"Hazel apa kamu menampar kakakmu?" Eden bertanya dengan nada dingin setelah melihat keadaan Blue terduduk di lantai.
Eden berjalan dengan diiringi sang istri Diana yang sudah tercengang melihat keadaan itu dan beralih memperingati ke pada Hazel. Ayahnya sudah marah dengan berita perselingkuhannya, tapi Hazel malah memperburuk dengan sikapnya barusan. Wajah Diana berubah cemas melotot pada Hazel.
Blue yang pura-pura jatuh ke lantai langsung tersenyum sinis, merasa dramanya berhasil ditonton Eden, Blue mulai terisak perlahan seolah benar-benar kesakitan.
Eden yang mendengarnya, langsung ke sisi Blue, membantunya bangkit, melihat Blue masih memegangi sisi wajahnya Eden langsung menggeram marah.
Hazel yang panik dengan terburu-buru menjelaskan, "Ayah, aku tidak menampar kakak. Dia sendiri yang menampar pipinya, lalu pura-pura terjatuh ke lantai. Aku tidak melakukan apapun!" Pekiknya yang langsung merubah wajah Eden menjadi lebih gelap.
Blue mencibir dalam hati, siapa yang akan percaya dengan perkataan tang terdengar konyol itu? 'Hazel...Hazel ternyata kau masih bodoh' pikir Blue merasa senang.
Sesuai dugaan Eden menggeram marah menatap nyalang pada Hazel, "Hazel, siapa yang mengajari berbohong? Tidak cukup memfitnahnya, sekarang kau berusaha menyakitinya? Apa kau waras hah!" teriak marah Eden menggelegar di ruang tamu.
Hazel yang di teriaki langsung menggeleng histeris menolak tuduhan, "Ayah, aku benar-benar tidak melakukannya!. Aku tidak berbohong, tolong percaya padaku sekali saja. Dia yang berbohong, dia sengaja melakukan itu karena dia memang membenciku. Dia itu sebenarnya licik..."
Plak
Tamparan nyaring terdengar keras di ruang tamu. Tidak hanya Diana yang syok, Blue pun ikut kaget. Biasanya Eden adalah orang yang akan menjaga emosinya, tak pernah menunjukkannya terlalu berlebihan seperti ini, tapi tak disangka ia akan melayangkan tangan pada Hazel.
Blue tau seberapa sakitnya itu hanya dari suaranya saja, pantas Hazel tercengang dengan wajah tertoleh saat ini.
"Dia kakakmu, berlaku lah sopan padanya!!. Kau memintaku percaya? seharusnya aku tidak pernah percaya padamu!" Eden langsung marah mengingat perbuatan Hazel selama ini. Anak tirinya ini yang dengan sengaja mengadu domba dirinya dengan putri kandungnya, dan bodohnya saat itu ia malah percaya. Eden menyesal sekarang.
Diana langsung memeluk Hazel menenangkan, "Mas, Se salah apapun dia kamu tidak harus menggunakan kekerasan"
Eden memegang kepalanya merasa pusing melihat Diana yang sudah mulai menangis. "Kalau begitu kau ajari dia sopan santun agar tidak memukul orang lain. Sifat lunak mu inilah yang membuatnya besar kepala" balasnya seketika membuat Diana diam.
Perlahan duduk di kursi yang berada dekat dengannya, Eden menatap Blue. "Blue, apakah pipimu masih sakit?" Tanyanya sambil meminta Blue duduk di sofa. Menuruti perintahnya Ayahnya, Blue menggelengkan kepalanya menjawab.
Menghela napas karena lelah, "Blue, mulai besok kamu bisa langsung bekerja di perusahaan. Ayah akan menyerahkan proyek pertama untuk kamu kerjakan, kamu akan jadi penanggung jawab untuk proyek Rosvrat Mall"
Selesai kalimat itu di ucapkan, wajah Hazel dan Diana menegang mendengarnya. Itu jelas proyek besar untuk Darold Group di tahun ini bahkan nilai investasinya tak lagi bernilai miliaran. Hazel sudah mewanti-wanti agar proyek itu jatuh ke tangannya, dengan begitu dia bisa mengukuhkan posisinya di perusahaan. Tapi sekarang Blue yang akan menerima proyek ini, dia yang bahkan belum pernah bekerja di perusahaan sama sekali.
Hazel menoleh pada Eden, "Ayah, bagaimana bisa kakak menerima proyek besar seperti itu?. Dia bahkan hanya lulusan akting. Dia tak tau sama sekali dengan dunia bisnis, bahkan dia belum pernah bekerja di perusahaan Ayah. Proyek ini bisa hancur jika di pegang olehnya"
Eden diam tak menanggapi, ia jelas tahu Blue hanya lulusan jurusan akting yang tak ada sangkut pautnya dengan dunia bisnis. Tapi melihat derita yang sudah dialami putrinya, Eden makin berniat untuk menyerahkan proyek besar ini, dengan begitu Blue akan memiliki pengaruh di perusahaan dan tak lagi bisa di remehkan orang lain. Eden tau, Blue harus memiliki nama di perusahaan keluarga, dengan begitu dia akan punya kekuatannya sendiri.
Selain itu Eden tau dengan jelas, jika istri pertamanya sangat lah pintar. Ia yakin kepintaran itu pasti turun pada putrinya, jadi hanya butuh belajar sebentar, dan Eden yakin Blue pasti akan mengerti semuanya. Karena tau keputusannya murni karena alasan pribadi, Eden tak berminat menjelaskan panjang lebar. Dan Blue pun dengan senang hati tak menjelaskan, ia membiarkan saja Hazel dan Diana yang terus menerus mencari kelemahannya. Lagi pula menyenangkan melihat kedua orang itu putus asa.
Tak ingin lagi mendengar perkataan Hazel dan Diana yang terus menerus meragukan Blue, Eden segera bangkit berdiri. "Sekarang istirahatlah Blue, besok hari yang besar untukmu. Sebelum tidur kompres dahulu pipimu agar tidak merah keesokan harinya" ucap Eden mengusap lembut puncak kepala Blue yang di balas anggukan patuh oleh putrinya itu.
Setelah itu Eden beralih menatap Hazel, "Dan untukmu Hazel, kau akan Ayah tugaskan di kantor cabang. Tingkatkan penjualan kantor cabang dan gunakan waktu itu untuk memperbaiki sikapmu hingga kau Ayah panggil kembali" perintahnya yang membuat wajah Hazel memucat.
Belum sempat membantah, Eden berlalu menaiki tangga meninggalkan keputusan buruk untuk Hazel.
Hazel berubah menatap nyalang pada Blue, "Puas kau sekarang hah!" Bentaknya.
Blue hanya mengedik kan bahu singkat, "Belum puas, tunggu saja hadiah-hadiah kecil dariku kedepannya Hazel" bisiknya tersenyum miring yang makin membuat Hazel mengamuk.
"Dasar jalang! Wanita licik" teriakan Hazel menggema diruangan.
**
Mobil berlogo Rolls Royce hitam terparkir tak jauh dari klinik di antara gedung sempit yang gelap. Seorang pria membukakan pintu bagian belakang mempersilahkan Arthur untuk masuk.
Pria yang baru saja di perban itu tampak biasa saja mengambil cerutu dan menyalakan korek dan menghisapnya. Membiarkan cincin asap mengepul ke udara dari mulut tipisnya.
"Baron, apa kau mengenali wanita itu?" Tanya Arthur dengan nada rendah.
Baron yang sudah mengetahui keseluruhan cerita langsung memahami wanita mana yang dibicarakan Tuannya. "Setau saya dia artis Tuan, tapi sudah beberapa tahun hiatus karena berita perselingkuhan, dan baru-baru ini dia datang kembali membersihkan semua berita tak benar itu"
Mendengar kata perselingkuhan, alis Arthur naik merasa kaget. Seolah kata selingkuh tak cocok untuk karakter wanita tadi. "Aku ingin tau semua informasi tentangnya" perintahnya meminta Baron menyelidiki Blue.
Baron yang berada di kursi depan sebelah sopir mengangguk, "Baik Tuan"
Mobil mulai berjalan meninggalkan area gelap itu masuk ke jalan aspal yang sudah di penuhi mobil dan motor.
"Saya akan memanggil dokter ke kediaman untuk mengobati anda" ucap Baron segera membuka hpnya.
Arthur tampak tak terlalu mendengarkan, sibuk dengan pikirannya hingga beberapa lama kemudian ia bersuara.
"Baron, apa aku terlihat sangat berantakan?" Tanyanya, karena setau Arthur preman pasti selalu berpakaian kusut dan tak rapi.
"Apa?" Ucap Baron merasa aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alasan Ku Menikah
RomanceBlue Darold, dihari kemenangan sebagai aktris terbaik tahun itu Blue harus menelan air mata saat melihat sang kekasih bercumbu mesra dengan sang adik. Hari kebahagiaan itu berubah jadi pintu pembuka segala rahasia di hidupnya Dimanfaatkan oleh sang...