Setelah menyadari apa yang terjadi, barulah Blue sadar kalau ada pria asing itu sudah masuk ke dalam mobilnya tanpa izin.
"Kenapa kau masuk ke mobilku?" Pekiknya yang dibalas dengan tangan menunjuk darah di kepalanya. "Bawa aku ke rumah sakit" ucapnya santai dengan nada sangat yakin tidak akan ditolak.
Sebenarnya Blue ingin berteriak, 'Keluar dari mobilku!' Tapi setelah melihat darah itu terus mengalir, jiwa kemanusiaannya di panggil. Blue langsung menghela napas, "Kau itu sangat berbahaya, jadi pastikan aku tidak diincar oleh musuh-musuhmu karena sudah membantumu" ucapnya memperingati.
Meski nadanya kasar, Blue tetap tak mengusir pria itu, melainkan mulai duduk di kursi driver dan mulai menyetir.
Pria itu terkekeh mendengarnya, untuk pertama kalinya dia di ancam oleh seseorang dan bahkan oleh wanita. "Apa aku seperti gangster bagimu?" Pria itu menatap Blue dengan senyum tipis di wajahnya.
Blue yang fokus menyetir, langsung berdecak, "Apa perkelahian di parkiran tadi kurang menjelaskan kalau kau itu gangster yang punya banyak musuh?" Tanya baliknya membuat pria itu mengangguk-angguk paham.
"Bawa aku ke rumah sakit Barayev" setelah mengatakan itu, pria itu langsung menutup matanya seolah beristirahat, meninggalkan Blue sendirian menyetir.
Melihat itu, Blue menoleh tak percaya 'Kau benar-benar memperlakukanku seperti supir hah? Tak punya sopan santun' gerutu Blue.
Dalam perjalanan, Blue tiba-tiba ingat dari sekian banyak film yang di tontonnya, gangster tak akan ke rumah sakit karena akan mudah untuk mereka di temukan oleh Polisi. Pasti setelah itu, ia akan ikut terseret karena mereka datang bersama.
Blue menggelengkan kepalanya 'Tidak, ini tidak bisa terjadi. Balas dendamku tak bisa di rusak dengan cara ini' pikir Blue mencari jalan keluar.
Mobil yang dinaikinya berhenti, membuat pria itu membuka mata melihat sekitar, sedangkan Blue sudah turun lebih dahulu.
Kernyitan muncul di dahi pria itu saat melihat bangunan di depannya, "Aku ingat dengan jelas mengatakan pergi ke rumah sakit" ucapnya menoleh meminta penjelasan pada Blue.
Blue yang berjalan ke depan, dengan santai menjawab, "Hei, rumah sakit itu ramai. Jika kita pergi ke rumah sakit, pasti musuh-musuhmu itu akan menargetkanku. Sedangkan aku masih sayang dengan nyawaku. Jadilah kita pergi ke klinik saja, dokternya teman baikku, kau tak perlu khawatir"
Mendengar alasan itu pria itu menoleh, 'Sebenarnya apa yang di pikirkan wanita ini?' herannya.
Sampai didalam klinik, mereka segera disambut wajah kaget seorang wanita berjas putih. Klinik itu terlihat sepi, sepertinya jam operasionalnya sudah berakhir.
Wanita dengan rambut kriting yang di kuncir satu itu langsung mendekati Blue, "Apa yang terjadi?" Tanyanya penasaran.
"Cepat obati lukanya" peringat Blue menujuk pada pria yang muncul di belakangnya.
Begitu melihat pria datang bersama Blue, wanita dengan name tag Darla itu langsung bertanya pada Blue, "Siapa dia?". Blue yang merasa lelah langsung mendorong Darla untuk bergegas melakukan pekerjaannya, "Cepat kerjakan tugasmu Bu dokter, dia butuh pertolongan"
Tak bertanya lagi, Darla langsung bergerak mengobati Pria itu, memberihkan luka dan memperbannya. Blue yang berdiri di sebelah Darla, terus memperhatikan sejak tadi, bersyukur luka dikepalanya tak terlalu dalam.
Pria itu duduk dengan kaki menjuntai di atas bangkar, dengan keadaan tanpa atasan, walaupun banyak memar merah, semua otot di badannya menonjol terpahat rapi, raut wajah pria itu yang datar dan rambutnya yang acak-acakkan anehnya terlihat tampan.
'Duh, kenapa dalam kondisi gini dia sexy banget sih?' gerutu Blue.
