Kelap kelip lampu kota menyinari jalan, tampak tak berbeda dari aktivitas siang hari, masih sama ramainya.
Kendaraan memenuhi jalan, trotoar di penuhi pejalan kaki. Tampak sibuk sendiri.Blue mengendarai mobilnya menutup hari dengan pulang ke rumah. Beberapa kali terpaksa berhenti karena lampu merah. Di saat itu ia mengintip ke jendela kaca menatap langit gelap yang sayangnya tampak cantik dengan sinar yang tipis tipis.
Dia suka melihat langit entah langit pagi, siang, sore atau malam. Selalu suka ketika langit itu penuh dengan biru atau ada awan yang menghadang. Begitu juga dengan langit ketika jingga dan berubah hitam. Sangat indah di mata dan juga perasaan.
Setelah beberapa lama terjebak lampu merah, akhirnya ia sampai juga. Ini lah kerugian ketika tidak menggunakan supir. Kelelahan akibat kerja di kantor jadi bertambah dengan capek nya mengemudi. Biasanya ia memiliki supir, tapi hari ini supirnya minta izin karena ada keluarga yang sakit. Ia selalu lemah jika alasannya adalah keluarga lalu dibarengi dengan kata sakit. Semacam perasaan sedih dan takut kehilangan.Menghembuskan napas beratnya, ia masuk dan langsung menuju ke kamarnya. Menyegarkan diri adalah pilihan terbaik.
Bersiap, ia ingin turun untuk makam malam, tapi jalan nya terpaksa berhenti saat mendengar suara Hazel sedang berbicara.
"Ibu harus memberikan uang yang banyak, ini investasi yang bagus, percaya padaku!. Ibu tak akan rugi sama sekali"
"Hazel, bukannya itu terlalu banyak. Investasi itu untung dan rugi tak selalu berhasil menjadi provit. Kamu jangan menginvestasikan semua uang mu" suara Ibu Hazel menyahuti.
"Ibu percaya saja padaku, aku tau apa yang aku lakukan. Lagi pula aku berinvestasi bersama aktor terkenal Bryan, Bu. Jadi mana mungkin ini investasi biasa, pasti membutuhkan modal yang besar"
"Hazel, Ibu ingatkan sekali lagi jangan terlalu percaya..."
Senyum Blue mengembang melangkahi anak tangga, ia tak lagi mendengarkan percakapan kedua orang itu. Informasi itu saja sudah cukup yang terpenting Hazel sudah percaya.
'Yah berinvestasilah sebanyak mungkin Hazel' ucapnya senang.Sampai di meja makan, masih kosong. Kemana Ayahnya?
Menarik kursi, tak lama Hazel dan Ibunya menyusul dan duduk tanpa mencari perkara. Sungguh hari yang berbeda, Hazel tampak cerah dan bahagia.
Blue pun hanya diam tak ingin juga basa basi dengan mereka. Hingga sang kepala keluarga datang.
"Selamat malam Ayah" sapa Hazel pertama kali.
Blue hanya tersenyum saja ke arah Ayah nya hingga Eden duduk di kursinya, "Ya, selamat malam. Ayo kita makan"
Suasana hikmat di meja makan, berfokus pada makanan masing-masing. Tak ada yang memulai percakapan sepertinya semuanya lelah atau tak ada bahan pembahasan.
"Bagaimana pekerjaan mu hari ini Blue?" Eden menghentikan suasana sunyi itu menoleh pada Blue yang duduk di sebelah kanan nya.
"Seperti biasa Ayah. Ah, aku ingat. Aku mendapat undangan dari Barayev" Blue mengambil undangan yang sejak tadi memang di bawa nya, tapi tentu tidak dengan kertas tulis tangan Arthur yang sudah mendekam di tong sampah kantor nya.
Kuno sekali pikir Blue sudah di zaman ini tapi pakai surat? Apa dia tak punya hp?
"Undangan? Undangan apa?" tanya Eden tampak sangat tertarik kemudian meletakkan alat makannya begitu saja dan berpusat pada Blue.
Blue menyerahkan undangan tadi kepada Eden, "Ini Yah, undangan lelang sepertinya"
Eden mengambilnya dan mulai meneliti, membaca satu persatu tak ingin melewatkan sedikitpun. Melihat itu Blue tersenyum sesuai dugaan, jika bersangkutan dengan nama Barayev, Ayah selalu begitu semangat dan penasaran. Dunia bisnis memang begini, Ayah selalu merasa takjub melihat kemajuan Barayev.
"Benar, ini undangan lelang. Mereka selalu mengadakan lelang lukisan, barang antik, atau hewan langka. Ayah terkejut kamu bisa mendapatkan undangannya, biasanya mereka pilih-pilih sekali untuk memberikan undangan ini" Ayah masih mematut desain undangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alasan Ku Menikah
RomansaBlue Darold, dihari kemenangan sebagai aktris terbaik tahun itu Blue harus menelan air mata saat melihat sang kekasih bercumbu mesra dengan sang adik. Hari kebahagiaan itu berubah jadi pintu pembuka segala rahasia di hidupnya Dimanfaatkan oleh sang...