Meja yang semula hanya untuk dua orang itu kini berubah dengan tambahan dua kursi.
Dan kini Blue dapat dengan jelas melihat wajah Angel yang syarat kemenangan itu. Jika di hari lain mungkin Blue akan dengan mudahnya melempar rangkaian kata padanya, tapi sekarang Ia harus berpikir lebih dari dua kali. Ada Ayahnya dan ada backingan nya Arthur yang jelas selalu memberikan apa yang wanita di depannya ini inginkan.
Mengalah terkadang menjadi pilihan yang benar, dan pura-pura tak peduli jalan terbaik.Makanan di hidangkan kemudian, Blue memusatkan seluruh perhatiannya pada hidangan dengan rasa gurih berpenampilan ciamik itu.
'Tolong anggap saja aku tak ada' doa Blue dalam hati dengan sungguh-sungguh saat ini.
Terkabulnya sebuah doa harus di pengaruhi siapa yang merapalkannya, Blue sepertinya tak tergolong orang baik dengan hati suci yang bisa mengubah doa jadi nyata. Karena tepat kalimat itu selesai,
"Nona Blue apakah kaki anda baik-baik saja? Saya cukup khawatir setelah melihat betapa sungguh-sungguh nya anda waktu di ruang rapat kemarin"
'Shit, bisakah pria ini tak membahas kejadian itu?' rutuk Blue.
Mungkin inilah alasan doanya tak pernah terkabul ia rajin mengumpat.
Eden, sang Ayah menoleh ke arah Blue memastikan, "Kaki kamu kenapa Blue?"
"Blue melakukan pelayanan ekstra.....itu membutuhkan kekuatan banyak di kakinya" itu bukan suara Blue melainkan Arthur yang masih dengan wajah sopan menatap pada Eden dan kemudian beralih pada Blue, "Mungkin terasa pegal?"
Ada apa dengan pria ini?
Masalah apa yang sedang ia cari?Berusaha menjaga air wajahnya agar tak keruh, Blue terpaksa menjawab pertanyaan itu, padahal Ia sudah berencana tak akan berkomunikasi dengan orang ini, "Jangan khawatir, sebaiknya anda khawatirkan kaki anda, apakah sakit? Sepertinya terlalu keras kemarin"
Kedua orang di meja itu yang mendengarkan tak konek dengan pembahasan yang tak jelas ini. Ingin bergabung tapi entah apa yang sedang mereka bahas.
Tapi berbeda dengan ekspresi Eden, Angel tampak lebih tak suka dan marah dengan kondisi yang terlihat akrab itu. Tak ada canggung sama sekali dalam pembicaraan absurd itu.
Merubah wajah menjadi senyum, Angel cepat mengendalikan diri, "Arthur kaki kamu kenapa?" suara lembut mengalun indah dari sebelah Arthur yang membuat Blue ingin muntah mendengarnya.
"Hanya sedikit di gigit semut" Arthur menjawab singkat.
'Jangan bilang semut itu aku?' tanya Blue.
'Bagaimana mungkin ada semut di perusahaan milik Arthur?' pikir Angel.
"Lalu semutnya ketemu?" Angel masih berusaha mengakrabkan diri dengan terus mengajak bicara Arthur.
"Semutnya amnesia dengan sekujur tubuh memerah. Jadi aku melepaskannya" Arthur terkekeh sedikit yang membuat Angel tak bisa tak terpesona, sungguh jarang melihat orang ini mengubah ekspresinya dengan santai seperti ini. Menimbulkan senyum lebar di wajah Angel walaupun jawabannya tak Ia pahami.
Sedangkan Blue sudah merutuk di kepalanya, itu pasti dia karena setelah kejadian meneriaki Arthur, dia bersikap tak peduli dan berubah tenang duduk di kursinya memulai rapat. Ya, lebih ke amnesia, jika tidak mana mungkin ia masih bisa duduk di ruang rapat itu.
Eden yang makin tak paham berdehem mengganti topik pembicaraan, "Saya sangat senang bisa bekerja sama dengan Barayev Company, itu sebuah kehormatan untuk kami"
"Ya, itu semua berkat putri anda, kontraknya telah selesai akan sangat bagus jika Blue bisa datang dan melihatnya"
'What?? Kenapa harus dia, jelas ada presdir Darold Group di sini'. Tentu saja Ayahnya akan sangat senang jika kesana, dengan demikian peluang untuk membahas kerja sama lain akan besar. Selain itu, Blue tak sudi menginjakkan kaki di gedung itu lagi. Ia bisa pingsan kembali mengingat momen itu.
"Akan bagus jika Ayah saya sekaligus presdir kami yang datang, saya baru bekerja jadi saya takut tidak bisa memenuhi standar anda" Blue memberikan nada tenang syarat dengan mata penuh ancaman.
'Anda jangan macam-macam' kode Blue dari matanya.
Seakan tak berkompromi, "Ah, kalau begitu salah saya mempercayakan triliunan uang pada anda. Sepertinya saya harus memikirkan kontrak ini lagi" Arthur tampak seolah berpikir keras yang tentu menimbulkan raut khawatir di wajah Eden.
Blue berdecih dalam hati, raja akting. Kenapa dia tak jadi artis saja. Sungguh membuang-buang bakat saja.
Eden segera meluruskan perkataan Blue agar tak di salah pahami, "Ah, anda tidak salah. Blue memang baru menjabat tapi Ia sangat kompeten bahkan Ia lulusan dari H University. Dia pintar dalam hal ini"
Arthur menaikkan alis menemukan ide jahil barunya, "H University? pantas saya seperti pernah melihat putri anda. Apa Ia yang selalu membawa cek 10 juta kemanapun Ia pergi?"
Tolong kuburkan saja wajah Blue saat ini. Ia tak tahan lagi harus selalu di sindir orang ini.
Bahkan selera makannya sudah menguap entah kemana.
Eden tak mengerti arah pembicaraan, "Maksud anda?"
Blue lebih dulu membuka mulut, "Ya, itu termasuk hobi saya, memberikan cek 10 juta pada orang yang membutuhkan. Ayah aku menjadi dermawan, setelah seseorang bekerja tentu saja aku harus membayarnya, kan?"
Kembali menatap pada Arthur yang raut wajahnya agak berubah, "Benarkan presdir?"
Blue mengingatkan Arthur bagaimana Ia di bayar oleh wanita ini dua kali dengan cek yang sama setelah mereka bercinta.
Dia terdengar bekerja menjual diri jadinya jika seperti itu. Sedangkan Blue sudah kepalang senang, akhirnya bisa juga memukul wajah Arthur walaupun baru sekali.
Pencapaian yang patut di syukuri pikirnya.
Respon berbeda di dapati Blue, Arthur hanya menekan lebih dalam sudut bibirnya yang semakin naik itu. Memberikan rasa ngeri tersendiri dengan kilat hitam di matanya.
Merasa awas seperti akan ada sesuatu yang tak benar setelah ini.
"Saya yakin orang itu akan mendapatkan cek untuk ketiga kali" perkataan Arthur memutuskan saraf Blue.
Ancaman macam apa ini?
Blue hanya diam tak lagi mengeluarkan kata melawan perkataan pria itu.
Arthur beralih menatap Eden, "Jadi siapa yang akan menjadi perwakilan Darold untuk penanda tanganan kontraknya?"
bukan niat bertanya karena jelas Arthur sudah memberikan intimidasi, agar seseorang yang dia inginkan lah yang datang.Eden paham dengan pertanyaan kali ini dan tak membuang waktu sehingga ia harus kehilangan kerja sama ini, "Tentu saja Blue yang akan menjadi perwakilan kami karena dari awal memang Blue yang bertanggung jawab"
Wajah Blue pias mendengarnya, apa Ayahnya ingin mengumpannya pada orang ini?
Sejurus saat itu mata mereka bertemu, kilat menang dengan senyum tipis itu.
'Shit, dia benar-benar brengsek. Aku terperangkap sekarang' rutuk Blue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alasan Ku Menikah
RomanceBlue Darold, dihari kemenangan sebagai aktris terbaik tahun itu Blue harus menelan air mata saat melihat sang kekasih bercumbu mesra dengan sang adik. Hari kebahagiaan itu berubah jadi pintu pembuka segala rahasia di hidupnya Dimanfaatkan oleh sang...