+++GALAN STORY+++
Galan baru selesai sholat subuh. Infus di tangannya sudah di lepas, rencananya pagi-pagi sekali ia akan pulang dengan segera. Galan melirik Dekan yang tertidur pulas di sofa, tanpa beban cowok itu menghampiri Dekan untuk membangunkannya.
"Bangun, Dek. Dayang-dayang neraka lagi otw. Lo mau kena tangkap?" ujar Galan menggeplak kaki putih Dekan.
Dekan terusik, ia mendelik pada Galan yang mengganggu tidur berkualitasnya.
"Apaan si lo! Mau cari gara-gara ntar di luar!"
"Sholat!"
"Nggak biasa." Dekan memejamkan lagi matanya.
"Ckckc, lo mau jadi pengikut dakjal? Neraka panas, bruh."
Dekan bangun dari posisinya langsung mencengkram kerah baju Galan. Galan membalas tatapan tajam Dekan tanpa ekspresi, lebih tepatnya terlihat kosong dan polos. Dekan menurunkan tangannya dari kerah itu.
"Gue nggak biasa sholat jam segini. Gue biasa jam setengah 6," ucap Dekan berbalik dan kembali merebahkan diri.
"Serah lo. Ntar di akhirat jangan ngaku-ngaku abang gua."
Galan duduk di ranjangnya, lalu meraih ponsel di atas nakas samping. Galan membuka pesan masuk dari ibu tirinya. Beliau mengirimi sebuah foto, di mana dirinya dan juga anaknya sudah ada di bandara. Galan menghela napas, ia melirik Dekan yang duduk di sofa untuk mengumpulkan nyawanya. Rupanya cowok itu sudah tak bisa tidur kembali.
"Sholat dulu lo. Doain gue biar lekas diterima sama Om Wijaya, Rukan, dan ... lo juga," ucap Galan. Dekan hanya berdecih seraya berdiri menuju toilet.
Galan teringat lagi soal yang kemarin. Di mana Dekan menunjukkan isi flashdisk Qeno. Galan sampai enggan melihat bagaimana Qeno mencoba melecehkan seorang siswi dan sengaja merekamnya. Siswi tersebut tampak meronta-ronta dengan tangisan teredam kain yang menyumpal mulutnya. Pemerkosaan itu terjadi di ruang seni saat kelas telah berakhir. Satu fakta lagi yang membuat Galan terkejut, ternyata gadis freak yang diperkosa Qeno adalah gadis yang Dekan sukai diam-diam dulunya.
Galan termenung lama hingga tak sadar Dekan telah menyelesaikan sholatnya. Cowok itu tidak mandi, tadinya ke toilet sebentar dan berwudhu di kamar mandi.
"Bang,"panggil Galan.
Dekan yang sedang melipat sajadah, menghentikan gerakannya ketika mendengar panggilan pelan itu. Tetapi ia enggan untuk berbalik menatap Galan.
"Dulu, gue hampir selesai."
Dekan mendengarnya, gerakan tangannya kembali melipat sajadah walau dengan gerakan lambat. Dekan menegakkan badannya, berdiri membelakangi Galan tanpa melakukan apa-apa.
"Itu ... Waktu gue kelas 1 SMA. Gue ditolak Mama. Pertama kali ketemu Mama setelah mencari tahu keberadaannya ... gue langsung disambut kata-kata kasar. Gue pikir setelah belasan tahun ninggalin gue, Mama bakal terharu dan minta maaf karena udah ninggalin," tutur Galan terkekeh pelan. "Tapi gue malah dimaki. Dikatain dosa, anak haram, dan ya gue diusir dari kantor. Gue datang ke kantor Mama waktu itu. Ekspektasi gue hancur, gue ditolak. Hari itu hujan ... gue bawa motor. Trauma gue muncul tentang kejadian yang lalu, di mana gue nabrak mobil orang sampai orang di dalemnya ada yang meninggal. Tapi gue tetep maksain diri, gue makin kencengin kecepatan, gue emang udah niat untuk selesai. Tapi pas di jalan sepi, ada kakek-kakek yang nyeberang tanpa liat kiri-kanan. Gue langsung pelanin motor gue. Beliau noleh ke gue, beliau tersenyum polos. Kakek itu jualan kripik. Malah beliau nawarin gue mau beli apa enggak," ucapan Galan terjeda ketika mendengar respon dari Dekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAN STORY [COMPLETED]
Teen Fiction"Terkadang manusia memang tak tahu diri. Dirinya yang membuat kesalahan, tetapi malah membenci hasil dari perbuatan itu." Galan Ardian Syaputra. Galan itu sosok yang keras seperti batu dari luar, pembuat onar, tidak sopan, dan berbuat semaunya. "Gal...