Langit malam itu mendung dengan tumpukan awan hitam mengelilingi. Seakan memberikan peringatan untuk berlindung karena sebentar lagi akan turun hujan.
Tapi seakan sama buruknya dengan awan gelap itu, Blue tak berniat menghindar. Ia melangkah sepanjang jalan trotoar.
Dengan heels yang beradu dengan kerasnya jalan. Blue berpikir keras juga kenapa ia sangat marah mendengar jawaban ambigu dari Angel.
Kenapa dia harus marah saat ini pada Arthur? Kenapa rasanya dadanya sesak dengan perasaan sedih, kecewa dan marah? Kenapa ia harus merasakan semua perasaan rumit ini?
Blue akhirnya berhenti dari jalannya. Ia menunduk menatap ujung heels yang ia kenakan. Lalu akhirnya tiba-tiba ia jatuh berjongkok dengan tangan memegang dadanya.
"Perasaan ini...." Blue terdiam lagi meresapi perasaan sedih kecewa yang berlarut dan berdenyut di dadanya.
Berlarut-larut mencari tau apa penyebabnya. Hingga tetesan air hujan mulai turun ke bumi. Mulai jatuh satu persatu dengan ringan. Tetesan itu pun mengenai kepala Blue.
Seakan hujan cocok dengan perasaan rumit ini, Blue tak berniat bergeser atau berpindah. Ia diam di sana, menerima semua tetesan itu.
Hingga tiba-tiba suara mobil berhenti di dekatnya. Mau tak mau membuat Blue mendongak, sebuah mobil Rolls Royce berada di sebelahnya.
Dan hanya butuh satu detik untuk Blue tau siapa pemiliknya. Perasaan familiar membuatnya tau ini mobil Arthur bahkan tanpa melihat nomor kendaraan.
Disana Blue tertegun lagi, kenapa dia merasa familiar dengan Arthur? Kenapa dia dengan mudah bisa mengenali pria ini? Kapan semuanya menjadi terasa dekat begini?
Blue terus menatap mobil itu ke arah kursi penumpang hingga sosok pria yang ia pikirkan sejak tadi akhirnya keluar.
Arthur mengenakan jas kantornya seperti biasa, rambut rapi yang teratur. Dan wajah tampan yang sangat mudah dikenali.
Seketika saat melihat wajah pria yang kini juga menatap lurus padanya, suara berdentum memekak di telinganya. Bukan suara gemuruh atau petir. Bahkan Blue tak tau asalnya saat ini.
Tapi suara itu makin kuat mengisi pendengarannya selaras dengan Arthur yang makin dekat padanya. Pria itu melangkah dengan pasti, seakan memang tujuannya untuk menjemput Blue di sini.
Dan saat sudah berada di depan Blue. Arthur ikut berjongkok menyamakan pandangan mereka.
"Apa yang kau lakukan dengan diam disini?" Tanya nya sambil melepas jas kantornya dengan gerakan yang enak di amati.
Mendapati Blue hanya diam menatap lurus. Arthur menyerah untuk mendapatkan jawaban. Yang terpenting saat ini membawa istrinya ini pergi dari gerimis yang mulai lebat ini.
Arthur dengan tenang mengambil tangan Blue, menariknya untuk berdiri.
Tapi saat itu Blue tak tenang sama sekali, karena di saat itu ia tau asal dari suara yang memekak itu. Saat tangan Arthur menyentuh tangannya, debaran jantungnya meronta dan berdetak lebih cepat. Blue sekarang tau, ia berdebar karena melihat Arthur, dan makin resah saat mereka bersentuhan.
Blue terbengong saat Arthur menutupi kepalanya dengan jas, dan dengan ahli melingkari pundaknya dan membawanya ke dalam mobil.
"Hati-hati" peringat Arthur setelah membukakan pintu mobil untuk Blue. Ia merasa aneh dengan ekspresi Blue yang seakan kaget dan perilaku diam istri nya yang tidak biasa.
'Apa yang terjadi? Siapa yang ia temui hingga dia berubah diam begini?' Arthur ingin sekali bertanya banyak. Tapi ia menelan semuanya, membiarkan Blue sendiri yang mulai bicara tak berniat memaksa.
![](https://img.wattpad.com/cover/339243960-288-k792684.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alasan Ku Menikah
RomanceBlue Darold, dihari kemenangan sebagai aktris terbaik tahun itu Blue harus menelan air mata saat melihat sang kekasih bercumbu mesra dengan sang adik. Hari kebahagiaan itu berubah jadi pintu pembuka segala rahasia di hidupnya Dimanfaatkan oleh sang...