MAKANAN PERTAMA

1.4K 125 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Galan sibuk membangun tenda cokelat di taman depan kediaman Wijaya. Setidaknya rumput halus taman bisa dijadikan kasur yang empuk untuknya. Galan menyusun 2 hoodie miliknya mencari sebuah bantal dan handuk sebagai alas tidur. Untung Wijaya memberikan karpet untuk alas lantainya.

"Sian banget nasib gue. Ganteng gini disia-siain. Kalo di sekolah mah gue diidolain," gerutu Galan.

Galan keluar dari tenda begitu semuanya selesai. Tak sengaja ia menoleh ke samping atas, tepatnya di balkon sebuah kamar. Tampak seseorang tengah duduk di sebuah kursi sambil merokok. Seingat Galan, itu cowok yang barusan menjatuhkan harga dirinya. Ia kalah telak menyerang cowok itu.

"Cih, tadi tuh gue kalah karena lagi nggak enak hati aja. Gue lagi deg-degan mau tau respon mama. Kalau gue lagi sangar, gue bikin nyungsep tuh orang." Galan mencibir.

Galan mengalihkan tatapannya pada pintu rumah yang terbuka. Menampilkan sosok Alkan yang berpakaian rapi. Alkan melirik ke arahnya. Tampangnya tak mengenakkan. Jelas bungsu Wijaya itu tak suka padanya.

"Oy! Bilangin mama, gue perlu bantal. Masa udah nggak ada kasur, nggak ada bantal juga," seru Galan dengan satu tangan berkacak pinggang.

Alkan menghentikan langkahnya, lalu menoleh malas pada Galan.

"Lo ngomong sama gue?"

"Jelaslah. Emang ada siapa lagi," sahut Galan.

"Tapi sorry, telinga gue nggak begitu nangkep suara orang terasingkan."

Galan jelas murka, hampir saja ia mencopot sendalnya. Tetapi ia ingat posisinya sekarang. Orang terasingkan.

"Gue asing dimata orang asing. Macam lu yang asing di mata gue," ujar Galan.

Alkan terkekeh, ia mengacungkan jari tengahnya.

"Kasihan anak asing. Eh btw, kalo malam pohon taman itu angker. Gue sering denger bunyi kunti lagi senyum. Tapi better sih kalau ada temennya, jadi kuntinya antengan dikit. Bye!" Alkan berjalan ringan menuju garasi.

Galan mengepalkan tangannya, mulutnya sangat ingin mengeluarkan kata-kata mutiara versi 2023. Tapi kembali lagi, musuh Galan sejatinya adalah kesabaran. So, Galan harus mengendalikan musuhnya itu.

***

Rani menyiapkan makan malam dibantu Bi Arum. Rukan yang baru saja pulang dari kuliahnya, langsung menuju meja makan dengan ransel masih tersamping di pundak kanan.

"Wiihh makan!"

"Eh, Bang! Main duduk aja kamu. Bersih-beraih dulu sana. Ini kenapa juga baru pulang kuliah. Kamu kuliah atau nguli di kampus?" Omel Rani.

"Sekalian sih. Sampingan," sahut Rukan sembari meninggalkan meja makan.

Rani hanya bisa geleng-geleng. Oh, Rani baru ingat anak bungsunya belum keluar kamar sejak pulang tadi.

 GALAN STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang