TEKAD KUAT GALAN

1.4K 126 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Motor sport ungu milik Galan baru saja memasuki area parkiran sekolah. Galan memang terkenal badung, suka usil, sering membolos ke kantin, akan tetapi ia jarang terlambat sekolah. Bahkan Galan sering berangkat sekolah ketika hari masih sangat pagi.

Galan berjalan meninggalkan parkiran sekolah. Tas yang ia sampirkan di bahu sebelah kiri terlihat begitu ringan. Sudah tak menjadi rahasia lagi Galan selalu meninggalkan buku paket atau LKS di kolong meja. Alasannya, ia tak ingin membawa beban berat dalam hidupnya.

Pikiran Galan tak karuan hari ini. Sepanjang jalan ia terus memikirkan bagaimana caranya ia muncul di hadapan Rani dan meminta agar mau menampungnya tinggal bersama. Bahkan ketika mandi tadi pagi, sederet adegan yang ia duga akan terjadi terlihat begitu apik berselancar di pikirannya. Tetapi overthingking selalu datang lagi dan lagi. Apakah ia akan diterima? Seberapa malunya nanti ketika ia tertolak dan bagaimana tanggapan keluarga ibunya tentang dirinya.

Galan mengempaskan tas di atas meja, di susul kepalanya yang ia rebahkan di atasnya.

"SIIIIAAAAAAAP!"

"GRAK!"

Galan menutup sebelah telinganya. Ia sudah hapal suara nyaring itu. Suara pertama milik Ipang dan suara kedua milik Kahfi. Apa Galan bilang, mereka itu saling melengkapi. Walau paling sering berantem di antara mereka berempat.

"Widiihhh Galan Ardian Syaputra telah sampai duluan, guys! " seru Kahfi sembari duduk di kursi belakang Galan. Sedangkan Ipang duduk di bekalangnya lagi.

"Wandy ada Olimp kan hari ini? Iya nggak si?" tanya Ipang. Seperti biasa Ipang mengeluarkan sisir keramatnya—sisir kecil berwarna hijau daun dan cermin bedak milik ibunya.

"Iya. Katanya jam terakhir baru masuk kelas. Enak ya jadi orang pinter?" sahut Kahfi.

"Mau pinter nggak lu?" tanya Ipang tersenyum aneh.

"Kagak makasih. Ntar lu nggak ada temannya," sahut Kahfi menoleh sekilas ke belakang.

"Emang sohib gue. Ntar pulang gue jajanin cilok dua ribu."

"Seribu aja. Kan lu sohib gue," sahut Kahfi.

Galan mengeliat, ia mengangkat kepalanya dari acara rebahan sejenak tadi. Membuat Kahfi dan Ipang menyudahi celotehan tak berfaedah mereka.

"Lo kenapa, Gal? Ngantuk apa sakit lo?" tanya Ipang sembari beranjak dari kursinya dan duduk di samping Galan.

Galan mengusap wajahnya. Tak ada seri sama sekali di wajah itu. Ipang hapal sekali temannya yang satu ini sedang ada pikiran.

"Cerita deh sama kita. Walau nggak sepinter Wandy, kita jago ngasih saran kehidupan."

"Bener tuh kata Ipang. Cerita sama kita, Gal," timpal Kahfi. Ia beralih duduk di tempat Wandy, di depan Galan.

 GALAN STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang