21. Ciuman di lantai dansa🔞

46.1K 1.4K 17
                                    

Suara lantunan musik dj masih sama kerasnya, bersamaan dengan hiruk pikuk kegiatan manusia di lantai dansa.

Berteriak heboh saling menggoda melalui gerakan yang tak biasa. Sedangkan di lantai 2 area vip ini tak jauh berbeda hanya agak sedikit kalem saja karena lantai dansa ada di lantai 1.

Blue tertarik oleh Arthur menjauh dari pria yang mendekatinya tadi.

"Arthur, lepass" ini pertama kalinya Blue memanggil pria ini langsung dengan nama. Ia terpaksa, karena tangannya masih saja diseret. Bagai kalah dengan musik yang terdengar makin keras bersamaan dengan mereka yang menuju lantai 1, suara Blue terendam begitu saja.

'Ck, ada apa dengan pria ini? kesempatan untuk mencari Hazel dan Bryan lenyap begitu saja' kesal Blue.

"HEI!! Lepass!!" dan sekarang teriakan tak sopan itu yang malah terdengar ke telinga pria ini, hingga ia berhenti dari jalannya sejenak untuk menoleh dan mendekat, membuat Blue mau tak mau bergeser ke belakang.

Arthur merapatkan badan mereka dan berbisik pelan, "Hei? Sepertinya kita sudah sangat dekat sekarang. Selamat kau yang pertama memanggilku demikian" ucapnya yang membuat Blue merutuk di tempatnya.

"Maksud aku lepaskan tangan mu" ucap Blue berusaha menggunakan panggilan sopan kembali.

Arthur tak berniat sama sekali untuk melakukan hal demikian. "Kita sudah sangat dekat dari berciuman hingga tidur bersama, jadi berdansa bukan lagi masalah kan?" ucapnya dengan nada main-main dan kembali menarik Blue ke lantai dansa.

Blue berontak seketika, ia tak ingin masuk ke kumpulan manusia itu. Dan terlalu jijik melihat liukan tubuh orang-orang disana.

"Hei, lepas aku tak ingin berdansa" ucap Blue menarik lebih keras tangannya.

Terlambat, Arthur sudah menyeret Blue terlebih dahulu ke tengah lantai yang mau tak mau membuatnya merapatkan tubuh pada Arthur atau tubuhnya akan bergesekan dengan tubuh yang lain.

'Shit, ini mah namanya maju kena mundur kena' rutuk Blue kesal dengan kondisinya.

Posisi mereka sudah terlalu dekat, gesekan kulit di pakaian terasa, dress off shoulder nya yang pendek dan tipis melekat itu bahkan membuka lebar gesekan itu. Blue menunduk mengurangi resiko yang lebih besar.

Suara napas Arthur terasa geli di telinganya, "Kamu melemparkan diri ke pria itu hanya untuk berdansa, berterima kasih lah aku yang mengabulkannya" ucapnya dengan napas hangat yang terasa menerpa kulit leher Blue membuat nya tanpa sadar mendongak kesal.

"Siapa yang ingin berdansa?" ucapnya terhenti ketika mendapati keadaan mereka yang kelewat batas itu.

Hentakan kerasnya musik membuat heboh penghuni lantai dansa, membuat benturan lebih keras menerpa satu sama lain. Arthur tak berniat mundur dari posisinya saat dada Blue semakin terdesak ke arahnya. Tangan kekar itu dengan santai merangkai di garis pinggang Blue, menguncinya.

Tolong salahkan suasananya, musiknya, dan posisinya saat ini terakhir salahkan alkohol yang sempat di minumnya tadi. Jika tidak mata Blue pasti rabun dengan menyimpulkan betapa tampannya Arthur malam ini. Kemeja hitam dengan kancing di leher yang terbuka, lengan kemeja yang sudah sampai siku hingga rambut berantakan acak yang jatuh ke dahi.

'Shit sexy sekali' pikir Blue.

Deg

Bahkan debaran jantungnya mulai tak terkontrol, mata Blue betah menatap lebih lama dan lupa dengan kedekatan yang tak biasa ini. Suara napas mereka bahkan beradu menimbulkan suasana aneh. Detik ketika kilat di mata Arthur mulai berubah, Blue sadar akan bahaya yang mendekat.

Memutus mata dan menggeser tubuhnya, justru badan mereka mejadi tak bercelah. Pinggangnya di paksa merapat dan sesuatu yang tak asing melingkupi bibirnya.

Deg deg

Debaran jantung Blue menggila saat ini, bahkan suara musik tak bisa mengalahkan. Blue tak bergerak sedikit pun sedangkan Arthur sedang melancarkan aksi yang mendominasi. Tengkuknya terasa dingin dan hangat bersamaan dengan cengkraman tangan pria ini hampir menutupi seluruh leher belakangnya.

"Emh mmph" suara tertahan Blue hinggap di telinga Arthur berujung tindakan melumat itu makin berani. Saat Blue sudah mengepalkan tangan di dada pria ini dan memberontak sebisa mungkin, mengeliat ke arah samping hingga ciuman itu terlepas, Blue membuka mulut mengambil napas.

Jiwa pebisnis Arthur yang memanfaatkan keadaan secepat mungkin langsung memasukkan lidah di tengah akses yang terbuka itu.

Blue terengah di napasnya yang langsung bersambut dengan napas panas Arthur. Tangan Arthur mulai bekerja mengelus pelan di sekitar pinggang. Sejurus dengan tangan yang masih di leher belakang Blue meremat menggoda.

"Mmh" Blue tak tau perasaan nya bagaimana sekarang.
Ini juga bukan pertama kalinya mereka berciuman tapi keadaannya yang jauh berbeda, menimbulkan efek sadar yang lebih buruk di tubuhnya.

Keadaan itu berlangsung hingga Arthur yang berhenti, melepas bibirnya dari polesan lipstick yang tak terbentuk lagi. Ada raut bangga saat melihat tampilan Blue saat ini, apalagi di bagian bibir yang sudah di rusak Arthur itu.

Arthur merendahkan suaranya yang hampir serak, "Jangan tatap aku dengan mata ini" ucapnya sambil mengelus bagian bawah mata Blue.

Menundukkan kepalanya lebih dekat lagi, "Mau lihat cek 10 juta ku?"

**

Hamlin kembali ke sofa mereka, duduk dengan wajah linglung sekaligus bertanya. Gerakan apa barusan? Kenapa Arthur tiba-tiba datang dan menyeret wanita itu?

Menghempaskan tubuh di sofa sambil merangkul wanita bar di sampingnya, "Sejak kapan si Ar tiba-tiba nyerobot antrian gitu?" tanya nya pada satu-satunya teman yang tersisa.

Sedangkan Cain tampak tak fokus seolah memperhatikan sesuatu, membuat Hamlin ikut melihat dan bertanya, "Woi lo dengerin gue nggak? Cewek lo liatin mulu" ejeknya.

Mengomentari itu, Cain menjulurkan tangan dengan jari telunjuk teracung ke arah sofa Hamlin, "Ssst diem gue lagi mantau Arthur bawa tuh cewek kemana"

Merasa itu topik yang menarik, Hamlin ikut beringsut ke sofa Cain, menarik lengan wanita bar yang menempeli Cain dan mengambil duduk di sana, menatap ke arah yang sama.

"Anjiir bener di bawa pergi dong. Pantes tuh orang dateng-dateng ngerebut giliran" ucapnya masih tak terima dan menarik matanya dari Arthur ke arah lain mencari mangsa di lantai 1.

"Eh aneh nggak sih, Arthur tiba-tiba gini. Eh eh mereka ke lantai dansa" heboh Cain menggeplak paha Hamlin yang ada di sampingnya.

"Salah liat lo. Sejak kapan Arthur pernah mencoba lantai dansa, nyicip wanita yang ada di bar aja kagak pernah" bantah tak percaya Hamlin.

Gemas, Cain menarik wajah itu lurus ke lantai dansa, "Tuh, lihat tu orang berdua ngapain astaghfirullah"

Plak

Tamparan di mulut di dapat Cain, "Anjiir sakit"

"Ck mulut lo berdosa bawa istighfar di tempat gini, udah cocok anjiir buat lo" ucap Hamlin memperingati.

Cain hanya menggerutu mengelus bibirnya dan kembali fokus pada bahan tontonannya, "Astaghfirullah mereka kiss" ucapnya yang lagi kena toyoran.

Merasa paham, Cain membela diri, "Kebiasaan woi, refleks tadi"

Hamlin tak menghiraukan tapi fokus pada dua insan di lantai dansa itu, "Kena efek apa Arthur bisa begitu kejadiannya? Mana intens banget lagi, di pepet banget sama Arthur tuh cewek" ucapnya berkomentar merasa tertarik.

"Gila, selera Arthur ternyata nggak artis aja ya" Cain mengingat cewek yang pernah berkencan dengan Arthur hanya dari kalangan model atau artis saja. Sepertinya ia tak tau jika Blue salah satu dari mereka.

Hamlin tiba-tiba tersadar sesuatu dan langsung menepuk bahu Cain keras, "Udah move on dong?"

Alasan Ku MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang