Taman atau entah itu rumah kaca yang tadinya seperti surga bagi Blue berubah seketika. Ini neraka Arthur, pria ini lebih dominan dari pada ketika ia di perusahaan. Dan sifatnya berubah jauh lebih berbeda jika itu menyangkut sex. Perkataan laki-laki ini luar biasa mesum.
Arthur berdiri tak goyah di depannya, matanya masih menyiratkan gelap nafsu yang tak surut.
"Arthur, jangan bercanda" panik Blue yang malah terdengar putus asa.
Sedangkan pria ini malah mendesis sambil memegang selangkangannya, "Yes, say my name"
Kancing celananya sudah terbuka saat ini di ikuti dengan suara resleting yang mulai turun. Melihat itu, Blue makin kelabakan. Ia tentu tak ingin melakukan hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya, baik dalam bayangan atau di dunia nyata. Apalagi untuk pria ini, benar mereka sudah tidur 2 kali tapi itu semua karena dia mabuk.
Mulai memaksa otak untuk berpikir, Blue segera hendak berlari. Ya berusaha saja dulu, untuk hasilnya tak perlu di pikirkan. Tapi seperti bayangannya, tangannya sudah dulu di tarik oleh Arthur ke belakang. Cengkraman di dagunya tak santai sama sekali, pria ini sepertinya mulai kesal.
"Jangan membuatku marah, dan melakukan hal kasar" ancam Arthur penuh tekanan.
'Shit, padahal dia sudah berlaku kasar sekarang' kesal Blue hanya bisa di dalam hati.
Arthur menarik wajah Blue mendekat padanya, menjilat bibir yang terbuka itu dan mengulumnya singkat.
"Nggh" desah Blue keluar bersamaan dengan Arthur yang menyeringai.
"Jadilah gadis baik...ah kamu bukan gadis lagi, jadilah wanita baik. Aku suka wanita penurut" suara rendah itu menggelitik, memberikan efek merinding hingga punggung.
'Wanita penurut carilah di bar, jangan di acara ini!' maki Blue dalam hati.
Tak ada yang bisa di lakukan Blue, bicara pun tak bisa karena cengkraman di dagunya. Bahkan ketika tangan Arthur mulai menekan bahunya agar badannya turun pun, ia tak bisa menolak. Kekuatan pria selamanya tak sebanding dengan wanita.
'Brengsek' rutuk Blue makin tak berdaya.
Blue terduduk di lantai yang tak kasar itu, lebih tepatnya ia menumpu di lututnya. Untungnya ini taman jadinya lututnya tak perlu merasakan kasar nya lantai. Ada rumput yang lembut di bawah lututnya.
Mata Arthur terus menatap intens pada Blue, hanya di perhatikan begitu cukup untuk rona merah itu menyebar ke seluruh wajahnya. Arthur mulai membuka kain penghalang itu dan mengeluarkan benda yang membuat Blue kaget bukan main.
'Apa iya sebesar ini?' mata nya melebar melihat itu.
Mereka sudah tidur 2 kali tapi Blue lupa akan ukuran ini, apa karena ia mabuk jadinya ia tak mengingatnya sama sekali? Blue bisa merasakan ngilu di tenggorokannya.
Arthur menyeringai melihat ekspresi itu, "Takjub hah? Benda ini juga pernah ada di dalam dirimu Blue" ucap mesumnya dengan menggoyangkan benda panjang itu.
'Shit, mesumnya sungguh tak tertolong lagi' Blue bergidik ngeri melihatnya.
"Sekarang buka mulutmu" Arthur tampak mendesak, tak bisa menahan lagi.
Sedangkan Blue sudah mulai mendorong tubuhnya ke belakang, "Tunggu, itu tidak akan muat" ucapnya mencari alasan atau mungkin sudah ngeri duluan.
Arthur terkekeh kecil, "Karena itu kita akan mencari taunya sekarang" ucapnya santai mulai mengambil rahang Blue mendekatkan padanya.
"Tunggu, Arthur..." Blue berjuang panik melarikan diri pun tak bisa.
Arthur mengambil kesempatan di saat itu, memegangi sisi wajah Blue, mulai memasukkannya lebih dalam tak menghiraukan kekagetan Blue yang tampak tak siap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alasan Ku Menikah
RomanceBlue Darold, dihari kemenangan sebagai aktris terbaik tahun itu Blue harus menelan air mata saat melihat sang kekasih bercumbu mesra dengan sang adik. Hari kebahagiaan itu berubah jadi pintu pembuka segala rahasia di hidupnya Dimanfaatkan oleh sang...