Setelah menikmati pemandangan menggiurkan itu. Kesadaran Blue di tarik saat pria itu sudah bergerak memakai kemejanya kembali.
Darla menatap pria itu dengan senyum khas dokter, "Jangan sampai lukanya terkena air"
Sebagai balasan pria itu hanya mengangguk, melihat itu Darla pamit kedalam meresepkan obat.
Blue kembali mengalihkan matanya dari Darla ke pria yang tampak tenang itu, "Apa tidak sakit?" Pria itu mendongak menatap Blue yang sejak tadi berdiri, "Masih bisa ditahan"
"Tapi kau hebat juga bisa mengalahkan 6 orang sendirian. Kau pasti sangat berpengalaman dalam berkelahi ya" ucap Blue setengah memuji.
Mendengar itu, pria itu menatap Blue sambil berpikir. 'Biasanya pria akan dikatakan berpengalaman saat punya banyak mantan atau ketika jago berciuman tapi wanita ini malah saat melihatnya berkelahi. Sebenarnya apa isi kepala mungilnya itu?'
"Yah, aku berpengalaman dalam banyak hal" sahutnya santai tapi membuat Blue mencibir.
"Lalu kenapa tidak gunakan pengalamanmu yang banyak itu di jalan yang benar?" Tanya Blue membuat pria itu menghela napas tak percaya. "Apa tidak lelah bertarung terus menerus?" Tanyanya yang kali ini penasaran.
Mendengar pertanyaan itu, pria itu memiringkan kepalanya, biasanya orang yang ia temui akan memasang wajah segan dan takut ketika melihatnya tapi wanita ini sungguh berbeda. 'Terbuat dari apa kepala wanita ini' pikir pria itu tak habis pikir.
"Apa kau baru pindah ke negara ini?" Tanya tiba-tiba pria itu yang di angguki Blue. "Kenapa?" Tanyanya tak mengerti.
Menghela napas, "Itu masuk akal" balas pria itu yang makin membuat Blue tak paham.
"Jadi, pekerjaan seperti apa yang ada di jalan yang benar itu?" tanya pria entah serius atau bercanda.
Blue terdiam sejenak, "Hm, bagaimana dengan bodyguard? Aku lihat kau jago sekali berkelahi, bodyguard pasti cocok untukmu"
Pria itu tak lagi menahan kekehan kecilnya, 'Bodyguard? Wanita ini sungguh tau menjatuhkan harga dirinya. Aku yang dari lahir sudah menjadi teratas harus menjadi bawahan yang akan disuruh-suruh, sama sekali tak pernah terpikir olehku' pikir pria itu.
Melihat pria itu hanya diam saja, Blue kembali meyakinkan, "Tenang saja gajinya juga tidak terlalu kecil"
"Berapa gajinya?" tanya pria itu entah kenapa tak marah tapi malah semakin meladeni percakapan tak masuk akal itu.
"Hmm pasti sekitar 8 juta perbulan" Blue menjawab setelah berpikir lama.
'Bahkan sepertinya kaus kaki ku jauh lebih mahal dari gaji itu' pikir pria itu.
Mereka sudah berbincang lama tapi Blue sadar dia masih belum tau nama pria ini, "Siapa namamu?"
Mendengar itu, pria itu menatap Blue dengan alis terangkat, "Kita bahkan pernah tidur bersama. Bagaimana bisa kau tidak tau namaku" ucapnya membuat Blue memerah.
"Malam itu aku mabuk, jadi aku tak tau kenapa kita bisa...Sudahlah apa salahnya memberi tau namamu?" Ucap Blue merasa malu sendiri mengingat malam waktu itu.
Pria itu mengernyit alisnya, "Jadi kau menyalahkanku?" Tanyanya
Blue langsung menggeleng, tak ada alasan ia harus menyalahkan pria ini, "Tentu saja tidak, sudahlah jika kau tidak mau memberitahu namamu bilang saja tidak, tidak perlu membahas hal lain" kesalnya
"Arthur"
"Hah" ucap Blue bingung
"Namaku Arthur Barayev"
Blue terkejut mendengar nama ini, kenapa serasa mirip dengan nama seseorang
KAMU SEDANG MEMBACA
Alasan Ku Menikah
RomansaBlue Darold, dihari kemenangan sebagai aktris terbaik tahun itu Blue harus menelan air mata saat melihat sang kekasih bercumbu mesra dengan sang adik. Hari kebahagiaan itu berubah jadi pintu pembuka segala rahasia di hidupnya Dimanfaatkan oleh sang...