semoga Kakaknya temen lo itu baik-baik aja ya," ucap Yoshi akhirnya memberi izin.
"Makasih Kak!" Asahi berseru keras dan dengan cepat melepas apronnya. Tas yang selalu disimpan di ruang ganti itu lantas ia ambil dan mempercepat langkah kaki meninggalkan cafe.
Namun sebelum ia benar-benar meninggalkan cafe, Asahi sempat berhenti dan kembali menatap ke belakang. Memandang Yoshi yang sibuk siapkan pesanan pelanggan. Asahi jadi berpikir ulang apakah ia juga harus memberitahu Yoshi bahwa yang kecelakaan adalah Junkyu, suami dari sahabatnya itu.
"Kak Yoshi," Asahi kembali memanggil Yoshi dan hampiri Yoshi di meja kasir. "Itu..., yang kecelakaan, Kak Junkyu, suaminya Kak Jihoon, dia temen Kakak kan...," bisiknya hindari para pelanggan dari mendengar perbincangannya.
"Hah? Lo serius?!"
Asahi mengangguk cepat. Ia kemudian segera berpamitan lagi dan kali ini benar-benar tinggalkan cafe. Sisakan Yoshi yang kini terpaku dengan pandangan kosong. Tangannya cepat meraih ponsel dan jemarinya lihai mencari nomor Jihoon untuk dihubungi. Namun ibu jarinya hanya mampu mengambang di udara tanpa sanggup menekan nomor Jihoon untuk melakukan panggilan.
Ia tak tahu apakah Jihoon masih marah padanya atau tidak karena Jihoon sama sekali tidak muncul sejak hari itu. Ia ragu. Bagaimana jika hari itu adalah hari terakhir pertemannya dengan Jihoon? Bagaimana jika Jihoon bahkan tak sudi melihat atau mendengar apa pun tentangnya lagi?
Ponselnya lantas ia letakkan di samping mesin kasir. Meninggalkannya begitu saja dan berusaha hilangkan kekhawatirannya akan bagaimana keadaan Jihoon saat ini setelah suaminya kecelakaan. Yoshi tahu Jihoon akan kembali hancur, namun apa yang bisa ia lakukan selain membiarkan hal itu berlalu.
[ Sweet Love ]
Jihoon menatap dari jendela kaca suaminya yang kini terbaring tak sadarkan diri. Banyak alat medis yang melilit tubuhnya dan hal itu membuat Jihoon sesak ketika menatapnya terlalu lama. Hatinya ngilu melihat kondisi suaminya seperti ini dan air matanya bahkan sudah tak mampu lagi keluar.
Kecelakaan lalu lintas. Mobil Junkyu ditabrak dari belakang karena mobil di belakangnya yang tak dapat berhenti dikarenakan bannya yang meletus sehingga menyebabkannya oleng. Ada 4 mobil yang saling bertabrakan dan mobil Junkyu menabrak mobil lainnya yang berada di depan dan sampingnya.
Pendarahan di kepala dan patah tulang rusuk. Mendengarnya saja Jihoon sudah meringis ngilu. Saat dokter menjelaskan kondisi Junkyu, Jihoon hanya bisa berdiam diri di belakang ayah dan ibu mertuanya dengan nafas tercekat. Suaminya butuh donor darah tambahan dan di sinilah Jihoon berdiri penuh kecemasan. Ia tak bisa mendonorkan darahnya walaupun golongan darahnya cocok; Doyoung yang berakhir mendonor setelah tiba di rumah sakit tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Love [ kyuhoon ]
FanfictionB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Tujuan awalnya adalah untuk memanfaatkan uang yang dimiliki suaminya untuk pengobatan ibunya dan juga untuk memperbaiki keuangannya yang kian memburuk setelah kepergian ayahnya. Namun kini perasaannya justru terbuai aka...