15. Bertemu Arthur dan Angel

29.6K 1.6K 16
                                    

Apakah seseorang bisa dengan mudah melupakan sesuatu? Jika tidak, buktinya Blue bisa menampilkan wajah cerah seperti biasa ketika memasuki gedung Darold Group.

Kembali ke rutinitas seperti biasa, Ia sudah lupa bagaimana rapat kemarin berlangsung dan bagaimana Ia bisa keluar gedung megah itu tanpa mengeluarkan umpatan sedikitpun.

Barayev Company setuju untuk melakukan investasi dalam proyek ini, bahkan baru siang itu rapat selesai, berita sudah tersebar begitu kuat seperti angin. Entah siapa yang memulai tapi yang pasti semua orang sudah tau dan menjadi berita utama pembicaraan.

Seperti perkiraan pula, perusahaan lain saling berlomba bergabung menawarkan diri.

Melupakan kekesalannya kemarin, Ia patut bersyukur setidaknya satu langkah selesai dengan cepat. Hal yang paling sulit memang butuh kerja yang sulit pula bahkan ia harus kehilangan muka karenanya.

Percis saat ia baru duduk di kursinya, pintu terbuka menampilkan sosok familiar dengan senyum bangga ke arahnya.

"Ayah? Kapan kembali? Bukannya harusnya lusa?" tanya beruntun Blue melihat keanehan didepannya.

Eden, sang Ayah yang beberapa hari lalu melakukan perjalanan dinas luar berada di depannya.

Blue kaget mengetahui seharusnya sang Ayah kembali besok lusa, tapi ekspresi dari sang Ayah menjawab segalanya.

Berita itu pasti penyebabnya,
Eden mendekat dengan senyum kelewat bangga, "Ayah sudah mendengar beritanya dan langsung memesan tiket pesawat untuk pulang. Apakah berita itu benar Blue? Kita mendapatkan investasi kerja sama dengan Barayev Company?"

Rasa bahagia menguar dari wajah itu, ya siapa yang tak bahagia jika mendapat tangkapan yang besar. Jika sekali pernah maka akan ada yang kedua dan ketiga, Eden pasti sudah mengirakan untuk kerja sama ke depannya. Otak pebisnis selalu begitu.

Blue menarik ayahnya ke arah sofa untuk duduk menghentikan euforia itu sebentar, "Iya Ayah, kami sudah melakukan rapat kerjasama. Jika tak ada masalah penandatangan akan dilakukan secepatnya"

"Itu bagus, Ayah benar-benar kaget. Kamu ternyata ahli dalam dunia bisnis. Ayah penasaran bagaimana kamu meyakinkan mereka untuk kerja sama ini?" Eden menatap Blue penuh rasa ingin tau. Berbeda dengan Blue yang langsung di landa rasa kesal yang muncul mengingat kemarin.

Blue tidak tau harus bagaimana merespon keadaan ini? otaknya tiba-tiba berhenti memberikan solusi. Terpekur lama di tempatnya, dan kejadian kemarin muncul di pikirannya.

"Tutup pintunya"

What the hell? Perkataan pria ini malah mengundang gosip untuk nya. Justru dengan ini mereka akan berpikir yang tidak-tidak. Apalagi dengan posisi jatuhnya yang sanget aneh ini.

Siapa yang bisa tidak mendengarkan perintah bos? Kecuali jika ia sudah bosan bekerja. Suara pintu di kunci acak dan paksa masuk ke telinga Blue, membuatnya sadar.

"Ikat pinggangnya" Arthur masih dengan posisi yang sama menunduk melihat Blue, mengeluarkan nada goda yang geli masuk ke telinga.

Blue mendongak menatap tak mengerti, "Hah?"

Reaksi yang tak sesuai harapan, Arthur sedikit memiringkan kepalanya dan seringai menjengkelkan masuk ke pandangan Blue, "Kamu tak akan membukanya?"

Blue mengerjap meresapi perkataan itu, sedetik kemudian ia paham, wajahnya langsung berubah merah dan spontan melihat ke tengah selangkangan Arthur.

'Shit, demi romeo dan Juliet jiwa player ini orang butuh dirukiyah' rutuk Blue yang saat ini tengah menganga lebar tak percaya.

Menaikkan sedikit alis ada kilat jahil di mata yang berubah gelap, "Lebih lebar lagi, sepertinya tak akan muat"

Alasan Ku MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang