BAB 39 ( CURIGA )

22 4 0
                                    

Happy reading...
*
*
*
*

"I love you my darling,"

* Dava *

Dava dan pamannya Zeeva yang tadinya berada di dalam kamar mandi sampai saat ini masih saja berada di sana tanpa ada niat untuk pergi sedikitpun. Jika ditanya kenapa, justru dari raut wajah keduanya kita bisa tau bahwa mereka sedang menatap satu sama lain dengan tatapan tidak suka.

Ucapan Devan, ayah Kanara yang sebelumnya itu benar-benar membuat Dava kesal tanpa alasan. Apalagi ketika Devan terus bertanya dengan tatapan sombongnya itu, Dava ingin sekali meledakkan emosinya sekarang tapi karna dia masih menghormatinya, sebisa mungkin Dava terus menjaga image nya sendiri.

" Kamu Dava, anak keduanya Laren,kan? Pantas saja sikap kamu persis seperti papa kamu itu! "
" Om, mencoba merendahkan ayah saya? "
" Menurut kamu? Ayah kamu itu,kan gila sama harta dan perempuan juga. Sekarang sifat kamu juga sama. Mencoba mendekati Zeeva terus mainin perasaannya? Masih belum puas kamu? "
" Sebaiknya om jaga omongan om itu baik-baik. Saya pribadi sangat menghormati anda karena anda adalah ayah dari Kanara. Jadi jangan pernah menghina saya ataupun ayah saya. " Tatapan sinis Dava sekarang ini, sebelumnya belum pernah ia tunjukkan kepada orang lain dan begitu ditunjukkan, dia benar-benar terlihat sangat menyeramkan.
" Ckckck, saya dengar kamu batal nikah,ya? Bisa-bisanya putra dari Direktur ternama kayak ayah kamu punya anak tidak tau diri kaya kamu. " Devan tersenyum miring lalu perlahan berjalan mendekati Dava. " Memalukan. "
" Ha-hahahah!! "

Dava yang mendengar hal itu langsung tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perut dan berkacak pinggang dengan tangan kiri masih memegang tempat wastafel itu. Mata Dava kini kembali melihat ke arah Devan yang masih tersenyum menatapnya.

" Wah, om tau banyak tentang keluarga saya,ya? "
" Hm, bahkan tanpa kamu ketahui pun saya tau semuanya. "
" Oh,ya? Apa itu? Apa yang om tau? " Dava sedikit menaikkan dagu karna merasa harus sedikit menantang Devan.
" Kematian Elbara, yang kamu tutupi dari Zeeva. Itu,kan yang kamu takuti sampai sekarang? "

Kini tidak ada lagi senyuman yang lebar di wajah Dava seperti sebelumnya. Hanya saja tinggal tatapan benci yang tersorot dengan jelas. Dava pun terkekeh tidak percaya akan kenyataan yang sudah berhadir di depannya ini.

" Hah! Tapi saya nggak merasa kaya gitu kok. Tapi om, saya kok tiba-tiba merasa gak enak,ya? Om itu,kan paman Zeeva. Terus kenapa dari tadi saya merasa ada hal yang janggal di hati saya setiap kali melihat om sama Zeeva. Termasuk waktu pertama kali jika jumpa. " Dava menaikkan sebelah alisnya dengan tatapan licik. " Masih ingat? Om tau, bisa dibilang saya ini memiliki insting yang kuat terhadap sesuatu. Jadi saat ini juga insting saya seakan berkata bahwa...om itu bukan orang yang baik buat Zeeva. Atau bisa jadi om juga pernah nyakitin dia? "
" KAMU!!! "

Tap!

Tangan Devan kini ditahan oleh Dava hanya dalam satu tangkapan saat pria itu ingin menampar Dava. Genggaman dari tangan Dava di pergelangan tangan Devan benar-benar terasa sangat sangat kuat dan sakit jika terlalu lama.

" Kurang ajar! "
" Sebaiknya setelah ini om harus introspeksi diri. Bahkan cara bicara om aja bener-bener nggak mencerminkan seseorang yang pantas untuk dihormati. " Dengan kasar Dava pun menghempaskan tangan Devan ke samping.
" Siapa kamu yang berani ngatur saya,hah?? "

Tepat ketika Devan ingin memukul Dava lagi, dengan gerakan yang cepat dan lincah Dava malah menarik tangan Devan itu lalu memelintir tangan pria itu sampai tulang-tulang pria itu berbunyi layaknya tulang yang retak dan merintih kesakitan.

Secret 8,3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang