SORRY

1.7K 162 26
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


+++GALAN STORY+++


"Haus."

Rukan yang sedang selonjoran di sopa lantai menoleh ke sumber suara. Matanya membulat antusias melihat Galan sudah sadar. Lantas Rukan langsung bangkit dan ...

"Argh! Kaki gue duuhh," ringisnya berjingkit dan kembali duduk.

"Haus gue bilang," ucap Galan lagi.

Rukan mendelik. "Sabar bisa nggak si? Lo nggak liat kaki gue lagi sakit," kesalnya.

"Cepetan lo ke sini, gue haus," ucap Galan lagi. Ternyata ia sedang menelepon seseorang.

Rukan yang ingin melayangkan protesan, urung begitu pintu ruangan dibuka kasar oleh seseorang. Ternyata itu Dekan yang datang dengan tergesa.

"Lo udah bangun? O-oh haus, ya. Ntar," ucap Dekan segera mengambil air putih di atas nakas. "Nih minum, pelan-pelan," ucapnya membantu Gapan minum dengan perlahan.

Sedangkan Rukan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Menggigit bibir bawahnya sendiri kala mengingat hal bodoh apa yang ia lakukan barusan.

Dekan menoleh ke belakang ketika menyadari sesuatu. Ia melihat Rukan yang segera mengalihkan pandangan.

"Bukannya ngambilin minum lo malah santai di situ. Pantes aja Galan telepon gue," protes Dekan.

"Dia nggak minta gue ngambilin!" sanggah Rukan.

"Nggak peka lo."

"Kek lu pekaan aja orangnya."

"Diem dong. Berisik," tegur Galan.

Sontak mereka berdua diam. Galan mencoba mengingat-ingat kembali apa yang terjadi padanya. Pertama, ia menggendong Rukan di dalam hutan. Kedua ia jalan lebih dulu meninggalkan Rukan bersama kedua temannya. Lalu yang ketiga, ia pingsan.

"Gimana keadaan lo, Dek?" tanya Dekan.

"Yang lo liat aja," sahut Galan.

"Lo nggak bawa obat-obatan yang gue kasih? Kan lengkap tuh gue beliin. Inhaler pun ada. Kenapa nggak digunain?"

Galan terdiam. Benar apa kata Dekan, ternyata benda seperti itu berjuga juga. Tapi malangnya, Galan tak membawa benda-benda tersebut ke dalam hutan.

"Mama gimana keadaannya, Dek?" tanya Galan mengalihkan pembicaraan.

Dekan hanya diam, tak menyahuti Galan. Wajahnya datar tanpa ekspresi sedikitpun.

"Dekan?"

Masih tak ada sahutan. Galan merotasikan matanya.

"Abang."

"Iya, Dek?"

"Hiiih!" kesal Galan. "Mama keadaannya gimana gue tanya," ujarnya lagi.

 GALAN STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang