30. Buku Nikah

26.5K 1.6K 20
                                    

Suara ketikan bersahutan terdengar dari ruangan tempat wanita itu bekerja. Menghela napas menghilangkan lelah dan menandakan pekerjaannya selesai.

Ia mengangkat jemarinya dari keyboard dan melirik ke arah piring yang ada di dekatnya.

Kue itu tampak indah menyapa dengan berbagai bentuk manis menggugah selera. Ya, itu kue yang di kirim Arthur padanya. Kue nya sangat banyak, sungguh sayang kalau di biarkan begitu saja. Jadilah ia membawa beberapa kue yang di rasanya menarik untuk menemani jam kerjanya.

Mengambil kue itu lalu menggigitnya, hmm enak sekali. Seperti yang di harapkan dari harganya yang mahal.

Sibuk mengunyah kue itu sambil bersandar pada sandaran kursi. Ia bersenandung menikmati. Hingga tak lama hp nya bergetar menandakan ada panggilan masuk.

Unknown

Nomor baru, membuat Blue hanya melirik tanpa keinginan untuk menjawab. Pasti orang iseng pikirnya.

Kembali berpusat pada kuenya, dering itu tak juga berhenti membuat Blue jengah saja. Terpaksa dengan keras mengambil hp itu dan mendekatkan pada telinga dan menjawab dengan nada jutek.

"Halo!" ucapnya pada orang di seberang telepon.

"Sepertinya kamu memang punya hobi kesal, ya?"

Ah suara ini, ia sangat kenal. Pria beristri tapi mesum pada wanita lain.

Arthur

Menjauhkan hp itu kembali untuk melihat nomor tadi, Blue mencoba mengingat nomor itu sehingga kedepannya jika nomor ini masuk ia tak harus mengangkatnya.

Kenapa orang ini menelpon? Dari mana dia bisa tau nomor teleponnya?

Tak lama kemudian ia segera mendapatkan jawabannya, yah tak sulit untuk orang kaya sepertinya mendapatkan hal sepele seperti ini.

"Tidak, kesal ku selalu pada tempatnya" jujur Blue yang menyiratkan bahwa Arthur memang pantas di berikan perlakuan seperti itu. Lagi pula ia yang selalu mengundang rasa kesal itu keluar. Tak ada hari tanpa kesal jika Arthur lah lawannya.

"Ada urusan apa? kenapa kamu menelpon?" tanya beruntun Blue mendesak agar pria ini segera mengutarakan maksudnya.

Ia malas berlama-lama mendengar suara pria ini, walaupun suara pria ini sangat sopan masuk ke telinga, rendah dan dalam. Itu lah masalahnya, ia takut lupa dengan sifat buruknya dan malah jatuh hati.

Lebih baik langsung ke intinya tanpa mukodimah yang panjang. Menyelamatkan hati wanita yang gampang luluh, sekalian ia masih berniat menikmati kembali waktu nya dengan sepiring kue itu.

"Bisa kita dinner malam ini? ada hal yang pelu di bicarakan"

Blue mengernyit, dinner? Tidak salah? Kenapa tiba-tiba pria ini mengajaknya makan malam? Apa Angel atau wanita lain yang suka menempel padanya itu sedang tak bisa, jadi dia menggunakannya sebagai cadangan? dan hal apa lagi yang perlu mereka bahas? sepertinya tak ada urusan yang tersisa di antara mereka.

"Tidak" spontan Blue, tapi kemudian ia langsung sadar, "Maksud... maksudnya...hal apa yang ingin kamu bicarakan? Tidak bisakah bicarakan lewat telepon saja? aku bisa mendengarkan sekarang" gagap Blue yang ketara sekali menolak acara makan malam itu.

Membayangkan saja, Blue sudah tau itu akan jadi masalah, bagaimana jika ia sempat di foto oleh paparazi. Pria ini kan terkenal suka masuk berita gosip. Pasti banyak paparazi yang mengintainya.

Ia belum sanggup jika harus terkenal sekarang, apalagi sampai harus di banding-bandingkan dengan Angel yang selalu masuk berita dengan pria ini. Jelas ia hanya akan di hujat saja nanti.

Alasan Ku MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang