EPILOG (EKSTRA PART)

1.7K 144 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


+++GALAN STORY+++


Rani tersenyum melihat layar ponsel Dekan yang menampilkan video Wijaya memeluk Galan di halaman belakang rumah. Tanpa sadar, Rani juga menitikkan air mata. Rasanya sungguh terharu mengingat perjuangan Galan dari awal mendatanginya ke rumah ini hingga berhasil merebut hati seisi rumah.

"Walau lama, tapi akhirnya Papah luluh juga. Tadi aku liat Galan ngikutin Papah ke halaman belakang. Aku pikir Galan mau diapa-apain. Ternyata ... Papah pengen ngomong 4 mata sama Galan," ujar Dekan duduk di tepian ranjang.

"Mamah tenang banget rasanya. Akhirnya Papahmu mau menerima Galan. Mamah nggak berhenti berdoa agar hati keras Papahmu bisa melunak untuk Galan. Dan hari ini, doa Mamah sepertinya diijabah," ucap Rani terharu.

"Bisa juga doa Galan yang andil dalam hal ini. Galan pasti berdoa agar kita semua mau menerimanya. Aku juga terlambat sadarnya, sempet nyakitin dia di awal-awal. Tapi walau dia anak yang nakal dulunya, dia nggak nyimpan dendam ke aku, Mah. Dia nggak ada nyuarain kalau dia nggak rela atas perlakuanku dulu atau mau balas dendam."

"Gapapa, Sayang. Terpenting sekarang semua jadi lebih baik. Alkan juga sudah mulai menerima Galan. Iya kan, Al?" tanya Rani pada Alkan yang rebahan di sampingnya.

"Eumm."

"Iming-iming cewek itu mah," celetuk Dekan.

"Ck, tapi yang penting gue paling pertama terima dia di antara lo dan Bang Rukan," sahut Alkan sewot.

"Rukan juga, dengan kejadian di hutan dia bisa menerima Galan sekarang. Memang Allah memberikan hidayah lewat jalan yang tidak diduga-duga. Semoga kedamaian ini akan berlangsung lama. Jangan sampai karena Galan ngelakuin kesalahan, nanti bakal bertengkar dan ngungkit hal yang sudah-sudah. Anggap aja kalian semua itu saudara se-Ayah dan se-Ibu. Pokoknya harus damai terus," ujar Rani menasehati anak-anaknya.

"Itu mereka kok nggak masuk-masuk? Jangan-jangan tuh bocah ditenggelemin di kolam ikan sama Papah," celetuk Rukan.

"Rukan!" tegur Rani. Dekan juga langsung menyentil kepala Rukan.

"Jaga mulut lo!"

"Hehe. Iye becanda doang!" sahut Rukan.

"Kalian cek deh. Mamah khawatir juga mereka nggak masuk-masuk," titah Rani.

Dekan segera keluar kamar menuju belakang rumah. Tepat sekali, ia berpapasan dengan Wijaya dan Galan yang berjalan bersama.

"Dari mana kalian? Mamah sampai khawatir disuruh nyariin," ucap Dekan mencoba bersikap biasa saja, takut dua orang di hadapannya menjadi canggung.

"Tadi belakang rumah, ngobrol dulu sama Galan," ucap Wijaya menoleh pada Galan dan senyum hangat. Galan tersenyum canggung sambil melirik Dekan yang menahan tawanya.

 GALAN STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang