MEMILIH PERGI

1.5K 142 7
                                    

Galan memarkirkan motornya tepat ketika waktu menunjukkan pukul 17

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Galan memarkirkan motornya tepat ketika waktu menunjukkan pukul 17.50. Galan melangkah menuju pintu, ternyata pintu terkunci. Dengan malasnya Galan memencet bel rumah. Padahal Galan paling malas untuk sekadar memencet bel ketika ingin masuk rumah. Biasanya kalau pintu dikunci, nenek atau pembantu di rumah memang tidak ada.

Tak lama pintu terbuka. Benar pikir Galan, bibi Nini tak ada di rumah. Anita yang membukakan pintu untuknya. Dengan raut malas yang terkesan memandangnya julid.

"Baru pulang cucu kesayangan nenek," sindir Anita.

"Kok pintu bisa kebuka sendiri, ya," gumam Galan sambil melewati Anita.

Anita melotot. "Heh! Jangan kurang ajar ya kamu ngatain saya hantu!" ketus Anita sambil mengikuti Galan.

Galan tak menyahut, ia melanjutkan langkahnya menuju tangga. Bodo amat dengan tingkah tantenya yang mulai tantrum, Galan tak berminat melihat wajah menyebalkan itu.

Galan langsung bergegas mandi, begitu selesai melepas sepatu dan seragamnya. Jiwa dan raganya harus tetap fresh ketika di rumah hanya ada 2 orang tak menyukainya itu.

Di dapur Anita sedang meramu sesuatu. Mencampurkan bubuk cabe ke kecap dan mengaduknya hingga rata. Setelahnya, Anita membuka penutup makanan di meja makan. Ia mencampurkan kecap super pedas itu pada olahan gulai sapi masakan Nenek Uni untuk cucunya.

"Rasain noh. Sering durhaka sama gue," umpat Anita sambil meratakan tatanan masakan itu dengan sendok.

Anita mencuci peralatan yang ia gunakan tadi. Seperti mangkuk kecil dan sendok. Tak lama ia mendengar kursi berdecit, tanda sudah ada seseorang yang menempati meja makan.

Galan sudah mendapatkan telepon dari neneknya usai selesai mandi tadi.

Nenek Galan | Nenek tadi dapat panggilan dari Bogor. Perkara sengketa tanah ternyata masih belum selesai. Jadi Nenek menginap di Bogor untuk beberapa hari ke depan. Nenek secepatnya pulang. Makan malam kamu sudah nenek siapin di meja makan.

Galan mengambil nasi secukupnya, lalu membalurkan hampir setengah mangkuk gulai sapi ke atas nasi tersebut. Sudah menjadi kebiasaan Galan makan dengan cara seperti itu. Diam-diam Anita memperhatikannya sambil pura-pura mengelap pantry.

Galan hampir tersedak begitu merasakan sensasi terbakar pada suapan pertamanya.

"Uhuukk! ... Engg—apaan nih. Sshhhh ... pedas gila!"

Anita tersenyum miring tanpa merespon apa-apa. Sementara Galan, sibuk meneguk air putih hingga tandas.

"Arrsshhh ... pedas banget." Galan melirik ke arah Anita, rahangnya mengeras. Ia sudah menduga siapa pelakunya.

 GALAN STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang