22. Kemarahan Istri

33.9K 1.6K 25
                                    

Menundukkan kepalanya lebih dekat lagi, "Mau lihat cek 10 juta ku?"

Blue yang sudah sadar akan kenyataan dan tau jika yang dilakukan mereka ini tak benar.

Ia Langsung mendorong dada Arthur dengan keras membuat jarak diantara mereka. Ia tak ingin berhubungan dengan pria ini, apalagi suami orang. Menjadi pelakor bukan cita-citanya.

Blue mendelik pada pria yang masih tak ingin melepasnya terbukti dari pinggangnya yang terasa di tekan.

"Kamu benar-benar nggak punya perasaan ya. Tidur sana sini sembarangan, nggak bisa apa hargai perasaan istri kamu sedikit?" sengit Blue berteriak di wajah Arthur untuk mengalahkan suara musik.

Ada raut terkejut di wajah Arthur. Istri? Ah, sepertinya wanita ini tau banyak tentangnya. Detik berikutnya Arthur tersenyum, lagi pula dia tertidur juga dengan istrinya. Lalu dimana salahnya?

"Ah, apa kau lupa, siapa yang barusan mengatakan aku tak punya perasaan? Aku rasa itu alasannya" jawab Arthur santai tak berteriak seperti Blue.

Arthur kembali menambahkan, "Lagi pula aku tak pernah membuang kesempatan. Istriku juga suka tidur dengan pria yang bahkan tak di kenalnya" Blue bergidik mendengarnya. Pantas saja mereka bisa menikah, kelakuan mereka cocok.

Sepertinya pepatah kalau pasangan cerminan diri itu benar.

"Kalian benar-benar di takdirkan untuk bersama. Kalau begitu tolong lepaskan aku, aku tak ingin mengganggu keharmonisan rumah tangga mu" cibir Blue di setiap kata nya yang jelas sedang menyindir.

Arthur terkekeh dengan bahu bergetar mendengar sindiran itu, 'ia menyindir dirinya sendiri' pikir Arthur lucu.

Kembali memusatkan perhatian pada Blue yang melihatnya dengan raut aneh yang entah kenapa sama sekali tak mengganggu bagi Arthur.

"Terima kasih... setelah di pikir-pikir kamu dan istriku banyak kesamaan. Bukannya kau juga tidur dengan pria yang tak kau kenal bahkan sudah 2 kali.... Aku bisa mengumpulkan kalian di bawah status yang sama" ucapnya dengan nada menggoda yang justru di hadiahi geplakan tangan di dadanya oleh Blue yang menyalurkan kesalnya.

Apa ini kode untuk poligami?

Gila ini orang, dia ingin menjadikan aku istri keduanya?

Blue bisa sakit kepala jika berlama-lama mengobrol dengan orang ini.

Arthur tampak geli dengan geplakan itu tak risih atau marah sedikitpun, ia sudah menduga kekerasan itu akan terjadi. Wanita ini tipe yang berani tak mungkin ia lupa pahanya pernah di tampar oleh wanita yang sama.

"Ah, apa barusan itu kode agar aku menceraikan istri ku dan hanya menikahimu saja?".Arthur menaikkan sebelah alisnya dengan wajah bertanya seolah serius.

"Ya, di mimpimu" teriak Blue kesal dengan wajah merah yang untung saja tertutup cahaya yang redup.

Arthur mengangguk-angguk menyadari sesuatu, dan kembali meremas pinggang Blue merapatkan jarak, "Ternyata seperti ini rasanya mimpi jadi kenyataan" karena memang kau satu-satunya istriku ucapnya melanjutkan dalam hati.

Tak tahan lagi dengan bahasan unfaedah ini, Blue menginjak kaki Arthur keras, setelahnya menendang kaki pria itu yang sedang sedikit lengah. Tak cukup di situ, ia menarik kerah kemeja Arthur yang memang masih berdiri walaupun sudah di injak dan di tendang dengan kekuatan ekstra Blue. Dia pria yang kuat,

Srek

Blue mendekat dan tepat di bawah rahang dekat dagu, ia menghisap kulit itu sekuat yang ia bisa. Syok dengan gerakan agresif itu, Arthur hanya diam seakan rela dan pasrah saja hingga keningnya mengernyit merasakan perih.

Detik berikutnya Blue menjauh dengan senyum puas, tanda merah yang luar biasa bahkan tak akan bisa di tutupi dengan kerah baju. Ia sengaja melakukannya di tempat itu.

Beralih menatap Arthur yang sepertinya sudah menebak apa yang terjadi dari ekspresi puas Blue.

"Kau tak akan bisa menghindar dari kemarahan istrimu" ucap Blue lalu mendorong Arthur dan tergesa pergi dari kerumunan itu, meninggalkan Arthur yang mengikuti langkah Blue hingga lenyap dari pandangannya.

Pft ha ha ha

Suara tawa pecah dari Arthur, 'Benar-benar menarik. Istriku benar-benar penuh kejutan' puji Arthur.

Mengangkat tangan menyentuh kulitnya yang masih agak perih itu. "Untuk apa menghindar, aku dengan ikhlas menerima kemarahan istriku" ucapnya yang lagi-lagi tertawa merasa lucu.

**

Kembali menaiki tangga menuju lantai 2, ia duduk di sofa tempatnya tadi yang ternyata kedua temannya masih disana.

Lantai 2 tak terlalu gelap seperti lantai 1 jadi bekas merah itu terlihat jelas dan menarik perhatian Cain dan Hamlin. Cain bahkan berulang kali menggosok matanya untuk memastikan.

Saat Arthur dengan tanpa dosa mengangkat gelas untuk minum, Hamlin bahkan menggeser tangan itu dari objek penglihatannya, "Duh geser dulu tangan lo. Gue perlu memastikan mata gue"

Lalu Hamlin dan Cain saling pandang mengkonfirmasi penglihatan, "Lo liat?"

Hamlin mengangguk, "Gue liat"

Belum bertanya, Arthur sudah memberikan gestur tangan untuk bodyguard nya mendekat. Seorang pria kekar dengan jas lengkap dan alat komunikasi di telinga mendekat segera, kulit laki-laki itu agak gelap dengan raut wajah yang keras.

"Awasi wanita yang bersama dengan ku di lantai dansa tadi" perintah Arthur yang segera di angguki. Saat tak ada lagi tambahan intruksi dan Arthur hanya diam saja laki-laki itu bergerak ingin pergi, tapi suara tiba-tiba Arthur menghentikannya.

"Dan juga....pastikan dia aman" Cain dan Hamlin yang mendengarnya juga ikut merasa aneh. Perintah itu berarti melindungi wanita itu dari segala kondisi, dan masalah apapun yang terjadi entah yang mungkin di buat oleh wanita itu atau yang datang pada wanita itu, keselamatannya yang utama.

Ini termasuk perintah yang cukup aneh jika mereka baru bertemu kan?

Arthur mengibaskan tangannya menandakan tak ada instruksi tambahan.

Cain menodong Arthur dengan pertanyaannya, "Perlakuan khusus kenapa nih? Apa lo udah kenal sama wanita tadi? Apa karena itu lo tiba-tiba narik wanita itu gitu aja waktu dia di goda Hamlin? Siapanya lo?"

Pertanyaan beruntun seperti emak-emak membuat Arthur malas meladeni, bahkan ia diam saja dan mulai menyalakan rokoknya. Sungguh berbeda dengan Arthur jika di depan Blue, sifat hemat bicaranya pasti hilang begitu saja.

"Kacang mahal woi" sindir Cain di cueki.

Hamlin tertawa melihat itu, "Serius deh Ar, lo kenal sama wanita tadi?"

Pertanyaan yang jelas seperti ini barulah di jawab Arthur, "Istri gue"

Cain yang kesal tadi langsung berubah kaget, "Becanda lo nggak lucu, gue kira pernikahan lo cuma gosip doang, kapan lo nikah? kok kita-kita nggak lo undang?"

Pernikahan Arthur memang tak disiarkan seperti kebanyakan pernikahan konglomerat lainnya. Tapi kabar bahwa dia sudah menikah memang sudah tersebar lama. Dan Cain tak pernah menganggap serius kabar pernikahan Arthur selama bukan temannya itu yang langsung memberitahukan padanya. Jadi dia cukup kaget saat ini tak berbeda dari Hamlin.

Arthur menghembuskan asap dari mulutnya membentuk cincin asap mengepul di udara, "Serius" jawab nya singkat yang langsung membuat kedua temannya diam.

Jika begini itu pasti benar, Arthur tipe yang tak suka bertele-tele. Mereka kembali memperhatikan bekas merah di kulit leher pria itu, semakin menguatkan kabar pernikahan itu.

Karena tak biasanya ada yang bisa mengukir bekas itu di tubuh pria ini. Bahkan di tempat yang bisa di lihat mata langsung seperti memang berniat untuk di pamerkan.

"Ouwh apa karena itu leher lo merah gitu? Supaya nggak dilirik cewek lain? posesif juga istri lo" ucap Hamlin berniat menggoda.

"Terus kenapa nggak di kenalin ke kita? Gue kan pengen kenalan juga sama wanita yang berhasil menyandang status istrinya Arthur Barayev" tanya Cain dengan alis naik turun.

Arthur menatap mereka tersenyum tipis dengan godaan itu merasa aneh ia tak marah, "Dia ga tau gue suaminya"

Senyum di wajah kedua orang itu pudar seketika, "Kok bisa?"

Alasan Ku MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang