55. Pertengkaran Pertama

23.6K 2.1K 249
                                    

Tak ada lagi yang bicara di dalam mobil itu. Mobil Rolls Royce itu membelah jalanan ibu kota di bawah langit malam yang terlihat terang benderang.

Tak lama setelahnya, mobil itu memasuki area villa dengan nuansa hijau yang kental. Pohon tinggi berjejer di sepanjang jalan masuk. Dan setelah beberapa menit, mata Blue segera menemukan bangunan putih yang terlihat bersih di tengah pohon hijau itu. Tampak sangat asri, sangat berbeda dari bangunan Barayev lain yang ia masuki.

 Tampak sangat asri, sangat berbeda dari bangunan Barayev lain yang ia masuki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mobil itu berhenti, Arthur segera keluar tanpa basa basi. Menarik napas lebih dalam, Blue akhirnya ikut keluar juga. Tepat saat ia menutup pintu mobil, dan mengambil 3 langkah, mobil itu pergi setelahnya hanya menyisakan dirinya dan Arthur.

Menatap kepergian mobil itu, Blue tau malam ini tak akan baik untuk nya. Ia terkurung bersama Arthur di bangunan ini.

Dan tepat saat itu, suara ketukan di pintu membuat nya menoleh. Arthur berdiri di depan pintu dengan tangannya yang masih menggantung di udara. Arthur yang mengetuk barusan untuk menarik perhatiannya. Setelah memastikan Blue menatapnya, Arthur membuka pintu itu kemudian.

Lampu hidup secara otomatis saat langkah pertama di lakukan Arthur. Menampilkan nuansa bangunan polos furniture tapi masih sangat enak dilihat.

Blue hanya berjalan mengikuti Arthur, naik ke lantai dua, hingga masuk ke salah satu kamar di sana. Dan seperti tempat tinggal orang kaya lainnya, kamar ini bersih.

Baru saja memasuki kamar, Arthur berbalik untuk menatap nya, memunggungi jendela kaca besar yang menampilkan pohon beserta langit malam.

Menarik dasinya sedikit longgar, Arthur menampilkan raut datar khasnya, "Kemana cincin mu?" Nada suram itu seketika membuat Blue merinding.

Tanpa menjawab, Blue dengan cepat membuka tasnya, mengambil cincin yang ia lepas tadi dan segera tanpa kata memasangnya di jari manisnya kembali.

Melihat itu Arthur sedikit puas, tapi rasa kesal masih belum sepenuhnya hilang.

"Kapan aku memperbolehkan mu untuk melepas cincin itu?" Tanya dinginnya menambah suasana ekstrim di kamar itu.

Blue menghela napasnya, memutar otak untuk tak makin membuat pria ini marah. "Aku juga terpaksa melakukannya. Aku menghadiri sebuah pesta, semua orang tau aku single. Jadi bagaimana mungkin aku memakai cincin di jari manis?. Orang lain bisa berpikir aku kebelet kawin" ucapnya menjelaskan.

Tapi raut wajah Arthur tak berubah sama sekali.

"Lalu apa yang kau harapkan dengan melepas cincin itu, berharap menemukan pria dan tertawa sepanjang malam?" Decihnya membuat Blue mengernyitkan wajahnya.

"Aku tidak melepasnya untuk itu" bantah Blue yang mulai tersulut emosi. Ia juga bukan wanita yang sabar.

"Tapi itu yang akan di pikirkan pria di pesta sana, saat melihat wanita cantik tanpa status" kecam Arthur membungkam Blue sepenuhnya.

Alasan Ku MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang