+++ GALAN STORY+++
Galan sudah berada di dalam mobil Dekan. Tidak seperti awal menjemput Galan, diperjalanan pulang jalan sangat macet. Entah apa yang terjadi di persimpangan 4 itu, kendaraan roda 2 dan 4 saling berdesakan ingin meloloskan diri. Galan yang masih lemas bersandar dengan tatapan lurus menghadap ke depan.
"Ada apaan sih. Kok bisa macet gini, ya?" Monolog Dekan sambil menurunkan kaca mobilnya.
Usaha Dekan ingin keluar atau sekadar menegok lewat kendala mobil hanya sia-sia. Dekan pun bertanya pada pengendara roda 2 di samping mobilnya.
"Pak, itu di depan ada apa, ya?"
"Kayaknya ada kecelaaan, Mas. Pengendara motor dan mobil. Mungkin salah satunya terobos rambu lalu lintas."
"Ooh pantes. Makasih, Pak."
"Yo! Sama-sama, Mas."
Dekan pun menaikkan kembali kaca jendela mobilnya seperti semula. Lalu menoleh pada Galan yang hanya diam saja.
"Ternyata kecelakaan."
"Nggak nanya."
"Iya lo nggak nanya," sahut Dekan.
"Mama beneran udah pulang?" tanya Galan.
"Lo nanya?" sindir Dekan.
"Nggak."
"Cih, ambekkan banget bayik. Mamah udah pulang, nungguin lo juga pulang. Makanya gue buru-buru jemput lo."
"Adeknya udah pulang?"
"Seminggu lagi."
"Bang, kayaknya gue pindah aja deh ke apartemen Papa."
Dekan sontak menoleh dengan tatapan tak suka setelah mendengar penuturan Galan.
"Maksud lo apa ngomong kayak gitu?"
"Biasa aja mukanya. Kenapa sih," sewot Galan.
"Lo yang kenapa! Nggak ada apa-apa malah mau pulang ke apartement. Tenang, orang rumah semua udah terima lo. Rukan dan Papah pun udah mulai terima lo di sana. Jadi lo nggak usah khawatir. Mereka nggak bakal ngatain lo lagi atau mempersalahkan keberadaan lo di sana," cerocos Dekan.
"Bukan masalah itu. Gue ... nggak siap punya adek dari Mama," cicit Galan.
Tentu saja Dekan mengernyit bingung. Apa Galan belum sepenuhnya sembuh? Ngelantur sana-sini.
"Lo katanya udah sembuh. Kok gini, Dek?"
"Apanya? Gue serius. Gini loh ...." Galan menerawang mencoba menjelaskan dengan kata-kata yang baik soal maksudnya. "Gue nggak sanggup lihat bayik, Bang. Gue nggak tau kenapa, gue ngerasa bayik itu gue. Entah pikiran dari mana dan bayang-bayang dari mana, seakan-akan flashback masa kecil gue terlintas. Bagaimana gue dulu waktu bayik di tinggal Mama. Padahal waktu bayik gue nggak tau apa-apa. Tapi nggak tau terbayang aja soal keadaan saat itu. Jujur aja, itu bikin mood gue buruk. Gue takut kalau mood gue lagi buruk, itu bisa menyinggung perasaan Mama atau Om Wijaya. Gue takut dibenci lagi sama mereka, Bang. Gue cuma takut, itu aja," tutur Galan panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAN STORY [COMPLETED]
Ficção Adolescente"Terkadang manusia memang tak tahu diri. Dirinya yang membuat kesalahan, tetapi malah membenci hasil dari perbuatan itu." Galan Ardian Syaputra. Galan itu sosok yang keras seperti batu dari luar, pembuat onar, tidak sopan, dan berbuat semaunya. "Gal...