SAMPAI KAPAN?

996 110 12
                                    

+++GALAN STORY+++

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+++GALAN STORY+++

Rukan memergoki kebersamaan Galan dan Rani. Rani terkejut bukan main, begitu juga Galan. Melihat rahang putranya mengeras menahan amarah, Rani segera berdiri dan menyentuh pundaknya lembut.

"Bang, kok kamu ada di sini?"

"Ini maksudnya apa, Mah?" tanya Rukan menatap dingin. "Mamah ngelarang kami buat temenin Mamah makan di warung sedangkan bocah ini makan bareng Mamah sekarang," lanjut Rukan seraya menunjuk wajah Galan yang masih duduk di tempatnya.

"Bukan gitu, Bang. Gini loh ... ini nggak sengaja. Galan tiba-tiba aja datang terus ... y-ya mau makan bareng. Katanya di rumah susah makan bareng Mamah karena kalian," ujar Rani mengarang alasan.

"Tapi Mamah bisa nolak 'kan?"

"Kamu nggak liat ini tempat umum, Bang? Mamah masih punya urat malu buat kasar ke orang," sahut Rani.

Orang?

"Orang, ya?" gumam Galan terkekeh kecil. Ia menunduk menatap makanan yang sudah hampir habis. Rani terlihat serba salah.

"Bener itu, Mah. Dia ORANG. Orang doang," kata Rukan menegaskan.

"Bang, mending kita pulang, yuk! Mamah udah selesai makan," ajak Rani. Ia tak ingin perkara ini semakin runyam.

Rukan mengela napas. "Ya udah. Tapi Rukan bawa motor ke sini. Sopir Mamah mana?"

"Ada kok nungguin di mobil. Kamu duluan ya, Bang. Mamah mau bayar dulu."

"Aku tungguin."

"Rukan."

"Iya, Mah."

Sepeninggalan Rukan, Rani kembali menatap Galan yang sibuk membereskan piring-piring di meja dan mengelap meja dengan tissu. Wajah Rani menyendu, entah bawaan hamil atau faktor lain, ia merasa sedih.

"Galan."

"Eh, iya, Ma?" sahut Galan mendongkak. Ia tak percaya ibunya memanggil namanya.

"Keinginan kamu makan bareng saya sudah terpenuhi. Saya harap kamu jangan minta aneh-aneh ke ayahmu. Pasti dia menuntut saya untuk mewujudkannya. Kamu tahu posisi saya, Galan."

"Sebenernya ada lagi sih," cicit Galan pelan.

"Jangan ngelunjak. Saya sudah mau berbaik hati untuk ini."

"Ma, apa nggak bisa Mama terima Galan? Dianggap anak tiri juga gapapa. Tapi Mama bersikap kayak sikap ibu ke anak. Maksudnya, ada loh temen Galan punya Ibu tiri. Tapi dia disayang kayak anak tirinya walau ibunya juga punya anak," tutur Galan.

Rani memejamkan matanya, lalu menghela napas pelan. Emosinya terlalu dipermainkan hari ini oleh anak itu.

"Saya masih belum bisa, Galan."

 GALAN STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang