Blue kira drama itu akan terus berlanjut setelah dari ruang tamu tadi, tapi sekarang saat mereka di meja makan, semuanya diam. Blue sudah berusaha bersikap sebiasa mungkin, dan mengikuti acara makan malam ini dengan hikmat.
Dan untuk beberapa saat pun tak ada yang bersuara di meja makan, membuat Blue pun diam mengikuti. Sepertinya peraturan orang kaya tidak boleh bicara saat makan.
"Blue, sebaiknya mulai sekarang kamu tinggal di sini bersama Arthur. Jika kalian ingin hidup mandiri tentu saja boleh" Anron, kakek Arthur lebih dulu bicara.
Mendengar kalimat itu tentu saja Blue setuju, akan lebih baik jika mereka hidup mandiri dari pada tinggal di mansion ini.
Memasang senyum ingin berterima kasih, Kakek Arthur kembali bicara, "Tapi kalian harus menunggu 2 tahun, baru kalian bisa hidup mandiri. Sebelum itu tinggal lah di mansion utama, kamu perlu banyak belajar tentang keluarga Barayev"
Senyum Blue luntur seketika, apa ini yang dinamakan pemberi harapan palsu? Bibirnya berkedut berusaha menahan senyum yang perlahan ingin pudar.
Niat nya untuk berterima kasih hilang seketika, "Aku ikut Arthur saja kek" ucapnya sopan sambil kembali menatap piring di depannya.
Tante Rosa yang sedari tadi menonton bergabung, "Iya, lebih baik tinggal di mansion utama, mansion akan menjadi ramai. Aku juga tak keberatan sama sekali jika harus membantu mengajari Blue, Ayah" ucapnya ke Anron.
Mendengar itu Arthur yang memasang mode diam sejak tadi tiba-tiba bersuara, "Tidak perlu, aku yang akan mengurusi urusan istriku, tante tidak perlu ikut campur"
Blue menegang seketika, apa ada konflik di antara mereka?
Arthur tak terlihat berusaha sama sekali untuk menjaga nada bicara nya agar terdengar sopan. Bahkan kalimat itu lebih terdengar seperti peringatan. Seperti yang di harapkan setelah mendengar Arthur bicara, Tante Rosa pun tak melawan lagi. Hanya memasang wajah full senyum saja.
Melihat itu Blue sadar, sepertinya Arthur punya tempat yang tinggi di keluarga Barayev lebih dari yang ia bayangkan. Jika tidak, tak mungkin orang yang lebih tua darinya begitu segan seolah tak ingin mencari masalah.
Tak terasa makan malam yang cukup membuat radang saluran pencernaan itu selesai. Blue tak bisa ingat entah makanan di piringnya itu habis atau tidak. Benar-benar suasana yang tak nyaman untuk makan, entah mungkin karena ia baru di mansion ini.
Memasuki kamar Arthur yang akan menjadi kamar mereka, Blue bergidik melihatnya. Ruangan ini gelap dengan cat abu. Tak ada tanda cerah sama sekali. Benar-benar cocok untuk kaum adam saja.
Melihat ini, Blue berpikir dua kali jika Arthur adalah seorang yang hobi main wanita, kamarnya benar-benar jauh dari kata playboy. Justru lebih seperti orang yang dingin dan menjauh dari kehidupan sosial.
Saat memikirkan itu, pintu kamar di buka menampilkan Arthur dan art yang membawa koper pink Blue.
Mendekati orang itu, "Terima kasih" ucap Blue sopan.
"Ah iya nyonya, saya akan segera menyusunnya di lemari" ucap art itu lagi yang terdengar geli di telinga Blue.
Mengambil alih koper itu dari tangan art, "Tidak perlu, saya bisa merapikannya sendiri. Oh iya panggil Blue saja, tak usah pakai embel-embel nyonya segala" Blue ingin hidup seperti biasa nya. Walaupun saat ini status nya sudah berbeda. Tapi kan mereka hanya menikah karena perjanjian, tak perlu juga ia harus terbebani dengan sebutan nyonya ini.
Art itu terlihat linglung sejenak dan seolah melirik ke arah belakangnya, Blue pun ikut menoleh untuk mencari tau. Ternyata pemilik kamar ini tengah berdiri menatap mereka tak jauh dari posisi Blue dan art itu yang ada di depan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alasan Ku Menikah
RomanceBlue Darold, dihari kemenangan sebagai aktris terbaik tahun itu Blue harus menelan air mata saat melihat sang kekasih bercumbu mesra dengan sang adik. Hari kebahagiaan itu berubah jadi pintu pembuka segala rahasia di hidupnya Dimanfaatkan oleh sang...