+++GALAN STORY+++
Rani menunggu di dalam taksi. Sebelumnya Rani sudah mengabari pada Galan, jikalau sepulang sekolah mereka berangkat ke rumah nenek Uni atau kediaaman tantenya Galan. Galan sebenarnya ingin menolak, tetapi kali ini ia tak bisa membuat alasan lagi. Jikalau kemarin dia beralasan tak enak badan, hari ini tak ada alasan yang bagus untuknya. Galan mengendarai motornya keluar dari gerbang sekolah. Tak jauh dari gerbang itu, ada sebuah taksi yang terparkir di pinggir jalan. Galan yakin itu taksi yang ibunya tempati. Galan pun menuju ke sana.
Benar saja, kaca jendela taksi bagian belakang perlahan turun. Ada Rani yang duduk di sana. Rani tampak lebih fresh dengan dandanan yang natural. Biasanya di rumah, Rani tak memakai make up apapun.
"Ma, yakin nih ikut ke rumah nenek?" tanya Galan.
"Yakin. Pokoknya nggak ada alasan, kita ke rumah nenekmu sekarang. Kamu jalan lebih dulu, biar sopir ngikutin kamu. Jangan gebut, Gal," celoteh Rani.
Galan mengembuskan napas pasrah, ia kembali menjalankan motornya. Taksi yang ditumpangi oleh Rani segera mengikuti Galan dari belakang.
Sampailah mereka di kediaman Lukman. Jujur saja, Galan sangat khawatir dengan keadaan ibunya. Bagaimana pun juga, orang rumah pasti tidak menyukai Rani. Termasuk neneknya sendiri. Sebab Rani yang menelantarkan ia hingga 17 tahun ini.
Galan turun dari motornya, ia menyusul Rani yang baru keluar dari taksi.
"Ma, gimana kalau nanti mereka marah sama Mama? Mama bisa dicaci loh sama mereka," ujar Galan khawatir.
"Gapapa. Kan wajar mereka marah. Gapapa, Galan," sahut Rani tetap tenang.
"Tapi kan Mama lagi hamil. Gimana kalau—"
"Siapa itu, Galan?"
Suara yang terdengar lantang itu membuat Galan menoleh ke belakang, begitu juga Rani menatap langsung sosok wanita sebaya dengannya yang berdiri di teras rumah.
Galan berdecak, menatap tak suka wanita itu. Siapa lagi kalau bukan Anita.
"Itu tante kamu?"
"Iya, Ma. Denger sendiri kan gimana ketusnya dia? Jadi Galan mau Mama tunggu—"
"Mama mau masuk!" tegas Rani melewati Galan. Galan kelimpungan menyusul Rani.
Anita bersedekap dengan alis tertaut melihat sosok yang tidak ia kenal, tetapi terkesan familiar di matanya. Rani mendongkak menatap tegas Anita.
"Saya mau bertemu dengan nenek Uni."
"Siapa kamu? Yang ibu saya cari berandalan itu, bukan kamu."
"Dia anak saya, bukan berandalan," sahut Rani.
Anita membulatkan mulutnya, lalu tak lama tertawa sumbang sambil bertepuk tangan.
"Ohooo ... ibunya? Beneran ibunya? Bukannya Ibu Galan udah nggak ada, ya? Buktinya tuh anak terlantar tanpa ibu selama 17 tahun," sindir Anita tersenyum sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAN STORY [COMPLETED]
Teen Fiction"Terkadang manusia memang tak tahu diri. Dirinya yang membuat kesalahan, tetapi malah membenci hasil dari perbuatan itu." Galan Ardian Syaputra. Galan itu sosok yang keras seperti batu dari luar, pembuat onar, tidak sopan, dan berbuat semaunya. "Gal...