HARAPAN GALAN

1.1K 138 18
                                    

+++GALAN STORY+++

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+++GALAN STORY+++

Rukan sedang makan malam seorang diri di dapur. Sekitar pukul 9 malam ia baru saja tiba di rumah. Rani yang kebetulan ingin mengambil minum, melihat anak tengahnya sedang makan seorang diri. Rani perlahan mendekati cowok perawakan tinggi itu.

Rani menyentuh pundak Rukan lembut, membuat Rukan sedikit menoleh padanya. Rukan tahu, langkah kaki yang terdengar mendekatinya adalah milih Rani.

"Bang."

"Hmm."

"Habis dari mana aja? Kok pulang malem banget," tanya Rani lembut.

"Rumah temen."

Mendengar sahutan dingin Rukan, Rani menarik satu kursi dan duduk di sana.

"Mamah minta maaf, Bang. Mamah khilaf waktu itu," ucap Rani memulai penuturannya.

"Harusnya Mamah nggak ungkit soal status kamu, karena kamu memang anak Mamah. Ibarat umur adalah angka, maka kandung atau tiri juga ibarat status yang menurut Mamah nggak penting. Mamah tulus sayang sama anak-anak Mamah. Nggak pernah Mamah bedain. Coba Abang pikirkan, emang ada Mamah bedain Dekan sama kalian berdua? Malah Mamah manjain banget kan dulu sama adekmu. Khilaf itu nggak bisa dihindari, Bang. Apalagi khilaf kata, keluar gitu aja. Jadi ... Mamah minta maaf sekali lagi sama kamu kalau kamu tersinggung soal ucapan Mamah itu. Mamah beneran nggak maksud, Bang," tutur Rani menjelaskan dengan lembut, ia tahu bagaimana cara meluluhkan hati keras anak di hadapannya.

"Aku tau Mamah pasti nggak sengaja. Tapi dengan Mamah ungkit soal itu di hadapan anak itu, buat aku sakit hati. Harga diri aku jatuh jadinya."

"Kenapa kamu mikirnya gitu?" tanya Rani baik-baik. "Galan waktu itu nggak ada ngejek kamu karena status yang Mamah ungkit."

"Tuh kan Mamah bela dia lagi!" ketus Rukan menatap Rani kesal. Ia ingin bangkit, tetapi Rani menahannya.

"Tunggu dulu. Mamah nggak maksud bela dia, tapi cuma ingetin apa tanggapan dia waktu itu ke kamu, Nak."

"Bisa aja nantinya dia ngatain aku anak tiri sedangkan dia anak kandung. Bisa aja ntar dia lebih berkuasa atas Mamah ketimbang aku sama Alkan," sahut Rukan.

"Sangkaan itu yang buat kamu hampir bunuh orang, Nak. Beruntung Galan gapapa, kalau sampai terjadi sesuatu kamu pasti jadi tersangka. Mamah nggak mau liat kamu terlibat masalah, Rukan. Tolong kamu ngertiin Mamah soal ini. Mamah nggak mencoba bela siapa-siapa. Kalian semua anak Mamah, udah itu aja. Mamah nggak beda-bedain kalian," tutur Rani menahan tangisnya, matanya berkaca-kaca. Dirinya bingung, dengan cara apa ia menjelaskan agar Rukan akan mengerti.

"Wajar kalau Mamah sekarang perhatikan dia, Bang. Kamu sama Alkan juga harusnya bisa menyadari hal apa yang telah terjadi. Mamah nggak maksud ngungkit-ngungkit atau nggak ikhlas tentang apa yang Mamah berikan pada kalian. Tapi coba pikirkan, Sayang. Mamah melakukan hubungan terlarang dengan Syaputra papanya Galan. Hingga Mama mengandung Galan. Tetapi dengan desakan dan ancaman, Mamah terpaksa melahirkan anak itu hingga lahir ke dunia. Mamah nggak memberikan apapun untuk dia setelah dia dilahirkan. Mamah cuma ngasih asi di hari pertama, itupun terpaksa. Mamah pergi meninggalkan Galan ketika dia masih berwarna merah. Mamah nggak beri dia kasih sayang, kehangatan, perawatan, dan status sebagai anak Mamah. Mamah kembali ke Papamu dan merawat anak dari selingkuhan suami Mamah sendiri. Mamah rawat kalian berdua karena rasa sayang Mamah dan janji dengan sahabat Mamah. Kalian Mamah berikan semuanya. Kasih sayang, asi, perawatan, apapun yang kalian inginkan Mamah turuti. Sedangkan Galan? Dia dapet apa dari Mamah? Padahal Mamah yang bersalah. Sebab perbuatan hina Mamah dengan Syaputra, Galan ada di dunia. Seharusnya Mamah mempertanggung jawabkan itu semua. Tapi bodohnya Mamah dibutakan rasa benci yang mendalam pada dosa Mamah waktu itu. Sehingga Mamah dengan sangat sadar membenci darah daging Mamah sendiri. Bayangkan, Rukan. 17 tahun Mamah nggak ada buat dia, apa yang harus dia dapatkan Mamah kasih untuk anak Mamah yang di sini. Lalu,  sekarang alhamdulillah Mamah sudah diberi hidayah oleh Allah. Apa salah Mamah mulai menerima dia dan memperlakukan dia sebaik mungkin? Dengan Mamah menerima Galan, bukan berarti Mamah lupain kalian. Jangan berpikir terlalu pendek, Nak. Suatu saat kamu juga menjadi seorang ayah, kamu pasti tahu gimana rasanya," tutur Rani penjang lebar yang hahya di denger oleh Rukan dalam diamnya menundukkan kepalanya. Rani tak bisa menatap mata itu, Rani tak bisa menterjemahkannya.

 GALAN STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang