KONDISI GALAN

1.7K 121 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


+++GALAN STORY+++



Rani lekas menuju kamarnya. Pikirannya kalut, terlalu khawatir dengan kondisi Galan. Rani membuka kamar, seketika bunyi musik terdengar nyaring memenuhi seluruh ruangan kamar itu. Rani geram, ia memasuki kamar dan menjumpai suaminya sedang memejamkan mata di kasur. Rani mendengkus, bahkan keributan di bawah suaminya sama sekali tak mendengar. Rani lekas mematikan musik dari speaker bluetooth milik Wijaya. Tak berselang lama pria paruh baya itu membuka mata, tatapannya langsung bertubrukan dengan mata Rani yang menatapnya murka.

"Kenapa kamu matiin-"

"Kamu nggak denger apa - apa? Di luar sudah terjadi kehebohan tapi kamu malah santai tiduran sambil dengerin musik sekenceng itu," cerocos Rani kesal.

Wijaya langsung bangkit dari posisinya, beliau duduk dengan tatapan mengarah pada Rani sepenuhnya.

"Kamu harusnya bersyukur aku tenangin diri dengan cara kayak gini aja. Sadar nggak kamu sekarang udah nggak ngehargain aku sebagai suami? Kamu bela anak dari kekasihmu yang dulu di hadapan aku. Kamu juga nggak patuh sama aku semenjak kehadiran anak itu!"

"CUKUP, JAYA! Aku udah muak denger kebencian kamu terhadap Galan. Sekarang terserah kamu mau nanggepin sikap aku kayak gimana. Aku mau ke rumah sakit nyusul anak-anak. Galan masuk rumah sakit karena dihajar oleh salah satu putramu!" ketus Rani sebelum melangkah menuju lemari.

Rani mengambil cardigan panjang dan juga tas yang isinya apa saja yang ia butuhkan. Lalu dengan tergesa-gera meninggalkan kamar.

"Rani tunggu! Apa maksud kamu, Rani?!" seru Wijaya.

***

Rani sudah sampai di rumah sakit. Meski lelah berjalan membawa perutnya yang sudah memasuki usia 5 bulan, Rani sama sekali tidak mempermasalahkan itu. Begitu mendapatkan informasi tentang ruangan Galan, Rani segera menuju ke sana.

Di sisi lain, Dekan dan Alkan duduk di sofa ruang rawat Galan tanpa obrolan sedikitpun. Mereka sama-sama diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Di atas brankar, Galan masih belum sadar. Beberapa luka lebam di wajahnya sangat kentara. Tangan kanannya dipasang kain penyangga, juga tangan kiri yang terpasang infus.

Pintu ruangan itu terbuka, sontak membuat Dekan dan Alkan menoleh. Ternyata Rani sudah sampai di ruangan putranya. Tampak sekali banyak peluh yang menghiasi wajah wanita cantik itu.

"Mamah," ucap Alkan.

Rani menghampiri Galan dan duduk di kursi samping brankar. Rani mengamati wajah Galan dengan khawatir, satu tangannya menyentuh pundak putranya.

"Mamah jangan khawatir, dia baik-baik aja," ucap Dekan mendekat. Sontak Rani menoleh pada anak sulungnya.

"Gimana keadaan Galan, Dekan? Apa kata dokter tadi? I-ini tangannya kenapa?" tanya Rani butuh penjelasan segera.

 GALAN STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang