(05) help me...

1.9K 225 45
                                    

Bimbang.

Jihoon sungguh bingung bagaimana ia harus menanggapi lamaran ini. Sebelumnya ia bisa menolak karena ada Yoonbin yang merupakan pacarnya, tetapi ia baru saja mengakhiri hubungannya dengan Yoonbin. Ingin menolak lamaran ini begitu saja, tetapi ibunya terlihat seperti berharap agar ia menerimanya.

Dari kemarin Jihoon tak ada hentinya memikirkan mengenai apa yang harus ia lakukan kini.

"Hei!"

Teguran disertai tepukan pada pundaknya itu sempat membuat Jihoon terlonjak karena terkejut. Ia lalu menoleh pada kawannya yang tadi menegurnya dan memberikan tatapan kesal pada temannya itu.

"Apasih?! Jangan ngagetin gitu dong!" Kesalnya.

Ia yang tadinya mematung di depan pintu cafe kemudian masuk lebih dulu setelah Yoshi membuka kunci pintunya. Dengan langkah berat ia lalu segera pergi ke balik meja kasir. Yoshi hanya bisa maklum melihat tingkah sahabat karibnya itu.

"Kenapa sih, pagi-pagi udah bete aja. Senyum dikit coba, biar mendungnya ilang."

Jihoon berdecak. Kemudian mengembangkan sebuah senyum yang dipaksakan untuk menyenangkan keinginan kawannya itu. Sementara Yoshi hanya terkekeh pelan seraya mulai menurunkan kursi-kursi yang ia letakkan di atas meja cafe, selalu ia tata begitu agar memudahkannya membersihkan lantai cafe sebelum menutupnya.

"Oh iya Yosh, gue punya dua berita. Satu berita bagus, satu lagi berita buruk, tapi buat gue dua-duanya kabar buruk sih."

Setelah selesai menurunkan semua kursi Yoshi beralih ke belakang menghampiri Jihoon seraya melepas jaketnya dan mempersiapkan diri untuk membuka cafenya.

"Kenapa gitu kabarnya, ada apa emangnya? Oh iya, gimana tante Jennie, udah baikan?"

Jihoon berbalik pada kawannya yang tengah memakai apronnya, kemudian mengangguk samar. "Mama udah baikan kok, tapi masih harus istirahat lagi, emang Mama tuh harusnya istirahat aja, gak usah kerja."

"Dan, gue kemarin putus sama Yoonbin." Tambahnya berikan kabar yang ia maksudkan.

"Hah?!"

Yoshi yang akan pergi untuk mengubah tanda 'close' menjadi 'open' yang ada di pintu cafenya itu menunda langkah, beralih pada Jihoon dengan wajah terkejut atas apa yang baru saja mampir ke telinganya barusan. Terasa seperti delusi.

"Gue putus, sama Yoonbin." Ulangnya lagi. Menatap malas pada Yoshi yang kini perlahan mulai mengembangkan sebuah senyum senang bagai dirinya baru saja mendapatkan berita diterimanya ia dalam program beasiswa yang tengah ia ikuti.

"Seneng lo!"

Bentakan itu membuat Yoshi menyemburkan tawa. Wajah malas Jihoon yang masih menghiasi parasnya sama sekali tidak menganggu gelak tawa Yoshi saat ini. Sepertinya sahabatnya itu bahkan tidak peduli jika Jihoon saat ini tengah merasakan patah hati yang begitu dalam akibat penghianatan Yoonbin.

"Kan gue udah bilang, orang kayak Yoonbin tuh jangan lo harapin lah, ngeyel sih." Tuturnya masih dengan sisa tawanya. "Lagian ya, siapa coba yang tahan pacaran lama sama lo yang super posesif dan agak agresif gini. Hadeeeh, ada-ada aja."

"Jadi, apa kabar buruknya."

Jihoon kembali berdecak kesal. Tahu saja ia bahwa kabar putusnya dengan Yoonbin merupakan kabar paling baik yang akan kawannya itu terima selama tiga bulan terakhir ini sejak ia menjalin hubungan dengan Yoonbin.

Yoshi memang tidak pernah setuju dengan Jihoon yang menyukai Yoonbin sejak lama, bahkan saat Jihoon mengatakan bahwa ia telah resmi berpacaran dengan Yoonbin, Yoshi sempat marah padanya dan menolak bicara dengannya hampir seminggu lamanya. Tapi akhirnya Yoshi juga yang harus mengalah dan bicara pada Jihoon lebih dulu karena tentu saja Yoshi tak akan ada hak untuk menentukan dengan siapa Jihoon dapat menjalin kasih.

Sweet Love [ kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang