+++GALAN STORY+++
Galan meminta tumpangan pada Wandy untuk pulang ke rumah. Galan sungguh tidak ingin bertemu yang namanya Dekan, apalagi dengan sikap barunya yang senantiasa membuat ia tertekan. Baru saja motor Wandy keluar dari gerbang sekolah, sebuah mobil menghalangi jalan mereka. Galan berdecak sebal, siapa lagi pelakunya kalau bukan Dekan. Wandy terkekeh, ia sedikit menoleh ke belakang.
"Udah, sana ikut abang lo. Lagian syukur banget sampe dijemput gitu. Kalian juga satu rumah," ujar Wandy terkekeh geli.
"Ogah! Cepet cari celah. Gue nggak pengen satu mobil sama dia. Jijik," balas Galan.
"Lo tau gue nggak mau bonyok kena damprat Dekan, Gal. Bunda bakal marah," ujar Wandy.
"Ah! Nggak asik lo!" dengkus Galan turun dari motor Wandy.
"Sorry, Bro. Gue bantu doa," ucap Wandy tersenyum.
"Kampret," umpat Galan seraya membuka pintu mobil Dekan dan masuk ke dalamnya.
Galan membuang muka, apalagi tadi sekilas ia melihat wajah Dekan yang menahan tawa. Sebal sekali rasanya, Dekan melajukan mobilnya agar Wandy bisa segera lewat.
"Gue bilang tadi apa? Nggak usah jemput gue. Gue bisa pulang sendiri. Gue bukan bocah!" dumel Galan.
"Besok lo camping, kan? Kita belanja ke supermarket dulu. Abang yang bayarin," ucap Dekan.
Sontak Galan melirik ke arah Dekan yang fokus pada kemudinya. Seperkian detik kemudian, Galan menyeringai.
"Boleh tuh, Bang. Hehe."
"Anjir firasat buruk gue keluar," Batin Dekan.
Beberapa menit berlalu, mereka sampai di supermarket. Dekan mengambil troli dan berjalan di belakang Galan yang mendahuluinya. Belum Dekan bersua, beberapa snack sudah terlempar ke dalam troli. Tidak tanggung, Galan meraih satu kotak cokelat dan memasukkan ke dalam troli itu.
"Beli yang berguna dulu."
"Makanan juga berguna kali," sahut Galan meraih kripik singkong paling besar.
"Beli peralatan mandi yang kecil-kecil, biar mudah dibawa. Lo juga perlu obat-obatan atau minyak telon," ujar Dekan mendorong troli ke rak seberang.
"Gue nggak perlu itu! Beli minyak buaya, gue pakek!"
Walau kesal, Galan tetap mengikuti ke mana pria lebih tua itu melangkah. Giliran Galan yang melongo melihat Dekan mengambil minyak telon paling besar, antimo anak, obat batuk sirup, dan plester penurun demam gambar dinosaurus.
"Gila lu? Ngaku lo pasti kebelet punya anak 'kan?" tuding Galan menunjuk wajah Dekan. "Kawin sono! Takut jadi bujang lapuk malah suka sama gue ntar. Hiih," lanjut Galan.
"Ini demi kebaikan lo, Dek. Ntar pasti perlu yang beginian," sahut Dekan acuh.
"Lo nyumpahin gue sakit jadi beli obat banyak kek gini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAN STORY [COMPLETED]
Ficção Adolescente"Terkadang manusia memang tak tahu diri. Dirinya yang membuat kesalahan, tetapi malah membenci hasil dari perbuatan itu." Galan Ardian Syaputra. Galan itu sosok yang keras seperti batu dari luar, pembuat onar, tidak sopan, dan berbuat semaunya. "Gal...