44. Debat Arthur Blue

23.7K 1.5K 31
                                    

Ruangan CEO Barayev itu hening seketika. Blue terdiam dengan mata linglung, tak mungkin ia salting sekarang kan? tangan Blue langsung terulur menyentuh pipinya. Hangat. Mata Blue berkedip kedip. Ah ini pasti karena cuaca kan? tak mungkin karena perkataan sepele itu kan.

Mencoba menghiraukan perkataan Arthur, Blue memilih menatap sekitar menghitung ada berapa banyak buku di lemari di dinding kanan ruangan itu.

"Makan makanan yang ada di atas meja" suara Arthur langsung membuat Blue menolehkan kepalanya ke wajah pria yang tampak sibuk itu. Lalu setelah memahami perkatan Arthur, Blue kembali menolehkan kepalanya ke meja yang ia lihat tadi. Tepat diatasnya banyak makanan di sana.

"Kenapa?" tanya spontan Blue yang membuat Arthur menatap wanita itu sejenak.

"Kenapa? karena makanan memang untuk di makan" jawab singkat Arthur menatap miring pada ekspresi bertanya Blue yang langsung membuat urat jengkel Blue keluar. Anak SD juga tau soal itu.

Tak ada lagi pipi hangat itu, Blue memutar bola matanya, ya ini baru Arthur.

"Ya kenapa kau menyuruhku?" tanya nya lagi merasa tak ada alasan kenapa Blue harus duduk di ruangan ini lebih lama, apalagi berdua saja dengan Arthur. Dan kenapa ia harus memakan makanan siang pria itu, ia yakin makanan itu milik Arthur.

Mendengar pertanyaan itu, Arthur menatap Blue sesaat kemudian dengan perlahan mengalihkan matanya pada sekitar ruangan seolah memberikan jawaban tersirat, "Lihat! hanya ada kau di sini"

Jawaban itu membuat Blue membuka mulutnya seolah ingin mengatakan sesuatu tapi kemudian menutupnya lagi. Ia kehabisan kata-kata. Jadi ini tujuan pria ini menyuruhnya datang? Untuk testing makanan? Sudut bibir Blue berkedut karenanya. Ada apa dengan pria ini?

Tapi mengingat jika ia memang tak sempat sarapan karena terlalu kaget dengan berita dari Eulalia. Ah mengingat sarapan, ia jadi ingat sarapan di nakas kamar mereka tadi. Blue spontan membuka mulut ingin bertanya, tapi melihat mata pria itu yang kembali pada pekerjaannya, langsung membuat Blue mengurungkan niatnya.

Kenapa pria ini sok sibuk sih? Apa ia layak di cueki begini? Bahkan bisa dihitung jari berapa kali Arthur menatap nya sejak ia masuk tadi. Apa coba bagusnya menatap layar datar itu? Blue berdecak kesal melihatnya.

Menghela napas, sepertinya akan lebih baik jika ia mengisi perut terlebih dahulu. Kesal pun butuh energi. Dengan langkah acuh Blue langsung menuju sofa.

'Ya rezeki tak boleh di tolak kan?. Akan aku habiskan agar pria ini tak bisa makan siang' ucapnya dendam.

Melepas tas nya, Blue bersiap makan dengan mengambil garpu dan sendok. Sejujurnya ia memang lapar.

Merasakan gerakan itu dan suara garpu, Mata hitam itu melirik ke arah suara, Arthur menaikkan salah satu sudut bibirnya. Bibirnya berkedut tipis, seakan lucu dengan kepatuhan wanita yang seringnya membantah itu. Seakan melirik saja cukup, Arthur kembali sibuk sendiri dengan dokumen penting yang harus ia selesaikan.

Tak berselang lama dari suara yang hanya di isi oleh sendok dan garpu Blue. Suara ketukan tiga kali dari pintu ruangan membuat wanita yang asik makan itu menoleh. Siapa?

Lalu pintu terbuka yang menampilkan Baron dengan tangan seperti biasa memegang dokumen. Masuk dan tersenyum ke arah Blue, sebelum mendekat ke meja Arthur.

"Tuan, ini dokumen yang harus anda periksa" ucapnya pada Arthur yang di balas anggukan dari Arthur dan mulai membaca dokumen itu.

Blue sibuk menatap Arthur dengan garpu di bibirnya, 'Sepertinya perkataan orang jika pria makin tampan saat bekerja itu benar, bahkan ia sempat terpesona pada pria yang tengah serius membaca dokumen itu, yang sesekali mengerutkan alis. Sial, Arthur benar-benar tampan sayang sekali sifatnya playboy' ucapnya kesal sendiri.

Alasan Ku MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang