Blue akhirnya bangun dari tidur melelahkan miliknya, ia bergegas turun setelah melihat jam yang sudah sore itu.
Ia merutuk bagaimana mungkin ia bangun sore? Lebih parah lagi dari pada bangun siang.
Tolong salahkan Arthur yang tak tau waktu, ia hanya mengatakan akan memberikan kiss tapi malah berujung pada kegiatan yang membuat pinggangnya sakit.
Otak pria memang selalu mengarah ke sana. Blue berdecak tak bisa menahan kesal.
Berdiri di depan cermin wastafel, menatap dirinya yang tampak acak-acakan, dengan rambut setengah basah, wajah lelah, dan kulit dengan bercak merah. "Apa seperti ini penampakan jika sudah menikah? Mengenaskan" decaknya.
Menyentuh bercak di lehernya. Blue ingat bagaimana Arthur berulang kali menggigit kulit nya. "Apa dia anjing? Kenapa banyak sekali?" Kesalnya melihat lebih jauh ke dadanya.
Dengan gigi menggertak, Blue mengepalkan tangannya. Ia bahkan belum mengisi perutnya, tangannya bergetar karena asupan nutrisi yang berkurang, "Sial sekali, aku kesulitan seperti ini, tapi lihat pria itu, bahkan ia bisa pergi bekerja, betapa tidak adilnya dunia" makinya lagi entah pada siapa.
Menuruni tangga, setelah mengenakan pakaian yang layak. Blue tak menemukan siapa pun hingga akhirnya memilih berjalan ke arah dapur. Energi nya perlu di isi kembali dan perutnya sudah hampir berbunyi karenanya.
Tak duduk di meja makan melainkan langsung menuju dapur, Blue menemukan art di sana
"Oh nyonya muda sedang mencari apa?"Blue menggeleng kemudian menuju kulkas mengeluarkan susu, "Kemana perginya semua orang? Aku tak melihat satu pun"
"Ada nyonya muda, semua sedang ada di taman belakang"
Blue mengangguk paham
Tapi apa dia harus menyapa sekarang? Atau nanti ketika ia sudah mengisi perutnya. Ia juga merasa malu.Sibuk dengan pikirannya, hingga seorang art yang lebih tua datang dan bicara pada Blue, "Nyonya apa anda ingin makan? anda tidak hadir saat sarapan ataupun makan siang tadi. Silahkan tunggu di meja, akan saya siapkan"
"Oh iya" Blue dengan gugup menjawab, ia merasa wajah nya merah, merasakan betapa hebatnya menantu rumah ini. Di hari pertama ia bangun sore hari.
Sepertinya ia nanti saja menyapa anggota keluarga yang lain, saat makan malam, lagi pula sesuai perkataan Arthur tak perlu bertingkah sok baik kan?
Ia hanya mengikuti perkataan suaminya saja. Kenapa malah terdengar seperti ia istri yang baik, Blue mendesah.Mending lah, setidaknya kalau tidak bisa menjadi menantu yang baik, aku bisa menjadi istri yang baik. Ucap Blue mencoba mencari pembelaan diri.
Art tadi kembali datang dengan makanan yang tergolong banyak untuk porsi satu orang.
Melihat itu, Blue ingat dengan kondisinya pagi ini, "Oh iya tadi pagi, art mana yang masuk ke kamar kami?"
Art itu terdiam sebentar sebelum menjawab, "Tidak ada nyonya muda, kami biasanya di larang masuk oleh tuan muda Arthur. Jika anda membutuhkan sesuatu anda bisa memerintahkan saya"
Blue tak lagi mendengarkan, ia heran tak ada pelayan yang masuk. Lalu siapa yang memandikannya?
Apa ia lupa, kalau sudah mandi?"Ada apa nyonya muda, apa anda membutuhkan sesuatu?"
Blue segera sadar, "Ah, tidak usah memanggil nyonya muda segala. Panggil Blue saja"
"Ah... baik"
Blue akhirnya tenggelam di makan sarapan + siang nya itu.
Ia sedikit tidak percaya jika Arthur juga punya sisi lembut seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alasan Ku Menikah
RomantikBlue Darold, dihari kemenangan sebagai aktris terbaik tahun itu Blue harus menelan air mata saat melihat sang kekasih bercumbu mesra dengan sang adik. Hari kebahagiaan itu berubah jadi pintu pembuka segala rahasia di hidupnya Dimanfaatkan oleh sang...