18. Blue di jebak

25.5K 1.4K 6
                                    

Gedung megah di hadapan Blue masih sama seperti terakhir ia datang, menjulang mencakar langit.

Rok span membalut indah kaki Blue dengan atasan blazer berwarna putih dengan kancing warna gold. Rambutnya ia ikat satu menciptakan kesan serius.

Menghirup napas, Blue turun dari mobilnya melangkah masuk ke gedung Barayev Company. Tak menunggu lama ia sampai pada ruangan presdir gedung ini. Menemukan seorang wanita di balik meja sekretariat.

"Selamat pagi" wanita itu menyapa lebih dulu dengan senyum professional miliknya.

"Selamat pagi. Apakah presdir Barayevnya ada?" tanya Blue langsung ke tujuannya dengan meninggalkan kesan sopan.

Sekretaris itu mengangguk dan berkata, "Presdir ada di dalam. Nona Darold silahkan masuk" ucapnya kemudian mengarahkan ke arah pintu besar dengan warna putih tinggi itu.

Melihat itu sudah pasti ruangan di baliknya akan sama megahnya dan luasnya seperti tampilan pintu ini.

Menoleh sejenak, "Terima kasih" ucap Blue pada sekretaris itu.

Tepat saat Blue mendekat ke arah pintu, pintu itu terbuka otomatis. Blue tak sendiri ia bersama Bunga saat ini.

Melihat kode itu Blue tak menunggu lagi dan segera masuk tepat saat pintu terbuka lebar. Warna putih di campur dengan furniture kayu dan sedikit warna gelap memenuhi ruangan ini. Blue tak mengira tampilannya akan begini. Ia kira seluruh warna akan menjadi hitam atau abu mungkin. Tapi siapa duga jika putih yang mendominasi.

Seseorang dengan kaca mata warna bening tampak masih fokus ke layar komputernya hingga Blue melangkah lebih dekat.

"Selamat pagi, apakah kami datang di waktu yang salah?" basa basi Blue. Sebenarnya jika di suruh ia akan mengatakan 'hentikan pekerjaanmu, seseorang ada di sini. Tolong jaga sopan santun'.

Arthur dengan jas warna abu gelap itu mendongak menatap Blue yang berdiri di depan meja kerjanya. "Oh, jika pun demikian apa anda akan pergi begitu saja?" ucap Arthur sembari melepaskan kacamata dengan sebelah tangannya.

'Ya, aku kan pergi begitu saja saat kau bilang iya' rutuk Blue berbeda jauh dengan perkataan yang keluar dari mulutnya.

"Tapi ada hal yang perlu kita selesaikan. Bisakah kita langsung ke intinya" Blue sama sekali tak berniat membuang waktu di gedung ini. Sudah cukup ia mencari masalah waktu itu.

Arthur tampak terdiam sebentar, sebelum akhirnya, "Tentu saja, kita bisa langsung ke intinya. Tapi jelaskan yang mana, perihal cek itu atau yang lain?"

'shit, wajah Blue memerah seketika. Pasti cek 10 juta itu yang ia bahas. Kurang ajar' umpat Blue.

"Kontrak nya, saya datang untuk kontrak kerja kita" ucap Blue penuh penekanan tak lagi menunda waktu dan tak ingin di permainkan oleh pria ini.

Sedangkan Arthur tampak menyukai respon Blue. Tepat saat itu suara dari interkom kantor yang berada di meja sebelah kanan Arthur membuyarkan pembicaraan mereka, Arthur menoleh dan menekan tombol di sana.

"Ada apa?" itu pasti panggilan dari ruang sekretaris.

"Presdir, Direktur Moka Barayev meminta waktu bertemu dengan anda terkait proyek Rosvrat Mall di ruang rapat"

Blue merasa ada yang tak beres dari sana, terbukti dari air muka Arthur yang berubah saat ini. Tak ada lagi raut jahil dan menjengkelkan di sana. Sudah berganti menjadi tegas dan gelap. Satu yang membuat Blue penasaran kenapa proyek itu ikut di bawa-bawa. Apa ada masalah internal di sini?

Belum selesai berpikir, suara Arthur menghentikan kegiatan itu, "Baik, katakan padanya untuk menunggu"

Panggilan itu berakhir, dan Arthur memusatkan perhatiannya pada Blue, "Sepertinya kamu harus mengulang kembali presentasi mengenai proyek ini. Apakah bisa?" ia bertanya dengan yakin berbeda dengan kata sepertinya yang ia ucapkan.

Alasan Ku MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang