POV Arthur
Tahun 2020
Rumah sakit Oslan merupakan rumah sakit paling terkenal di Negara ini. Penuh dengan dokter ahli dengan relasi yang tak perlu di tanya lagi.
Rumah sakit ini banyak di huni masyarakat kelas atas sehingga akan sulit ditemukan keadaan penuh sesak di sini, terutama di kamar VIP.
Pria bertubuh tegap dengan balutan jas gelap keluar dari mobil dengan langkah pasti. Sepatu mengkilap itu bergesekan dengan lantai, mengeluarkan nada pasti yang terarah.
Pria dengan pupil hitam pekat itu melangkah tanpa terburu-buru, langkahnya berwibawa dengan kharisma luar biasa.
Sang asisten berjalan selangkah di belakang, sambil memberikan beberapa informasi yang di butuhkan atasannya itu.
"Berdasarkan informasi dari pihak dokter, komisaris hanya kelelahan dan mengalami sakit kepala ringan akibat beban pikiran. Nyonya berpesan agar tuan muda mengiyakan semua perkataan komisaris tanpa membantah sedikit saja, sehingga tidak menambah beban pikiran komisaris" ucap Baron dengan nada sedikit terbata di akhir.
Mendengar itu, Arthur menghela napas panjang.
Saat menerima panggilan dari Ibunya yang mengatakan jika kakeknya masuk rumah sakit, ia bukannya khawatir tapi malah mengernyitkan dahinya.
Karena Arthur sangat tau, pria tua itu sangat menjaga kesehatannya, sangat jarang sekali bahkan hampir tidak pernah ia masuk rumah sakit. Tapi sekarang hanya karena banyak pikiran, pria tua itu bisa terbaring di ranjang rumah sakit.
Arthur menggelengkan kepalanya merasakan ada yang salah. Perasaan bahwa akan ada masalah bisa tercium olehnya. Jarang kakeknya itu akan bertingkah seperti ini.
"Dan juga keluarga dari Negara Ensikla juga sudah hadir di sini" lanjut Baron.
Arthur mengangguk mengiyakan, jika demikian memang akan ada masalah, apalagi sampai keluarga jauh juga ikut hadir.
Menyusuri lorong rumah sakit, ia dapat melihat dua pria dengan jas rapi berdiri di luar. Ia langsung tau jika itu kamar kakeknya.
Baru ingin membuka pintu kamar VIP itu, suara seorang perempuan terdengar di sebelahnya.
"Mas Arthur" sapa wanita itu dengan senyum cerah.
Menolehkan kepalanya, Arthur berdehem singkat, "Hm"
"Baru sampai? Kalau begitu ayo masuk bersama" ucapnya ramah.
Arthur tak menjawab, pria itu hanya kembali membuka pintu dan langsung mendapati ruangan itu penuh. Lebih aneh lagi saat dia mendapati pengacara kakeknya juga berada di sana. Dan orang tuanya.
Menyapa singkat dengan menganggukkan kepala kepada orang tuanya, Arthur langsung mendekati ranjang kakeknya berada.
Anron duduk dengan sikap bersahaja, walaupun ada infus di tangannya wajahnya sangat jauh dari kata pucat. Tampak sangat baik-baik saja.
"Halo kakek, anda benar-benar terlihat sangat sakit" ucapnya datar yang sangat jelas terdengar seperti sebuah sindiran hingga wanita di sebelah Arthur tertawa ringan.
Anron mendecakkan lidahnya melihat wajah cucu kesayangannya yang jauh dari kata peduli.
"Duduklah, aku tak ingin memarahimu sekarang" ucapnya pelan yang langsung di turuti Arthur.
Setelahnya, Anron segera menarik perhatian semua tamu di kamar itu.
"Karena kalian orang-orang sibuk sudah bersusah payah berkumpul di sini, untuk melihat kapan aku mati. Aku tidak akan membuang waktu lebih banyak lagi" ucapnya yang langsung merubah wajah anak-anaknya dan cucunya yang ada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alasan Ku Menikah
RomanceBlue Darold, dihari kemenangan sebagai aktris terbaik tahun itu Blue harus menelan air mata saat melihat sang kekasih bercumbu mesra dengan sang adik. Hari kebahagiaan itu berubah jadi pintu pembuka segala rahasia di hidupnya Dimanfaatkan oleh sang...