WHO?

1.1K 136 12
                                        

+++GALAN STORY+++

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+++GALAN STORY+++


Galan menatap malas pintu di depannya. Ia berkacak pinggang, sambil berpikir kata-kata apa yang harus ia keluarkan pada manusia api di dalam sana.

"Ah, bodo amat."

Ketukan pintu yang dilakukan oleh Galan tak mengusik seorang cowok bertubuh kekar dengan tato macan di bahu kirinya itu. Cowok itu mendengarkan music rock. Sambil menganggukkan kepala, kedua tangannya aktif mengetikkan kata demi kata pada laptopnya.

Galan berdecak kesal, rasanya ingin memberikan satu tendangan maut pada pintu hitam putih di hadapannya.

"Ini orang budek apa tuli si. Nih pasti telinganya ketutup sama tai setan," gerutu Galan.

"Bodo amatlah. Daripada Mama nunggu lama."

Galan membuka pintu tersebut tanpa permisi lagi. Seseorang yang duduk di kursi menoleh padanya. Tatapan buas itu sangat menusuk. Galan dengan tampang malasnya berdiri di depan pintu. Dekan, cowok pemilik kamar itu melepas headphone dari kepalanya.

"Punya nyali lo masuk ke kamar gue tanpa izin?" Terkekeh ngeri, Dekan bangkit dari kursi berjalan menuju Galan.

"Lo dipanggil Mama. Udah dari tadi manggil lo nggak nyahut. Gue ketuk pintu lo nggak—"

Bugh!

Galan repleks membungkuk begitu bogeman mentah memukul telak perutnya. Dekan menyeringai setelah
melakukannya dan berlalu dengan santai dari Galan.

"LO GILA HAH!"

Galan berlari menerjang Dekan, tetapi Dekan dengan mudah menghindar. Galan yang menendang udara kosong, lantas berbalik ingin menyerang Dekan lagi. Kepalan tangan Galan diraup Dekan dengan genggamannya. Lalu dengan cepat memelintir tangan itu dan memojokkan tubuh Galan ke tembok.

"Arggh! Le-lepasin gua bangs*t!"

"Ulangi." Dekan makin menekan dari belakang tubuh Galan, membuat yang lebih muda semakin nyaring mengerang.

"Agrrgh! Sakit bego! LEPASIN NGGAK! Tau diri dikit! Gue nyamperin lo disuruh Mama—ARGHH!"

"Nyebut Mamah gua dengan sebutin itu lagi gue patahin tangan lo sekarang," ucap Dekan datar.

"Oke! Lepasin! Saket gila!"

"Dekan!"

Sama-sama menoleh ke sumber suara, tampak Rani berada tak jauh dari mereka. Wanita yang masih terlihat cukup muda itu menunjukkan gurat wajah khawatir.

"Apa sih kalian! Dekan! Kenapa berantem?"

Dekan melepaskan tangan Galan. Barulah Galan bisa bernapas lega. Matanya memejam ketika merasakan tangannya kebas saking sakitnya.

"Mamah manggil aku tadi?"

"Iya. Kenapa nggak nyahut? Mamah capek teriak berkali-kali di dapur."

"Maafin Dekan. Tadi ngerjain tugas."

 GALAN STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang