Seperti perkataan Arthur kemarin, esoknya selepas ia pulang kerja mereka langsung menuju villa keluarga Barayev.
Blue telah bersiap dengan dress sopan berwarna krim. Melihat bangunan megah yang bernamakan villa itu, Blue menghembuskan napas lega. Untunglah ini bukan bangunan yang sama dengan villa Barayev yang terakhir kali Blue datangi. Villa ini dominan berwarna putih dengan kesan yang jauh lebih simpel, sama sekali tak mewah tapi terasa sangat alami dan nyaman.
"Ayo masuk" ucap Arthur melangkah di balas anggukan oleh Blue. Blue bertanya-tanya seberapa banyak properti atas nama Barayev? Dan seberapa banyak pula yang dimiliki pribadi oleh Arthur? Ia pasti punya banyak. 'Jadi tak heran banyak wanita yang mendekatinya', ucap Blue dalam hati.
Untuk pertama kalinya Blue berhadapan langsung dengan semua anggota yang memiliki nama belakang Barayev. Bahkan di mansion karena kesibukan pekerjaan, ia masih saja belum melihat seluruh wajah anggota keluarga. Terlebih karena ulah Arthur, ia sering kali tidak mengikuti sarapan atau makan malam.
Menyadari sesuatu, Blue langsung menoleh pada Arthur, "Apa orang tua mu juga hadir?". Benar saja, Blue sampai sekarang belum juga bertemu orang tua pria ini. Sungguh gila, ia menjadi menantu tanpa bertemu mertua.
Arthur mengangguk seolah itu hal biasa, "Tentu saja" jawabnya. Ya, pertanyaan yang konyol tentu saja anak orang yang berulang tahun hadir. Tapi tiba-tiba perasaan gugup melanda Blue, apa yang harus ia katakan saat bertemu orang tua Arthur? Apa yang harus ia lakukan? Akhirnya ia juga merasakan bagaimana gugupnya bertemu mertua.
Dengan tiba-tiba Blue menyentuh lengan Arthur, "Kau harus melindungiku" tagihnya. Mengangkat alis tak mengerti dengan perkataan Blue, Arthur meraih tangan itu dan dengan gerakan tenang, ia melingkarkan tangan Blue pada lengannya, lalu menepuk pelan punggung tangan putih itu. "Ya, akan ku lakukan" ucapnya.
Entah kenapa Blue langsung merasa lega. Tapi debaran kurang ajar di dadanya tiba-tiba muncul. Ia mencengkram lengan Arthur saat pria itu mulai berjalan kembali. Melirik wajah Arthur dari samping, 'Ada apa dengan pria ini? kenapa tiba-tiba dia bertindak sopan begini? Kemana Arthur yang biasanya?' tanya Blue pada diri sendiri.
"Tersenyumlah" bisik Arthur tiba-tiba menundukkan wajahnya ke samping sejenak sebelum kembali berdiri tegak. Belum sempat bertanya jawabannya segera datang.
"Arthur" sapa seseorang.
Dan ternyata mereka telah sampai di ruangan luas yang telah di dekorasi sederhana dengan manusia berbagai usia memenuhi. Ah, jadi ini maksud pria itu, Blue langsung memasang senyum manis seketika.
"Akhirnya cucu kesayangan kakek datang" ucap seorang pria yang sepertinya tak jauh berusia sama dengan Arthur.
"Dia sibuk jadi wajar jika terlambat" sambung seorang wanita yang Blue lupa namanya. Haish, kemampuannya dalam mengingat nama seseorang sangat buruk. Tapi ia pernah bertemu di mansion sebelumnya.
"Tidak sepertimu yang taunya main saja, cobalah bekerja di perusahaan" sahut anak muda yang lain. Blue jadi ingin tau seberapa banyak sepupu Arthur. Jika saudara kandung sudah jelas pria ini tak punya.
Arthur tak menanggapi, ia mengarahkan Blue menuju sepasang pasangan yang tampak masih segar walaupun tak muda lagi.
Dari tampilannya Blue bisa menebak jika mereka orang tua Arthur, 'Sial kenapa wajah orang kaya memang terpahat arogan seperti itu?' Sekarang ia tau dari mana tampilan sombong pria ini turun. Seketika langkah Blue tersendat. Ia langsung teringat adegan di drama korea, ketika orang tua tokoh utama pria melemparkan uang ke wajah tokoh utama wanita. 'Apa aku akan seberuntung itu merasakan adegan langka itu. Jika itu terjadi aku akan meminta uang lebih banyak, ini kesempatan.' pikir Blue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alasan Ku Menikah
RomansaBlue Darold, dihari kemenangan sebagai aktris terbaik tahun itu Blue harus menelan air mata saat melihat sang kekasih bercumbu mesra dengan sang adik. Hari kebahagiaan itu berubah jadi pintu pembuka segala rahasia di hidupnya Dimanfaatkan oleh sang...