Koridor apartemen itu sepi tak ada satu pun manusia yang lewat di sana kecuali dua manusia yagn tengah sibuk dengan pikiran mereka saat ini.
Blue menatap Arthur yang masih ada di hadapannya. Pria ini tidak punya pendirian atau bagaimana sih? dia datang dengan alasan suami menjemput istri seakan dia suami yang baik saja. Apa dia lupa dengan gosip nya yang tak surut di tv itu?
Ini buruk jika dia berjalan keluar dengan Arthur kemungkinan dia masuk lensa kamera paparazzi itu besar. Dia tak bisa membiarkan itu terjadi.
"Kamu tunggu di mobil saja, sebentar lagi aku turun" ucap Blue setelah pikiran tadi muncul.
Arthur terlihat tak suka entah mungkin karena di perintah oleh Blue atau karena alasan lain juga,
"Aku tunggu di sini, segera bersiap atau aku seret kau sekarang juga" perkataan penuh ancaman itu sungguh membuat Blue terdiam.Menatap diam ke wajah Arthur, ya pria ini akan melakukan sesuai perkataannya. Dia orang yang tidak takut apapun juga. Jika dia berkata akan menyeretnya pasti itu akan terjadi.
"Fine, tunggu di sini" ucap Blue kemudian kembali masuk.
Berhasil keluar dari debat dengan Arthur, wajah Eulalia langsung menyambutnya. Ah dia melupakan temannya ini.
"Ngapain lo keluar? Tukang delivery nya nyasar?" tanya Eulalia sudah berdiri dan menatap Blue penasaran.
Ck, bagaimana cara menjelaskannya. Permasalahan ini tak semudah itu.
"Gue ada urusan bentar, gue keluar ya" sebelum Eulalia sempat bertanya panjang lebar, Blue sudah ngacir ke kamar mengambil tasnya dan koper pink itu.
Menyeret koper keluar kamar, ia kembali di suguhi pertanyaan dari Eulalia, "Ngapain lo bawa koper? Bukannya lo nginep di sini?"
Kacau semuanya, seharusnya ia pergi saja saat Eulalia belum pulang tadi. Dan seharusnya juga yang menjemputnya bukan Arthur.
"Ah, gue mau ke apartemennya Jani, soalnya ada kerjaan mendesak. Gue bawa koper sekalian karena males bongkarnya. Mungkin gue nginap di apartemen Jani malam ini" Blue berusaha mengatur suara nya agar tenang tak gugup sedikitpun.
Lawan bicaranya kali ini temannya yang sangat mengenal kepribadiannya, salah sedikit saja ia bisa langsung ketahuan. Dan lagi, ia juga tak bisa berkata jujur dengan waktu singkat, apalagi seorang Arthur sedang menunggu di luar. Pria itu bisa saja mendobrak masuk karena diabaikan terlalu lama. Satu yang Blue tau, pria itu bukan tipe orang yang punya stock sabar yang banyak.
Jadi Blue harus segera keluar secepatnya, atau Eulalia akan bertemu Arthur pada keadaan yang belum kondusif.
"Gue pergi ya, nggak usah di anter gpp. Lo capek kan, mandi gih terus istirahat" senyum Blue sambil mendorong Eulalia masuk dan berbalik secepatnya.
Di dengar oleh siapapun ucapannya tadi memang tak masuk akal.
Merutuki dirinya, Blue tetap berjalan secepatnya jangan sampai Eulalia memanggil namanya.Klik
Bunyi pintu apartemen Eulalia di tutup, Blue menghela napas lega merasakan berhasil keluar dari situasi yang mungkin akan buruk itu.
Mencari Arthur, pria itu berdiri di tempat tadi, di tempat Blue meninggalkannya tadi. Aura gelap menyeruak begitu saja, bahkan pria ini diam tak bergerak saat ini dengan wajah super duper datar dan mata tajam menghunus.
Glek
Gugup melanda Blue saat ini, "Arthur, kamu baik-baik saja kan?"
Pertanyaan yang tak penting sekali, jelas orang ini sedang marah dan mungkin kesal sekarang."Kau membuatku menunggu di luar seperti ini? apa aku terlihat baik-baik saja sekarang?" nada dingin itu membuat Blue diam.
Ya, di lihat dari title presdir itu tak mungkin ada orang yang memperlakukannya seperti ini. Jangankan di suruh masuk, Blue malah menyuruhnya menunggu di koridor apartemen, berdiri seperti patung.
Bukan salah Blue, ia sudah menyuruh pria ini untuk menunggu di mobil saja tadi. Jelas ini buah dari ke keras kepalaan pria ini.
Tapi walaupun begitu tentu saja Blue tak ingin mendebat, bisa di cekik dia jika mengatakan itu.
"Ada temanku di dalam, akan jadi masalah jika kalian bertemu" Blue memberikan alasan terbaiknya yang ia yakini Arthur akan paham.
Arthur memutar lidahnya di antara geraham menahan kesal, dari sebanyak itu wanita yang mendekatinya semuanya ingin pamer jika memiliki hubungan dengannya, tapi lihat lah wanita yang menyandang gelar istrinya ini. Yang malah tak ingin siapapun tau bahkan temannya pun.
Arthur merasa harga dirinya terinjak-injak saat ini, ia merasa sudah memenuhi standar sebagai pasangan yang bisa di pamerkan, ia tampan, kaya, dan masih muda tak ada yang kurang.
'Sebenarnya apa isi kepala wanita ini?' kesal Arthur dalam hati.
Mengakhiri pembicaraan tak penting itu, Arthur berbalik dan segera berjalan menjauh yang langsung di ikuti Blue dengan napas lega. Ia lolos kali ini.
Memasuki lift menuju lobi, Blue langsung memasang kain untuk menutupi kepalanya. Ia harus menyembunyikan identitasnya serapi mungkin, ingat kamera ada di mana-mana.
Melihat tindakan mencurigakan itu, Arthur menyipitkan mata gelapnya ke arah Blue, "Apa yang kau lakukan?"
Kaget, Blue menoleh pada Arthur, "Tentu saja menutupi wajah ku, aku tak ingin masuk akun gosip dengan mu. Ingat pernikahan kita rahasia" ucapnya mengingatkan kembali soal pernikahan ini yang malah membuat Arthur berdecak jengkel.
Ting
Lift lobi terbuka, lobi apartemen masih tampak ramai dengan berbagai kegiatan. Blue langsung menyeret koper dengan salah satu tangannya segera menuju luar apartemen. Bergerak cepat, ia membuat jarak dengan Arthur, ia harus menjauh dari pria ini jika di depan umum.
Arthur menatap gerakan Blue dari belakang, 'Ck, segitu inginnya wanita ini menyembunyikan pernikahan mereka?'
Bergerak cepat mendekat, Arthur menarik tangan Blue ke belakang membuat sang pemilik kaget.
"Ah..."
Blue berhenti tepat di wajah Arthur, dia terbungkus di dalam kedua lengan kokoh itu.Menggenggamnya erat tak berjarak sedikitpun.
Karena gerakan cepat itu kopernya terlepas dan kain yang ada di kepalanya juga terbuka memperlihat seluruh wajahnya. Tangan Arthur naik menarik kain yang tak besar dan ringan itu menutup mata hazel Blue lalu berhenti di hidung mancung mungil milik Blue, menyisahkan bibir merekah dengan warna peach.
Blue gelisah, ia tak bisa melihat apapun. Saat semuanya di rasa gelap, kulit kenyal terasa menyentuh dan masuk ke rongga bibirnya yang terbuka. Bergerak pelan yang kemudian intens melahap semua bibirnya.
"Emh"
Bibir Arthur mencecap bibir bawahnya, mengemut nya gemas di akhiri gigitan. Bibir itu makin bergerak liar dengan masuknya lidah pria itu menemui apa saja yang di sentuh di mulut Blue yang mengeluarkan desahan pendek.
Tak sebentar, pria ini seakan sengaja melakukannya dengan waktu yang lama hingga genggaman tangan Blue di lengan atas pria itu berubah memukul pelan meminta berhenti karena sayup-sayup ia mendengar nada syok dari sekitar.
Tapi tangan Arthur beralih menekan bagian kepalanya untuk membuka lebih dalam.
"Engh"
'Shit, pria ini apa dia tidak tau tempat? Ini di lobi apartemen banyak mata di sini' kesal Blue ingin berteriak.
Dengan napas yang mulai kasar, Arthur memberikan jarak dari mulut Blue, Ia berbisik di atas bibir yang terbuka itu, "Sayang sekali kau akan masuk gosip dengan ku..... tapi tenang saja aku menutupi wajah mu"
Blue bisa merasakan nada menantang dari suara pria itu. Saat itu ia sadar, Arthur sengaja menciumnya di keramaian karena Blue mengatakan tidak ingin masuk gosip dengan nya.
Kurang ajar dia benar-benar pendendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alasan Ku Menikah
RomanceBlue Darold, dihari kemenangan sebagai aktris terbaik tahun itu Blue harus menelan air mata saat melihat sang kekasih bercumbu mesra dengan sang adik. Hari kebahagiaan itu berubah jadi pintu pembuka segala rahasia di hidupnya Dimanfaatkan oleh sang...