BAB 11 ( CEMBURU )

64 6 0
                                    

" Jika ini cinta, justru itu akan membuatku terluka karena dibenci oleh cinta itu sendiri. "

* Dava *

Suara klakson di jalanan begitu ribut jika dengar. Kemacetan yang terjadi benar-benar padat dan panjang, sayangnya Dava yang baru saja pulang dari foto prewedding nya terjebak dalam kemacetan ini ketika dia sedang menuju ke rumah sakit untuk menjemput Zeeva pulang, sesuai kabar yang Kanara katakan.

Tak lupa di setiap menit nya, Dava selalu menatap buket bunga yang di letakkan di sampingnya. Itu adalah buket bunga yang sempat dia beli sebelum pergi ke rumah sakit. Sesakali Dava membayangkan senyuman Zeeva di saat ia memberikan buket tersebut serta boneka panda sebagai hadia tambahan.

' Kira kira Zeeva terima gak, ya? Gue jadi ragu. Tapi gue yakin banget kalo gue adalah orang pertama yang kasih Zeeva hadiah. Bisa di bilang hadiah sebagai keluarga yang pernah hilang untuk nya,kan? Kalo dia terima, gue harus minta balasan apa, nih '

Dava menyanggahkan sikunya ke jendela dengan tangan yang terus mengusap bibir bawah seperti sedang memikirkan sesuatu. ' Cium di pipi? '

" Hah! " Dava tertawa kecil. " Kayaknya hari ini gue bakal menang lagi,deh El. "

BRUMM!!

Setelah berakhir di kemacetan, akhirnya Dava sudah berada di dalam rumah sakit, melintasi koridor-koridor dan menaiki lift untuk menuju ke ruangan Zeeva. Di pertengahan jalan, dia mendengar suara seseorang yang tak asing. Dia tau siapa pemilik suara itu. Dava menoleh ke samping dan ternyata itu adalah Zeeva dan Arka yang tampak dekat apalagi pria itu menggenggam tangan Zeeva.

Bukan hanya itu, yang paling membuat Dava kesal, dan marah adalah melihat Zeeva memeluk bunga mawar pemberian Arka dengan erat.

Sial.
Senyuman bagaikan bunga yang mekar kini berganti dengan wajah sinis. Apalagi Dava memiliki sisi mata yang tajam. ' Si brengsek itu pengen gue bunuh,ya? Kenapa harus dia? '

" Lho, kak Dava? "
" Ngapain lo kesini? " Arka menunjukkan wajah herannya, walaupun sudut bibirnya tersenyum melihat Dava.
" Oh,itu. " Dava menggenggam buket nya kuat-kuat untuk menahan rasa amarah. " Gue mau ketemu seseorang. Lo sendiri ngapain kesini? "

Arka merangkul bahu Zeeva agar lebih dekat dengannya seakan mau memamerkan kedekatan mereka. Tangan Dava masih tergepal kuat dan tetap tersenyum.

" Hari ini Zeeva udah di bolehin pulang. Jadi gue dateng buat jemput dia. "
" Iya, kalo gitu Zeeva duluan,ya? Bye, kak! "

Begitu rupanya. Ternyata Dava benar-benar merasa tidak di perhatikan sedikitpun. Keringat yang membasahi tubuhnya dengan jelas memberi tanda kalau dia lelah mengejar waktu hanya untuk Zeeva. Tapi apa? Semua sudah tidak ada artinya lagi sekarang. Mereka pergi begitu saja meninggalkan Dava sendiri di tengah keramaian dan menjadi sorotan gara-gara membawa buket sebesar itu.

' Dia bahkan gak nanyain buat siapa buket ini? Kalo dibilang perasaan aku ini cinta, justru itu akan membuat aku terluka karena dibenci oleh cinta itu sendiri. Dari pada itu, lebih baik aku mengubur perasaan ini,kan? '

" Dava? "

Saat Dava merasa putus asa,Zen dan Ria datang menghampirinya dengan tatapan heran.

" Kamu ngapain disini? "
" Ada urusan penting. "
" Sepenting apa sampai lo bawa-bawa buket? " Heran Zen.

Dava melirik ke buket di tangannya. Tadinya bunga ini sangat berharga baginya, tapi tidak untuk sekarang. Dava tertawa untuk menutupi kesedihannya.

" Sekarang udah gak penting lagi. Kayaknya buket ini memang cocok untuk di buang. "
" Tapi-- "

Secret 8,3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang