57. Labrak Pelakor

22K 1.9K 197
                                    

Restoran dengan warna dominan gold, kaca bening dan lampu kuning berpijar di antara Blue yang kini tengah duduk dengan tak tenang di salah satu meja. Postur tubuh wanita itu tak tenang, walaupun kondisi sekitar normal dengan suara bincang dan dentingan garpu.

Blue menoleh, memilih menatap ke arah luar jendela kaca dengan kilat mata cokelat seolah meragu dengan keputusannya. Apa sudah tepat untuk bertemu Angel?

Tapi tekad wanita miliknya yang pantang kalah dan tak terima di singgung, tak bisa membuatnya pergi dari kursinya.

Ia terlanjur menerima pesan bahwa Angel bersedia datang dan Blue pun tak berniat menjadi pengecut dengan membubarkan janji di akhir.

Saat helaan napasnya terdengar kasar, layar hpnya menyala menampilkan pesan masuk dari nomor yang lagi-lagi belum ia simpan.

Kau dimana?

Arthur, pria itu yang mengiriminya pesan menanyakan lokasinya. Mengambil hp itu seolah akan menjawab, Blue justru membalikkan hpnya hingga pesan itu tak lagi ia lihat. Ia terlalu kesal setelah mendengar kisah cinta masa kecil pria itu.

Saat ia ingin menghela napas lagi, karena merasa aneh kenapa tiba-tiba ia kesal dan marah. Wanita cantik dengan aura selebriti yang ditutupi dengan tak niat melalui kacamata hitam hadir di hadapannya, membuat Blue mendecih.

Angel berdiri di sebelah meja dengan dress pendek berwarna merah darah tanpa lengan, tangan ramping putih yang seluruhnya terekspos hingga bahu itu melepas kacamata hitamnya. Dan wajah yang tak ingin Blue lihat, dengan make up tebal, dan lipstick mencolok itu tersenyum ke arahnya.

"Ternyata ada juga hari ini ya, Blue. Saat kau menghubungiku terlebih dulu" sapa ejeknya membuat Blue memutar bola matanya malas.

Tak menunggu balasan atau di persilahkan duduk, Angel menarik kursi dan duduk dengan kaki bersilang di depan Blue.

Adegan tatap menatap berlangsung segera dengan ekspresi sombong, malas, dan jijik dari kedua wanita itu. Setelah bertahun-tahun menjadi rival, suasana ekstrim tentu tak bisa terelakkan.

"Sebaiknya aku memesan makanan agar tak bosan duduk satu meja dengan mu" sarkas Blue mengambil buku menu dengan santai, membuat sudut bibir Angel berkedut.

Blue yang sudah lebih dulu membuka menu, di ikuti Angel, "Aku juga akan memesan minuman, untuk menumpahkannya di bajumu" sahut Angel ikut memesan makanan.

Walaupun adegan saling sindir dan ejek itu tampak tenang sejenak karena kehadiran waiters mencatat pesanan. Setelahnya keadaan kembali panas.

Angel tak menunggu lagi untuk pamer, "Apa kau sadar sekarang, kalau kau akan membutuhkan ku?".

Awalnya Angel kaget karena di hubungi oleh asisten Blue, bahwa wanita ini ingin bertemu. Walaupun mereka rival di dunia hiburan tapi mereka tak pernah duduk berdua begini dalam bangunan yang di sebut restoran atau sekedar ruang rapat dan sebagainya. Bisa di bilang mereka minim kontak tapi sering perang dingin.

Blue tersenyum miring membalas itu, "Ya, syukurlah ternyata kau berguna juga" balasnya yang sepenuhnya membuat senyum pongah Angel meredup.

Tapi Angel untungnya masih bisa tertawa setelah kalah sejenak, "Kau terlalu sombong untuk orang yang meminta ku datang. Kau harus tau cara merendahkan diri sedikit, kau yang butuh aku disini" peringat Angel yang sepenuhnya benar, membuat Blue mengambil gelas air putih di sana.

Tiba-tiba ia menjadi haus, bukan karena perkataan penuh sindiran Angel, tapi karena tau pembahasan yang paling ia takuti akan datang.

"Karena aku terlalu malas duduk berlama-lama dengan mu, jadi langsung saja. Apa hubungan mu dengan Arthur?" tanya Blue serius kali ini membuat Angel menaikkan alisnya sejenak.

Alasan Ku MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang