DISURUH MAMA

976 127 27
                                    

+++GALAN STORY+++

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+++GALAN STORY+++

Galan sedang chatingan dengan 3 temannya di grup Whatsapp. Sesekali ia tertawa keras, tertawa Galan memang sekeras itu. Tiba-tiba pintunya diketuk dari luar, repleks Galan menutup mulutnya.

"Buset mulut gue," umpat Galan seraya berjalan ke arah pintu.

Pintu terbuka, menampilkan sosok Bi Arum yang baru saja mengetuk pintu kamar Galan tadi.

"Ada apa, Bi?"

"Itu, Den. Ada ayahnya Den Galan di bawah."

"Hah? Ayah? Ayah aku ke sini, Bi?" kaget Galan.

"Iya, Den. Buru Den, nggak enak banget suasananya di bawah."

"O-oh. Iya, Bi. Aku turun sekarang. Mau charge hp dulu."

Galan segera masuk kembali ke dal kamar. Mengisi daya ponselnya sebelum berlari keluar kamar. Galan melihat suasana ruang tamu memang tidak mengenakan. Ayahnya duduk di sofa dengan wajah angkuh. Lalu terlihat wajah menahan kesal Wijaya yang duduk di samping Rani yang hanya bisa menunduk lesu. Ada Alkan dan Rukan juga di sana. Walau teramat gugup, Galan menegapkan postur tubuhnya dan berjalan ke arah mereka.

"Ayah, kok bisa ke sini?"

Semua pasang mata menoleh ke arahnya. Galan berdiri di dekat mereka, menatap mereka sedikit canggung.

"Sesuai apa kata Ayah. Ayah mau liat apakah kamu masih tidur di luar atau enggak. Gimana keadaan kamu?" ujar Syaputra dengan tegas.

"Baik kok, Yah. Udah disediain kamar juga."

"Bener kamar? Nggak gudang 'kan?" tanya Syaputra menatap penuh intimidasi.

"Apa maksud kamu, Putra?!" kesal Wijaya bersuara.

"Kenapa? Saya cuma bertanya, nggak ada menghina Anda," sahut Syaputra.

"Yah, udah deh. Galan oke di sini. Bukan gudang kok, kamar, Yah," ujar Galan menengahi.

Syaputra mengeluarkan dompetnya, lalu mengeluarkan kartu kredit di sana.

"Nih kamu pegang. Ini khusus untuk keperluan sehari-hari kamu. Buat makan, bayar air, bayar listrik, bayar apa pokoknya. Kartu kamu satunya khusus buat kamu sekolah. Ngerti, kamu?"

Galan menerima kartu itu dengan cengiran lebar. "Ngerti, Yah. Ini isinya lumayan kan?"

"Ayah sengaja lebihin uang kebutuhan kamu. Jadi jangan sampai kamu makan hak orang," tegas Syaputra menekan kata akhirnya sambil melirik Wijaya.

"Siap, Yah!"

"Ingat, Ya. Kamu cuma perlu Ibu, bukan yang lain. Yang lain nggak usah diperduliin."

"Siip pokoknya."

Entah apa sebabnya, mereka semua terdiam. Tampaknya Syaputra mempunyai aura yang kuat sehingga membuat orang-orang segan terhadapnya. Syaputra menoleh ke arah Rani, tak lama Rani melirik ke arahnya.

 GALAN STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang