19. Arthur minta Kiss

28.2K 1.5K 3
                                    

Laptop yang di sentuh Blue tampak tak membuat gerakan, ruangan dengan banyak kursi warna hitam itu tampak hening menunggu. Setiap detik tatapan itu mengunci pada gerakan yang dilakukan Blue.

Flashdisk nya salah! Data yang dibutuhkan untuk presentasi tidak ada!

Ada yang sengaja menjebaknya hingga sampai di posisi ini. Satu orang yang pasti, Bunga sang asisten dia pelakunya.

Mengesampingkan emosi dan rasa ingin tau itu, Blue harus menyelesaikan masalah yang ada di depannya ini. Menarik napas bersamaan dengan gerakan tangan menjauh dari laptop. Tak ada pilihan ia akan presentasi manual.

Blue melangkah ke depan, ke arah meja tanpa adanya background layar proyektor yang menyala. Membuat semua orang terdiam dan saling melirik satu sama lain.

"Saya akan menjelaskan mengenai proyek Rosvrat Mall dengan cara yang mudah di pahami dan jelas" Blue mengambil hp miliknya, satu-satunya data yang ia punya adalah bentuk foto dari proyek ini.

Itu saja pasti cukup, jika ia bisa menggabungkan dengan penjelasan yang rapi maka presentasinya pasti aman.

Tak menyerah bahkan tak terlihat raut kebingungan di wajah Blue. Dia bergerak pasti, tau apa yang harus dia lakukan.

Blue melakukan presentasi dengan ucapan yang jelas dan tenang bahkan informasi yang di sampaikan detail dan sulit di bantah, walaupun hanya dengan potongan gambar sebagai ilustrasi.

"Baik, itu semua mengenai proyek Rosvrat Mall. Jika ada yang perlu di tanyakan, silahkan" ucap Blue dengan intonasi tegas menutup presentasinya yang apik itu.

Blue menatap Arthur yang hanya diam di tempatnya, dengan ekspresi yang sama sepanjang presentasi, matanya terus menatap ke arah Blue. Tak berniat kehilangan satu detik saja, yang sempat membuat Blue merasa tatapan itu menembusnya. Sedangkan Moka masih sama, tapi senyumnya terasa agak goyah. Tapi ia mempertahankannya dengan baik.

Begitulah presentasinya berakhir dengan puasnya orang yang ada di sana. Tepat ketika ia keluar dari ruang rapat, Moka memanggilnya.

"Nona Darold" panggilnya yang mau tak mau membuat Blue berhenti dari jalannya.

"Ya" singkat sekali, sepertinya Blue menaruh kecurigaan pada orang yang saat ini perlahan mendekat ke arahnya.

Ia memakai jas formal biasa warna hitam dengan kemeja putih, tapi aura yang di tampilkan begitu ramah dengan rambut warna cokelat itu. Sungguh berbeda jika di sandingkan dengan Arthur.

'Ah, kenapa harus membandingkan nya dengan pria itu, yang bahkan pergi begitu saja setelah rapat' kesal Blue mengingat hal itu.

"Nona Darold tadi presentasi yang sangat bagus jika saja menggunakan ppt" ucap nya ramah menatap Blue.

Blue membalas dengan sopan tak ingin mencari masalah, "Iya tentu saja. Maaf jika tidak berjalan seperti yang anda harapkan"

"Ah, jika nona berkata demikian orang lain bisa mengira saya yang menyembunyikan ppt presentasi nona" ucap nya berusaha bercanda yang malah membuat Blue merasa seperti yang orang ini katakan.

Sungguh aneh jika waktu nya tepat sekali, saat dia harus melakukan presentasi atas permintaan orang ini dan nice timing asistennya salah membawa flashdisk. Terlalu aneh sampai ia harus mencurigai semua orang.

"Bagaimana mungkin saya punya pemikiran seperti itu" balas Blue merendah berbeda sekali dengan hatinya.

Moka tampak merogoh kedalam sakunya, mengulurkan kertas putih berbentuk persegi panjang yang ukuran nya lebih kecil dari telapak tangan, "Tolong hubungi saya jika anda punya waktu"

"Sepertinya nona punya banyak pertanyaan" Moka menambahkan, membuat kilat curiga itu makin jadi.

Blue hanya tersenyum sambil mengambil kartu di hadapannya itu, "Kalau begitu saya permisi"

Blue tak menjawab permintaan nya itu. Lagi pula ia tak akan terlibat dengan orang ini lagi.

Melanjutkan langkahnya, ia menuju ruangan presdir Barayev. Ia harus menyelesaikan semuanya hari ini juga. Baru dua kali datang ke gedung ini, tapi ia terus di landa masalah berkepanjangan. Ia tak bisa lama-lama lagi.

Memasuki ruangan dengan warna dominan putih itu, Arthur terlihat berdiri dekat dengan mejanya bersama sang asisten Baron. Mereka diam saat Blue masuk.

"Silahkan duduk" Arthur mengarahkan agar Blue duduk di sofa.

Tak menunggu lama ia mengikuti perintah itu duduk dengan tenang, "Bisakah kita langsung ke kontraknya" ucap Blue sudah greget dari tadi.

Arthur yang masih berdiri itu menoleh, "Kamu tak sabaran ya" lalu mengkode ke arah Baron agar keluar.

Tepat saat itu Baron berhenti di dekat Bunga, "Bisakah anda ikut dengan saya, ada hal yang harus di bicarakan terkait pekerjaan" mendengar itu Bunga menoleh pada Blue meminta persetujuan.

Selepas kedua orang itu pergi dari ruangan ini, udara di sini menjadi agak berbeda. Apa karena ada dua orang berlawanan jenis dalam satu ruangan?

Arthur mendekat pada Blue dan duduk di sofa single. Dia duduk dan menyenderkan punggungnya menguarkan aura pikat yang luar biasa, menatap ke arah Blue dengan kedua tangan di atas tangan sofa, "Asisten kamu sengaja melakukannya, apa yang akan kamu lakukan setelah ini?"

Ah, dia tau rupanya, ya aneh juga jika dia tak menyadarinya. Pasti ia sudah mengalami hal-hal yang lebih buruk dari ini sehingga ketajamannya terasah begitu saja.

"Ya, aku akan memecatnya setelah aku tau dia melakukannya untuk siapa" jawab jujur Blue. Tak ada gunanya berbohong pada orang yang banyak pengalaman seperti Arthur ini, ia mungkin akan dengan mudah menemukan kebohongannya.

"Terlalu baik hati tak akan membuat kamu bertahan di industri ini" peringatan singkat dari Arthur yang tentu saja Blue tau.

Blue sedikit mendesah tiba-tiba malas meladeni orang ini, "Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?"

Arthur sedikit menaikkan sudut bibirnya. Ah, dia pasti merencanakan sesuatu firasat Blue.

"Aku mengetahui siapa yang menjebak kamu hari ini beserta bukti yang lengkap"

Srakk

Arthur melemparkan berkas ke meja di depan Blue, yang membuat Blue spontan ingin meraih map tersebut.

Greb

Tangannya di tahan oleh Arthur, "Kamu tidak berpikir aku termasuk orang baik kan?" Tanya Arthur.

Blue langsung paham, ya dia tak mungkin dengan cuma-cuma melakukan hal ini. Sangat tidak mungkin untuknya mengatakan ini buktinya aku berikan pada mu begitu saja.

'Dasar brengsek, ia berusaha mengambil keuntungan dari nya. Benar-benar seorang pebisnis tak melewatkan kesempatan sedikit pun' rutuk Blue yang mulai kesal dengan situasi ini, tapi ia juga sangat menginginkan map coklat yang berisi bukti itu. Ia tau Arthur tak mungkin berbohong dan jika dia berkata demikian maka itu pasti benar.

Blue berusaha menarik tangannya yang memberikan efek sedikit panas tapi sayang genggamannya erat. Arthur tak berniat sedikitpun melepaskannya.

Blue yang dari tadi berusaha melepaskan tangannya justru semakin membuat gelenyar geli itu makin terasa. Bahkan ini bukan pertama kalinya mereka dalam keadaan lebih intim dari ini, tapi kenapa perasaan merinding itu sampai ke punggungnya.

Blue menyerah dan mendongak menatap Arthur, "Katakan apa yang kamu mau?" desak Blue.

Tak terasa Arthur sudah tidak lagi bersender pada sandaran sofa, dan sudah menegakkan badannya dan condong ke arah depan. Blue yang memang sudah di posisi mendekat pada meja ingin mengambil map tadi tak mengira jika posisinya akan sedekat ini.

Mata mereka bertemu di satu titik saling mengunci, tak berpaling. Keheningan itu membuat suara napas mereka terdengar jelas satu sama lain. Bahkan entah detik ke berapa, mata Arthur sudah tak lagi bertumpu pada mata cokelat Blue, melainkan pada bibir tipis dengan warna peach yang sedikit terbuka seakan menggoda.

Tangan Arthur bergerak ringan melayang diatas kulitnya, meraba perlahan bibir itu dengan sapuan tipis membuat Blue merinding tapi tak menarik diri menjauh.

"Bisakah aku menciummu?" pertanyaan itu lolos begitu saja menggema di ruangan hening itu.

Alasan Ku MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang