Villa yang sepi dengan nuansa lingkungan hijau terasa damai dari luar. Tapi dalam satu ruangan kamar dengan lampu yang menyala terang, suara desahan dan erangan mengisi sepenuhnya yang terlihat sangat kontras dengan luar.
Kaki Blue terbuka lebar dengan Arthur yang terus mendorong di bagian tengah. Setiap gerakan dorongan itu terjadi, napas Blue tercekat dengan desahan mengiringi, tubuhnya terdorong ke atas, dan milik Arthur menusuk makin dalam.
"Ah, enggh" Blue akan melengkungkan punggungnya dan menggigit bibirnya untuk setiap dorongan itu.
Ketika pinggung pria itu bergerak keluar dan masuk, pinggul Blue tanpa di perintahkan akan terangkat naik seolah siap menerima. Sikap natural itu membuat tawa rendah keluar dari mulut Arthur.
Ia memegang kedua sisi pinggul itu dengan kedua tangannya, "Tidak ingin orang lain tau tentang pernikahan ini tapi lihat pinggulmu bahkan dengan tak tau malunya bergerak sendiri" cemoohnya yang terus mendorong keras.
"Ah, ah, ah" Blue tak menjawab, ia sibuk mendesah karena perasaan berdenyut di perut bawahnya mulai membuat tubuhnya bergetar.
Merasakan denyutan yang kian menghisap miliknya di lubang itu, Arthur menggeram rendah menjilat bibirnya. "Tubuhmu bahkan tak bisa menolakku, tapi mulutmu benar-benar pandai berbohong" ejek Arthur lagi yang makin kuat dalam gerakannya.
Blue meremas sprei dengan kedua tangannya, ia memalingkan wajahnya. "Arthur....ah, tubuhmu bahkan lebih tak bisa jauh dari tubuhku" balasnya sengit, walaupun nada bicaranya masih saja penuh desahan rendah.
Arthur terkekeh mendengar balasan itu, lalu ketika di rasa Blue akan orgasme. Ia menghentikan gerakannya sepenuhnya. Membuat mata Blue yang memejam menunggu klimaksnya, langsung terbuka sepenuhnya.
Mata cokelat itu membulat dengan raut keberatan yang kentara terhadap aksi diam Arthur.
"Apa?" ejek Arthur menantang yang sepenuhnya membuat kepala Blue ngilu karena tak sempat klimaks.
"Kau sengaja kan?" decak Blue kesal menatap wajah Arthur yang sepenuhnya tersenyum dengan tangan yang kini merayat manik membelai perutnya.
"Memang apa yang aku lakukan? Tubuhku tak bisa jauh dari tubuhmu? Sepertinya sebaliknya sekarang" ejeknya dengan alis naik membuat Blue ingin mengumpat. Belum sempat terjadi, Arthur dengan setengah hati menarik keluar miliknya lalu mendorong dengan sekali hentakan masuk.
"Ah!" pekik Blue yang makin membuat ngilu, seakan di pancing-pancing untuk klimaks.
Dan dengan ejekan penuh, Arthur memutar pinggulnya seolah bermain-main, tak melakukan lebih hanya menggoda saja.
Merasakan niat sengaja itu, Blue meraih lengan Arthur. "Lakukan dengan benar!" pekiknya jengkel dengan sikap pria itu.
Arthur justru memasang wajah liciknya, "Katakan dengan jelas, apa tubuhmu ingin menerimaku? Apa tubuhmu benar-benar ingin dekat denganku? Atau apa tubuh mu tak akan menolak seperti mulutmu itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alasan Ku Menikah
RomanceBlue Darold, dihari kemenangan sebagai aktris terbaik tahun itu Blue harus menelan air mata saat melihat sang kekasih bercumbu mesra dengan sang adik. Hari kebahagiaan itu berubah jadi pintu pembuka segala rahasia di hidupnya Dimanfaatkan oleh sang...