Warning!
Chapter ini waktunya langsung sat-set-sat-set alias langsung skip-skip ke depan dengan cepat.
Kembali memasuki dunia perkuliahan, ada banyak hal yang harus persiapkan. Beruntungnya Junkyu tak pernah meninggalkan sisinya.
"Kamu mau jadi guru?" tanya Junkyu pagi itu begitu Jihoon akhirnya memberitahunya jurusan yang ia ambil.
PG-PAUD
Jihoon menggeleng. "Gak juga sih, tergantung nanti."
"Saya kira kamu akan melanjutkan kuliahmu yang dulu."
Mobil yang sempat berhenti di perempatan jalan menunggu lampu lalu lintas berubah isyarat itu akhirnya kembali melaju. Jihoon hanya terkekeh saja mendengar perkiraan suaminya yang salah kaprah itu.
"Enggak lah, tujuan hidup aku udah beda sekarang. Dulu aku ambil ekonomi bisnis karena aku mau belajar biar bisa bantuin Papa, sekarang kan hidup aku udah berputar, aku udah nikah, Mama, Papa udah gak ada, jadi aku bakal ambil pendidikan yang mungkin bisa bantu aku buat kedepannya," jelasnya panjang lebar.
Junkyu mengangguk saja. Selebihnya kagum akan bagaimana istrinya berpikir dan mengambil keputusan. Jika begini, ia harus mulai berhenti meremehkan istrinya yang kerap bersikap kekanakan dan kurang terdengar dewasa itu karena rupanya Jihoon jauh lebih cerdas dari yang terlihat mata.
"Uh, aku deg-degan banget, kalo mereka gak ada yang mau temenan sama aku gimana dong? Aku kan udah gak seumuran sama maba-maba sekarang," Jihoon tiba-tiba berucap dengan gugup begitu mobil berhenti di depan fakultasnya.
Hari pertamanya. Rasa gugupnya bukan main. Tangan-tangannya bergetar tanpa kendali. Junkyu meraih kedua tangan Jihoon dan mengusapnya pelan.
"Gak usah khawatir, kamu kan pinter bergaul, selalu percaya diri, penuh energi, cantik lagi, siapa sih yang gak mau temenan sama orang cantik seperti kamu."
Jihoon berdecak. Lalu menghentakkan kedua tangannya sampai pegangan Junkyu terlepas. Wajahnya malah tambah manyun.
"Apaan sih, aku tuh lagi serius, jangan malah ngalus kamu tuh!" sentaknya sebal, kemudian bersedakep dada menatap Junkyu dengan mata memicing.
"Ya kamu malah mengkhawatirkan sesuatu yang gak perlu. Fokus aja sama apa tujuan kamu, masalah teman pasti ada aja walaupun cuman satu atau dua. Mereka juga gak akan interogasi kamu dan nanyain kamu umur berapa."
"Hehhh, iya deh, sini ayo kasih aku semangat lagi," seatbelt-nya dilepas, kemudian mendekat pada suaminya untuk menciun kedua pipinya. Junkyu balas melakukan hal yang sama.
"Oke, semangat kerja ya suami," ucapnya seraya membuka pintu mobil.
"Iya, kamu juga, semangat hari pertama kuliah."
Pintu mobil kembali ditutup. Setelah Jihoon memasuki area kampusnya barulah Junkyu melajukan kembali mobilnya menuju kantornya.
Begitulah kesibukan baru mereka dimulai. Telah jadi rutinitas bagi Junkyu untuk mengantarkan Jihoon ke kampus lebih dulu sebelum pergi ke kantor, lalu menjemputnya di sore hari kecuali saat Jihoon pulang lebih awal dari jam pulang Junkyu maka supirlah yang akan menjemputnya.
Sekarang pun mereka jadi mulai sering bergadang bersama. Junkyu dengan pekerjaan kantornya yang sengaja dikerjakan di rumah untuk menemani Jihoon yang terkadang harus bergadang mengerjakan tugas dan segala macamnya.
Seperti malam ini, mendekati akhir semester Jihoon jadi lebih banyak bergadang untuk menuntaskan tugasnya yang sejak kemarin ditunda-tunda.
"Pak, kalau kayak gini tuh kita jadinya bergadang-date gak sih?" celetuk Jihoon tiba-tiba ditengah pengerjaan tugasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Love [ kyuhoon ]
FanfictionB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Tujuan awalnya adalah untuk memanfaatkan uang yang dimiliki suaminya untuk pengobatan ibunya dan juga untuk memperbaiki keuangannya yang kian memburuk setelah kepergian ayahnya. Namun kini perasaannya justru terbuai aka...