MOMENT LANGKA

952 113 6
                                    

+++GALAN STORY+++

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+++GALAN STORY+++


Rani menuntaskan keinginannya makan sendiri di warung pinggir jalan yang tak begitu jauh dari rumah. Rani hanya mengenakan daster dilapisi cardigan rajut hazelnut. Sopir hanya memantau dirinya dari kejauhan, tetapi Rani merasa tak nyaman. Ia menyuruh sopir tersebut menunggu di mobil saja.

"Nila bakar ya, Mbak. Satu aja. Nasinya separo, ya. Sayurnya ... apa aja deh," ucap Rani pada wanita pemilik warung tersebut.

"Minumnya apa, Bu?"

"Air putih aja."

"Ditunggu ya, Bu."

Rani terdiam sejenak. Matanya bergerak gelisah. Lalu akhirnya memutuskan merogoh ponselnya. Ternyata Rani mengirimkan pesan pada Syaputra untuk lanjutan chatingan mereka tadi malam. Entah bagaimana caranya Syaputra mendapatkan nomor ponsel mantannya itu.

From : Rani
To : Syaputra

Putra, saya sudah ada di warung dekat persimpangan mau ke komplek saya. Cepat lakukan apa yang kamu mau sebelum saya berubah pikiran.

Tak lama ponsel Rani bergetar. Rani segera memeriksa balasan dari Syaputra atas pesannya.

From : Syaputra
To : Rani

Galan sedang menuju ke sana. Ingat, perlakukan dia dengan baik.

Rani gugup sendiri. Ia tak berniat membalas pesan dari Syaputra lagi. Katanya Galan dalam perjalanan ke sini? Itu artinya moment yang membuat hati Rani gelisah akan segera tiba. Rani mulai menyantap makanan di hadapannya dengan tak selera. Ia memakan sedikit demi sedikit sambil melihat ke arah jalan. Kalau-kalau Galan sudah sampai.

Di sisi lain, Galan mengendarai motornya keluar dari komplek. Cowok itu menggenakan kaus biru tua, jeans abu, dan jaket hitam. Sejujurnya Galan masih belum mengerti mengapa ayahnya mengajak bertemu di warung makan pinggir jalan.

Galan berdecak sebal, bisa-bisanya seorang pengusaha kaya seperti ayahnya mengajak anaknya makan di warung pinggir jalan? Bukan sombong, tetapi dari kecil ayahnya selalu melarang ia makan sembarangan. Walau kata Galan warungnya itu bersih, tetapi jika bersama ayahnya Galan tak bisa makan di tempat itu. Tetapi sekarang apa? Ayahnya sendiri yang mengajak ia makan di warung pinggir jalan.

"Nih ayah udah nggak sayang anak apa gimana, ya. Dulu aja ngelarang gue makan sembarangan. Ini diajakin makan ditempatnya langsung," gerutu Galan sembari turun dari motornya. Ia kemudian berjalan mendekati warung sederhana itu. Walau sekilas, Galan melihat ada sekitar 5 orang yang duduk di sana dengan jarak yang cukup berjauhan. Tetapi fokus Galan terkunci pada sosok wanita yang amat familiar duduk seorang diri di meja tangah sedang menikmati makanan di hadapannya.

"Lah? Mama?" kaget Galan. Ia mengucek matanya, lalu menatap sosok itu lagi. "Beneran. Eh, kok bisa kebetulan?" heran Galan.

"Mau makan di sini, Mas?"

 GALAN STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang