26. Berlutut!

24.9K 1.2K 8
                                    

Acara lelang yang diselenggarakan Barayev merupakan acara resmi bulanan yang menjadi rutin untuk kolega bisnisnya. Tidak hanya sekedar lelang, sebenarnya acara ini ajang untuk mempererat relasi.

Setelah acara utama lelang akan ada acara pesta yang menyambut, dimana penuh dengan obrolan bisnis.
Inilah inti acara malam ini, mengobrol bisnis satu sama lain, saling menguntungkan pihak satu sama lain. Acara ini juga sangat tertutup, selain pihak dari pembisnis tidak ada yang lain. Bahkan sekelas artis pun tak mendapat undangan untuk hadir.

Tapi anehnya acara ini bukan rahasia, semua orang tau tapi tak semua bisa datang. Semakin menambah nilai ekslusif dari acara ini.

Blue tak tau entah acara lelang nya sudah di mulai atau tidak, bahkan dia juga tak tau acara ini akan melelang apa malam ini.

Dirinya sudah di tarik jauh oleh Arthur pemilik acara, sedangkan acaranya di tinggal begitu saja.

Mereka berjalan ke area luas seperti rumah kaca dengan taman bunga yang indah begitu luas. Melihat itu Blue jadi sama sekali tak merasa terpaksa, ia jadi lupa terseret kemari.

Menatap sekitar meneliti apa saja yang ada di taman ini, Blue lupa ada seseorang yang masih menatap intens padanya.

Suara pelan terdengar di telinga Blue bersamaan dengan tangan meremat pinggangnya halus, "Aku bisa menganggap kau datang ke sini untuk melihat cek 10 juta ku kan?" ucap nada sensual itu benar-benar menggelitik.

Blue spontan mempertahankan diri dengan menahan dada yang ada di belakang nya dengan memiringkan badan, "Stop, aku datang karena undangannya bukan karena tulisan jelek mu itu"

Arthur mengedipkan mata merasa lucu, baru kali ini ada yang mengatakan tulisannya jelek. Seumur hidupnya bahkan tak satu pun bagian dari dirinya yang pernah di katakan jelek oleh orang lain. Tapi ia tak mempermasalahkan itu, lagi pula wanita di depannya ini memang berani, "Tapi khusus untuk mu, aku memang mengundangmu sesuai dengan isi surat ku itu"

"Tidak, terima kasih" tolak Blue lagi masih dengan usahanya menjauhkan diri. Tapi pria ini bahkan tak bergerak sedikitpun.

Jangan kan melarikan diri, bergerak seinci pun Blue susah, tangan Arthur sudah memeluk pinggangnya sedangkan yang satu nya sudah mulai merambat ke dagu.

"Aku bahkan tak peduli" ucapnya malas menjilat pipi Blue dan menghisapnya. Blue tertegun di tempatnya, kaget dan perasaan aneh mulai muncul.

Bibir Arthur mulai berpindah dari pipi naik ke pelipis meninggalkan kecupan singkat hingga ke telinga dan bermain lama di sana. Blue menciutkan bahu merasakan gigitan dan kuluman di telinganya, "Arthur stop.... Perhatikan tempat" Blue menggeliat memberontak, memalingkan wajahnya menjauh dari lidah itu.

"Ada masalah dengan taman? Aku suka di manapun... apalagi dengan mu" Arthur memegang kuat dagu Blue menarik wajahnya mendekat kembali padanya dan kali ini bibirnya berada tepat di depan bibir Blue.

"Kau tau apa yang ku pikirkan saat pertama kali kita tidur bersama?" tanya Arthur main-main, gerakan bibirnya ketika bicara menyentuh bibir Blue. Dengan napas Blue yang mulai buruk, ia tak menjawab sama sekali.

Sudut mata Arthur melengkung tipis, "Hmm, ternyata ada tubuh seenak ini....dan aku jadi memikirkan tubuh mu terus" Bersamaan dengan kalimat frontal itu, Arthur menarik pinggang Blue makin dekat dengannya. Ingin menunjukkan bagaimana reaksinya atas tubuh Blue.

Gaun tipis yang melekat di tubuh Blue tak bisa menahan perasaan kulit bersentuhan. Mata Blue melebar bersamaan dengan kalimat itu dan gerakan kurang ajar Arthur yang menekan badannya pada bagian bawah tubuh pria itu, "Brengsek, pria mesum kurang ajar....menjauh dariku"

Blue makin mendorong tubuh Arthur menjauh, merasa risih pada bagian yang menonjol itu. Blue merasa ia dijadikan fantasi liar oleh pria ini.

Arthur malah tertawa melihat wajah Blue yang makin merah tak terbentuk di tambah kulitnya yang putih. Arthur mengangkat tangannya menutupi satu pipi Blue, mengelusnya pelan merasakan hangat dari warna yang merona itu.

"Jangan kaget, ini normal. Aku menjadi begini setiap kali melihat mu. Tapi sayang kali ini aku tak bisa menahannya. Kau harus ambil tanggung jawab dari itu kan?" Arthur menatap mesra Blue yang makin merah.

Memberikan senyum kelewat enak di pandang yang membuat berdebar.

Beberapa detik kemudian Arthur menggesekkan pinggangnya pada Blue, "Aku tak bisa menahannya lagi".

Tak sempat berpikir lagi tengkuk Blue sudah ditarik ke depan, napas hangat mengisi mulutnya. Arthur menciumnya dengan menekan kuat bibirnya. Tidak ini bukan mencium, Arthur memaksa masuk, ke tempat terdalam ia bisa. Menjelajahi gigi, gusi, dan lidah dengan lihai.

"Mmh emh" Blue menepuk keras punggung pria itu, ia kesulitan bernapas, atau bahkan tak bisa. Seakan tak peduli, Arthur tetap dengan kegiatannya, menjilat, dan menggigit lidah Blue.

Beberapa menit bibirnya terlepas, bersamaan dengan itu Blue terbatuk memegang tenggorokannya. Ia memaksa menghirup udara sebanyak mungkin, dengan dada yang naik turun. Saat kemarahannya naik ke ubun-ubun dan melihat pria di depannya, Arthur malah sibuk melihat jam di pergelangan tangannya.

Saat itu Blue sadar sepertinya orang ini di kejar waktu, ah benar dia tuan rumah acara. Pergi terlalu lama, ia pasti sibuk di cari. Blue langsung bersyukur sebanyak-banyaknya, ia yakin pria ini akan pergi secepatnya.

Sejurus kemudian ia mendengar pria itu berdecak, ah dia paham sekarang pasti ada hubungannya antara jam di pergelangan tangannya dengan tonjolan di celana pria itu.

Tapi tentu tak ada yang bisa ia lakukan, acaranya lebih penting. Arthur menatapnya bertepatan dengan pikiran Blue itu. Seakan tau, Blue mengedikkan dagunya pada pintu keluar, dengan mengkode ia harus pergi sekarang atau acaranya tak akan berlangsung. Pasti membutuhkan sambutan dari tuan rumah.

Apa jadi nya acara jika tuan rumahnya tak ada?

"Pergilah, acara mu menunggu. Jangan biarkan acara ini berlangsung tanpa tuan rumah" ucap Blue dengan tenang dan bahagia yang tiada tara.

Ia bisa lepas dari monster super mesum yang baru ia tau ini.
Berbeda dengan Blue, Arthur tampak santai saja. Tangannya bergerak di ikat pinggangnya, "Yah lagi pula kau lebih penting dari acaranya. Jadi kita lakukan secara cepat saja.....Hisap untukku"

Blue ngeblank di buatnya, apa ia tak salah dengar? Mereka hanya berdua di taman yang luas ini. Tentu saja orang ini bicara padanya.

Blue menggeleng horor, "Tidak, jangan mencoba berpikir aku akan melakukannya. Sebaiknya kamu pergi sebelum orang datang mencari tuan rumah yang hilang dari acara penting ini" Blue mendesak Arthur kembali.

Tapi sayang pria tetaplah pria dengan sifat alaminya, Arthur menatap Blue yang sibuk bicara dan mulai melepas ikat pinggangnya hingga mengeluarkan suara yang menarik mata Blue. Ia segera menatap ke tangan itu, "Hei, apa kau gila. Aku tidak akan melakukan apapun. Pakai kembali!!"

Arthur selesai melepas ikat pinggangnya dan melempar ke meja yang tak dekat dengan mereka, "Seperti yang kau bilang, aku takut mereka datang kesini mencariku. Jadi ayo kita selesaikan ini. berlututlah!" ucapnya yang kali ini di desak nafsu yang jelas di matanya yang mulai gelap itu.

Blue merinding di buatnya, ia berpikir apa ia bisa melarikan diri sekarang? Dan melirik ke arah pintu masuk tadi yang berada di belakang pria yang menatapnya seakan mangsa terenak saat ini. Ia tak mungkin bisa kabur.

Arthur berjalan selangkah mengikis jarak, "Berlutut!"
Itu perintah.

Alasan Ku MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang