GENGSI

1.3K 170 50
                                    

+++GALAN STORY+++

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+++GALAN STORY+++


Hari semakin sore, hujan tak juga berhenti. Galan memaksakan diri untuk bangkit, Rukan mengikuti pergerakan Galan dengan matanya.

"Ayo cepetan! Gue nggak mau mati di sini terus mayat gue diculik wewe," ucap Galan asal.

"Mulut lo kenapa sih, Bangsat?! Kalau ngomong yang bener!" kesal Rukan.

"Ayok! Gue kedinginan tau nggak!" ketus Galan dengan nada bergetar.

Rukan terpaku ketika Galan bersuara sambil menoleh padanya. Raut pias itu membuat Rukan sedikit khawatir.

"Gue jalan aja. Lo bantu mapah gue aja," ujar Rukan sambil berusaha berdiri dengan satu kaki sebagai tumpuan.

"Lama. Gue masih kuat."

"Lo kayak mayat hidup, anjir!"

"Yang penting masih hidup. Buru naik!"

Terpaksa Rukan naik ke pundak Galan. Galan menguatkan pijakannya sebelum melangkah maju ke depan. Dingin, lapar, pusing, dan napas tidak enak. Bagaimana bisa Galan mengakui dirinya baik-baik saja. Tetapi entah mengapa ia harus membawa Rukan dengan selamat dari hutan itu.

"Enghh ..." Galan menghentikan langkahnya. Rasanya ia begitu mual ingin muntah.

"Turunin gue! Lo kenapa?"

"N-nggak," sahut Galan terus berjalan.

Rukan tak menyangka Galan sungguh sanggup menggendongnya 15 menit lagi dalam keadaan seperti itu. Hingga binar di mata Rukan muncul ketika melihat ada Agus dan Dinar sedang mencari mereka dengan menggunakan jas hujan.

"Agus!"

Agus dan Dinar menoleh. Mereka kaget melihat Rukan yang digendong oleh Galan. Segera mereka menghampiri keduanya.

"Lo kenapa—"

"Lo gendong gue," ucap Rukan memotong ucapan Agus seraya turun dari punggung Galan.

"Eh, badan lo gede, bruh. Mana sanggup," sahut Agus.

"Ck, ya udah bantu gue jalan aja. Dinar lo bantu juga. Biar gue punya 2 pegangan bisa jalan cepet."

"Y-yaudah ayo," sahut Dinar.

Rukan sekarang merangkul Dinar dan Agus. Satu kakinya ia angkat dan satunya lagi digunakan untuk berjalan. Ia menoleh pada Galan yang telah berjalan lebih dulu.

"Itu bocah jalan ke arah sana, bener?"

"Bener kok," sahut Dinar.

"Hebat juga dia bisa gendong elu. Tapi mukanya pucat banget njir. Pasti lu beban banget, Ruk," celetuk Agus. Mereka mulai berjalan menyusul Galan.

"Ya," sahut Rukan pelan.

Kurang lebih 10 menit Rukan, Dinar, dan Agus telah sampai di tempat perkemahan. Mereka yang berada di sana menyambut Rukan dengan tatapan khawatir, apalagi pembina perkemahan tersebut.

 GALAN STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang